jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) menyampaikan apresiasi pada berbagai pihak yang terus memberikan perhatian pada Kementan dalam menjalani tugas fungsinya membantu presiden menyelenggarakan pemerintahan di bidang pertanian.
Hal tersebut dinyatakan terkait kritik Wakil Ketua Indonesian Corruption Watch (ICW) pekan lalu.
BACA JUGA: Kala Mentan Amran Garuk Sawit Tua di Jambi
Organisasi penggiat antikorupsi tersebut memberi masukan kepada Kementan terkait mekanisme pengadaan sarana produksi pertanian seperti benih, pupuk dan obat-obatan.
Aturan mengenai pengadaan barang dan jasa bagi kementerian dan lembaga, tercantum dalam Perpres Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
BACA JUGA: Sinergi Antar-Pokja Penentu Kemajuan Ekonomi Antarnegara
“Untuk beberapa barang, Kementan tidak lagi menggunakan mekanisme tender atau lelang, tetapi penunjukkan langsung. Sedangkan mekanisme ini tidak dapat dilakukan tiap setiap saat, hanya dengan syarat dan kondisi tertentu yang diatur dalam undang-undang,” ujar Agus.
Menanggapi hal tersebut, Inspektur Jenderal Kementan, Justan Riduan Siahaan memastikan Kementan selalu menjaga akuntabilitas dalam menjalankan tugasnya.
BACA JUGA: Peremajaan Sawit untuk Jaga Keberlanjutan Pendapatan Petani
"Kami senantiasa mengawasi akuntabilitas program pertanian. Termasuk fungsi assurance ketaatan terhadap peraturan pengadaan barang atau jasa,” ujar Justan.
Dia melanjutkan, terkait pengadaan barang atau jasa, setiap awal tahun Kementan telah mengumumkan Rencana Umum Pengadaan secara elektronik di Lembaga Pengadaan Secara Eleltronik (LPSE) Kementan, yang juga terintegrasi dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).
Perubahan pengadaan barang atau jasa memang tidak terelakkan karena kebutuhan, namun perubahan ini langsung diikuti dengan perubahan Rencana Umum Pengadaan Kementerian. Pengumuman itu adalah prasyarat bayar setiap pengadaan.
“Memang pernah, ada perbedaan data karena keterbatasan akses. Kecilnya Rencana Umum Pengadaan Itjen 2018 pernah dikritik lewat tayangan Live Sistem Informasi Rencana Umum Pengadaan (SIRUP) LKPP. Namun setelah kami teliti, di SIRUP Itjen Kementerian ternyata lengkap, sebagai contoh saja,” jelas Justan.
Justan menambahkan, Kementan selalu menjalin komunikasi dengan BPK dan KPK untuk penyelenggaraan birokrasi dan pengawasan yang lebih baik.
Sebelumnya, Mentan Amran Sulaiman menjelaskan kementerian yang dipimpinnya mengubah aturan pengadaan sarana produksi (saprodi) pertanian seperti benih, pupuk, dan obat-obatan.
Jika dulu saprodi harus melalui tender, kini bisa dilakukan dengan segera melalui e-katalog. Dengan begitu pengadaan saprodi untuk petan bisa dilakukan dalam bilangan hari.
Amran menegaskan bahwa, aturan pengadaan benih, pupuk, dan obat-obatan tersebut dibuat untuk menyesuaikan kebutuhan pertanian yang harus cepat dalam mengejar waktu tanam, serta menghalau hama dan penyakit yang mengganggu produksi.
"Tender dilakukan Januari. Barang baru bisa pengadaan tiga bulan kemudian. Itu musim hujan. Tikus tidak kenal tender. Nggak bisa nunggu tiga bulan. Ini hama. Harus segera diatasi,” kata Mentan Amran.
Untuk perubahan ini Amran mengaku telah lapor pada presiden untuk mendukung upaya mewujudkan pembangunan sektor pertanian yang lebih baik.
“Saya temui Pak Presiden. Saya minta kebijakan Pak Presiden untuk mengeluarkan Perpres. Alhamdulillah langsung ditandatani Perpres Nomor 172. Presiden sangat mendukung upaya-upaya kami,” ujar Amran.
Sejak itu lanjut Amran, produksi pertanian tumbuh kembang dengan cepat. Karena segala kebutuhan saprodi bisa diadakan dalam waktu satu hari, melalui sistem e-katalog.
Untuk menjaga kehati-hatian, lanjut Amran, dia kemudian berkonsultasi kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), untuk mengawasi pelaksanaan kebijakan tersebut dan kementeriannya.
Amran meminta Aparat Penegak Hukum atau APH, termasuk KPK menempatkan orangnya di Kementan. KPK selalu datang jika kehadirannya dibutuhkan Kementan, termasuk dalam konsultasi pengadaan barang. (adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mentan Dorong Peremajaan Sawit demi Genjot Produktivitas
Redaktur & Reporter : Natalia