jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) langsung bergerak cepat melakukan penanganan wabah penyakit mulut dan kukut sejak kasus pertama ditemukan di Indonesia.
Salah satunya ialah mengadakan vaksinasi PMK.
BACA JUGA: Kementan Sebut Kampung Kopi Gombengsari Kian Diminati Wisatawan Mancanegara
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga mengatakan pemerintah mempersiapkan pengadaan 3 juta dosis vaksin PMK darurat.
Menurut dia, vaksin tahap pertama telah tiba pada hari Minggu (12/6) lalu sebanyak 10.000 dosis.
BACA JUGA: Kementan Memulai Vaksinasi PMK secara Nasional, Tempat Pertama di Jatim
"Kami melakukan vaksinasi perdana 14 Juni 2022 lalu di dua peternakan sapi rakyat yang berlokasi di Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa-Timur," ungkap Kuntoro dalam siaran persnya, Kamis (16/6).
Dia menambahkan tahap kedua vaksin PMK dengan total 800 ribu dosis akan tiba di Indonesia pada Kamis (16/6) malam, pukul 22.10 WIB melalui Bandara Soekarno-Hatta.
BACA JUGA: Kementan Akan Tingkatkan Produksi Beras Organik Ramah Lingkungan
Mengingat jumlah vaksin darurat masih sangat terbatas, Kuntoro menegaskan vaksinasi akan diprioritaskan untuk hewan sehat yang berada di zona merah dan kuning.
Demi menghambat penyebaran virus PMK pemerintah mengimbau agar peternak tetap menjaga biosekuriti kandang ternak masing-masing dan mengurangi lalu lintas ternak di zona merah.
Menurut dia, pihaknya tengah mempercepat vaksinasi masal melalui Training of Trainers (TOT) untuk melatih dan mempersiapkan tenaga kesehatan hewan (medik veteriner dan paramedik).
“Kami hadiri pakar ahli dari produsen vaksin yang digunakan di Indonesia untuk memberikan informasi tentang vaksin tersebut,” jelas Kuntoro
Selain itu, tenaga kesehatan hewan juga diberi pemahaman mekanisme pendataan ternak, sekaligus digunakan untuk penandaan ternak setelah vaksinasi.
Menurut Kuntoro, kegiatan TOT tersebut dilakukan untuk memberikan pembekalan kepada petugas vaksinator dan peternak tentang pentingnya penerapan biosekuriti.
"Upaya ini sebagai usaha pemerintah meningkatkan skill petugas vaksinasi di lapangan," ujarnya
Sementara itu, terkait anggapan bahwa pemerintah kurang responsif dan abai terhadap kajian dari epidemiolog sehingga menyebabkan kasus PMK menyebar luas, Kuntoro menyampaikan hal tersebut tidak benar.
Dia mengaku Kementan bersama Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan secara cepat melakukan penelusuran sejak kasus ini pertama ditemukan.
“Dalam hitungan hari Kementan berhasil menemukan serotipe dan strain virus PMK yang ada, “ ungkap Kuntoro.
Menurut Kuntoro, upaya penaganan dan pengobatan di lapangan juga sudah dilakukan pada ternak bergejala ringan hingga berat.
Namun, mengingat penularan virus yang bersifat airborne dan dapat menular cepat hingga radius 10 kilometer maka penyebaran PMK sangat tinggi.
“Upaya lain yang dilakukan pemerintah adalah melakukan pemotongan bersyarat terhadap ternak yang tertular, untuk mengurangi resiko penyebaran di beberapa lokasi," ungkap Kuntoro
Kuntoro menambahkan kondisi yang terjadi saat ini juga bertepatan dengan kesiapan jelang hari raya Iduladha, sehingga frekuensi lalu lintas ternak di daerah sentra lebih tinggi dari biasanya.
Oleh karena itu, pemerintah melakukan upaya pengetatan dan kontrol terhadap pergerakan ternak di sentra-sentra ternak.
“Pemerintah menerapkan checkpoint, karantina hewan, dan tol laut untuk menhindari penyebaran PMK dari daerah wabah ke zona hijau," tutup Kuntoro. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Guru Besar IPB dan ITB Sambut Baik Upaya Kementan Wujudkan Pertanian Berkelanjutan
Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Dedi Sofian, Dedi Sofian