Kementan Larang Beras Kemasan Dijual Melebihi HET

Selasa, 12 September 2017 – 07:47 WIB
Andi Amran Sulaiman. Foto: Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) bakal melarang penjualan beras kemasan dengan kualitas premium dengan harga yang mahal.

Mulai saat ini, seluruh beras premium baik curah maupun kemasan tidak boleh lagi dijual melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET).

BACA JUGA: Raker dengan DPR, Kementan Dapat Apresiasi atas Kinerja 2017

Dalam Rapat Kerja Anggaran dengan DPR Kemarin (11/9) Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan sudah sejak lama Kementan melakukan riset tentang harga beras di Indonesia.

Ia menyimpulkan bahwa harga rata-rata beras di Indonesia sangat mahal. “Sekitar Rp 13.125 per kilogram,” katanya.

BACA JUGA: Kebijakan Mentan Selamatkan Jutaan Petani

Kondisi tersebut, kata Amran disebabkan oleh produsen yang berlomba-lomba memproduksi beras dengan kemasan dan kualitas “premium” serta menjualnya dengan harga yang mahal hingga menembus Rp. 36.000 per kilogram.

“Ini ada pergeseran besar dari beras medium dan premium, harga perlahan terkerek naik,” katanya.

BACA JUGA: Alumni IPB: Kursi Mentan Bisa Diisi Siapa Saja

Pria asal Makassar ini yakin, bahwa penerapan HET akan menjadi solusi permanen yang secara bertahap bisa menurunkan harga beras nasional.

Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan, Agung Hendriadi mengungkapkan bahwa fungsi utama dari HET adalah mengendalikan batas tertinggi harga penjualan beras.

Selain itu, untuk mencegah pemalsuan kualitas yang menjebak pembeli. “Ada beras yang dibungkus bagus, padahal ya kualitasnya dibawah itu,” katanya.

Perilaku pasar seperti tidak hanya datang dari produsen. Konsumen di indonesia juga belum sepenuhnya terdidik.

Beberapa kalangan masyarakat masih bangga membeli beras dengan harga tinggi.”Akhirnya harga meroket liar, nggak bisa dikendalikan,” kata Agung.

Menurut Agung, beras adalah kebutuhan pokok 2 juta rakyat indonesia. Produsen tidak boleh bermain-main dengan harga dan pemerintah harus mengawasi secara ketat. Tidak bisa diperlakukan seperti barang dagangan lainnya.

“Kalau sabun nggak papa, mau bikin yang bagus sampai semahal apapun terserah,” ungkapnya.

Dengan adanya HET, Agung optimistis bahwa harga rata-rata beras di Indonesia bisa turun. Dibandingkan negara-negara tetangga, harga pangan pokok di Indonesia ini masih terhitung tinggi.

Selain itu, perubahan harga beras bakal mempengaruhi komoditas pangan lainnya. “Kalau beras naik sedikit, yang lain naik banyak. Begitu pun kalau turun. Bakal ada multiplier effect,” pungkasnya. (tau)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Senior Alumni IPB Ini Diminta Koreksi Diri


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler