jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) melepas ekspor perdana telur ayam tetas ke Myanmar, Selasa (24/4).
Sebanyak 25.920 butir telur tetas ULU 101 diterbangkan dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng.
BACA JUGA: KUB Tirta Gempita Gemparkan Pertanian Gunung Kidul
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan I Ketut Diarmita mengatakan, ekspor ini membuktikan bahwa Indonesia mulai menunjukkan kedaulannya di sektor pangan.
Terlebih, menurut dia, mendapatkan persetujuan dari negara calon pengimpor tidaklah mudah karena kualitas telur tetas ayam yang akan diekspor harus sesuai dengan yang menjadi persyaratan Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE).
BACA JUGA: Lewat Cara ini, Amran Optimistis Angka Kemiskinan Berkurang
"Saya memberikan apresiasi kepada PT Unggas Lestari Unggul (ULU) yang berkomitmen dalam mengembangkan teknologi persilangan ayam lokal Indonesia dalam upaya budidaya dan pelestarian, serta pemanfaatan sumber daya genetik ayam lokal, sehingga mampu menghasilkan produk berkualitas yang berhasil menembus pasar ekspor," kata Ketut.
Menurutnya, aspek status kesehatan hewan menjadi persyaratan utama dan menjadi salah satu daya saing dalam perdagangan internasional.
BACA JUGA: Menteri Amran Bergerilya di Gubuk Penduduk Miskin
Sebagaimana diketahui sejak merebaknya penyakit avian influenza (AI) di Indonesia pada 2004, beberapa negara telah menutup impor produk unggas dari Indonesia.
Untuk itu, Kementan telah mengambil langkah kebijakan dengan melakukan pembebasan melalui kompartemen, zona, pulau atau provinsi dengan mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian RI No. 28 Tahun 2008 tentang Penataan Kompartementalisasi dan Zonasi.
Ketut menyebutkan, tahun ini Kementan telah mengeluarkan sebanyak 77 kompartemen bebas AI untuk Breeding Farm aktif.
PT ULU merupakan salah satu unit usaha yang telah menerapkannya sehingga telah memperoleh sertifikat kompartemen bebas penyakit AI dan sertifikat veteriner dari pemerintah.
Saat ini, kata Ketut, pihaknya terus mendorong pelaku usaha perunggasan untuk memperbaiki pola pemeliharaan unggasnya, sehingga akan mampu melakukan ekspor dan bersaing diperdagangan global.
Menurut I Ketut, pemerintah saat ini terus berupaya untuk meningkatkan pendapatan negara melalui ekspor berbagai komoditas strategis pertanian, termasuk produk peternakan.
"Harus tingkatkan ekspor. Pak Presiden memberikan tugas kepada kami. Beliau tidak mau negara sebesar Indonesia ini kalah ekspornya dibanding negara tetangga," kata Ketut.
Ketut menjelaskan, sejak 2015 Indonesia telah melakukan ekspor telur tetas ayam dengan jenis ayam ras ke Myanmar.
Hingga Maret 2018 jumlah kumulatif yang sudah diekspor sebanyak 10.482.792 butir dengan nilai Rp 109,60 miliar.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2017, volume ekspor telur tetas ayam ras terus meningkat mencapai 27,39 persen dan nilai ekspor meningkat sebesar 26,76 persen dibanding tahun sebelumnya.
Adapun negara tujuan ekspor meliputi Myanmar, Papua Nugini, Vietnam, Malaysia, dan lain-lain.
Lebih lanjut Ketut mengatakan, kebijakan pemerintah untuk mewujudkan Indonesia 2045 menjadi lumbung pangan dunia sedikit demi sedikit telah dapat dibuktikan.
"Ekspor telur tetas ini adalah bukti Indonesia bisa ikut bersaing dengan negara lain dalam pengembangan teknologi persilangan unggas yang menghasilkan final stock ayam pedaging dengan kualitas premium dan sesuai dengan persyaratan internasional," kata Ketut.
Menurutnya, ini merupakan pengiriman awal dari total rencana sekitar 225 ribu telur pada 2018 yang selanjutnya akan dikirim secara berkelanjutan ke beberapa negara.
"Artinya Indonesia telah dapat membuktikan dengan sistem kompartemen bebas AI yang diterapkan terdapat jaminan keamanan pangan dan diakui oleh negara lain," kata dia.
Berdasarkan data BPS, pencapaian nilai ekspor komoditas sektor peternakan 2017 mengalami peningkatan sebesar 14,85 persen dibandingkan 2016. Nilai ekspor USD 623,9 juta atau setara dengan Rp 8,5 triliun.
Negara tujuan ekspor sektor peternakan terbanyak adalah Hongkong sebesat 23,1 persen dan Tiongkok 21,9 persen. Sejauh ini, secara keseluruhan peternakan Indonesia sudah mampu menembus lebih dari 110 negara.
Secara khusus, ekspor daging ayam 2017 mencapai sebesar 325 ton, meningkat 1.800 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Begitu juga dengan ekspor telur unggas sebanyak 386 ton atau meningkat 27,39 persen dibandingkan 2016. Secara umum, sektor peternakan Indonesia turut meningkatkan ekonomi negara.
Selama 2015-2017 misalnya, rata-rata pertumbuhan volume ekspor mencapai 8,16 persen , dan nilai ekspornya sebesar 18,69 persen.
"Dengan mulai terbukanya akses pasar beberapa negara, saya berharap kepada semua pelaku usaha, termasuk PT ULU untuk terus dapat meningkatkan kuantitas maupun kualitas produk siap ekspor, sehingga produk peternakan Indonesia lebih mampu bersaing di perdagangan internasional," pungkas dia.
Sementara itu, pimpinan PT ULU Sahudin mengatakan, produk telur tetas ayam ULU 101 merupakan salah satu hasil teknologi persilangan antara ayam pelung jantan dengan ayam ras betina indukan.
Hasil tersebut menjadi final stock ayam komersial yang dinamakan ayam ULU 101 yang memiliki performa dan kualitas daging yang baik, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen.
Menurutnya, ekspor perdana telur tetas ini ke Myanmar menjadi langkah awal memperkenalkan Ayam ULU 101 ke pasar internasional. "Negara ekspor selanjutnya adalah Malaysia, Singapura dan Timor Leste," pungkas dia. (tan/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kementan Apresiasi Bantuan 1000 ton Beras ke Suriah
Redaktur & Reporter : Natalia