Kementan: Penerapan Smart Farming Genjot Produksi dan Ekspor Pertanian

Selasa, 25 Januari 2022 – 17:30 WIB
Foto: Mentan Syahrul Yasin Limpo saat memberikan pengarahan dalam kegiatan Training Of Trainer (TOT) Smart Farming. (Dok Kementan)

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) menggelar Training Of Trainer (TOT) Smart Farming bagi dosen, guru, dan penyuluh pertanian guna meningkatkan kompetensi SDM pertanian.

Kegiatan itu digelar untuk menggenjot produktivitas dan produksi pertanian yang bernilai jual tinggi hingga ekspor. 

BACA JUGA: Kinerja Kementan Dipuji, Politisi Demokrat: 3 Tahun Kita Tak Lakukan Impor Beras

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengatakan smart farming merupakan sistem pertanian berbasis teknologi yang bisa membantu petani meningkatkan hasil panen secara kuantitas dan kualitas.

"ToT smart farming adalah upaya menembus langit dan ToT ini tidak boleh gagal karena memperlihatkan perubahan paradigma dan transformasi pertanian dari cara-cara tradisional ke modern,” ujar siaran persnya, Selasa (25/1).

BACA JUGA: Mentan Sidak Telur Ayam, Hasilnya?

Mentan SYL menjelaskan penerapan smart farming itu penting karena pertanian dihadapkan dengan tantangan besar, yakni perubahan iklim dan pandemi Covid-19. 

Menurut dia, menghadapi tantangan perubahan iklim bukan dengan cara-cara klasik, tetapi harus dengan smart farming karena perkembangan ke depannya yang membuat lahan semakin sempit.

BACA JUGA: Mentan Syahrul Dorong Pengembangan Food Estate di Wonosobo

Kemudian jumlah penduduk semakin besar dan lainnya mengharuskan penggunakan teknologi yang smart.

"Hadirnya ToT penting karena membangun pertanian itu tidak boleh berspekulasi. Jika ini terjadi negara akan kekurangan pangan, masyarakat kesulitan mendapatkan pangan,” ujar dia.

Mantan Gubernur Sulawesi Selatan itu berharap adanya ToT smart farming dapat lebih masif menarik minat generasi milenial untuk terjun pertanian.

Sebab, kemajuan pertanian turut didukung generasi milenial karena memiliki semangat berinovasi yang tinggi.

"Karena terbukti, petani milenial yang kami asistensi rata-rata penghasilanya ada yang puluhan juta, Rp 400 juta dan bahkan ada yang sampai Rp 2 miliar. Pemasaran hasil pertanian by digital, bisa jual dari desanya sendirinya," ujar SYL.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menjelaskan teknologi smart farming dikembangkan sebagai salah satu respons adaptif terhadap perubahan dan perkembangan teknologi saat ini. 

Smart farming memungkinkan petani memiliki kontrol yang lebih baik terhadap proses produksi, melalui pengelolaan pertanaman dan ternak yang baik hingga efisien.

"Konsep pembangunan pertanian harus diikuti dengan peningkatan agenda intelektual seluruh stakehokder utamanya petani sebagai garda terdepan,” kata dia.

Dedi menambahkan smart farming adalah pemanfaatan produk bio teknologi yang di dalamnya ada pemupukan berimbang, penggunaan varietas yang berproduksi tinggi, mekanisasi pertanian, dan pemanfaatan internet of things

Berdasarkan itulah, BPPSDMP menyelenggarakan ToT bagi widyaiswara, dosen, guru dan penyuluh pertanian. 

"Dengan pemupukan berimbang, kami bisa mengurai polemik harga pupuk kimia yang harganya naik dan penggunaan pupuk organik meningkat sehingga produksi lebih tinggi,” pungkas Dedi. (cuy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mentan SYL Minta Pengembangan Nenas Jambi Berorientasi Ekspor


Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Elfany Kurniawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler