jpnn.com, JAKARTA - Kementerin Pertanian (Kementan) berkomitmen akan meningkatkan produktivitas beras organik dengan mengedepankan pengelolaan tanaman berbasis ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Karena itu, Kementan menggelar Bimbingan Teknis dan Sosialisasi (BTS) Propaktani yang diselenggarakan dengan tema “Nilai Tambah dan Daya Saing Produk Pertanian Melalui Pengembangan Beras Organik di Tingkat Petani”, Senin (13/6).
BACA JUGA: Guru Besar IPB dan ITB Sambut Baik Upaya Kementan Wujudkan Pertanian Berkelanjutan
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi mengatakan pihaknya mendukung penuh pertanian dengan sistem organik.
Hal tersebut sesuai arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) agar seluruh jajaran Kementan mendorong petani bisa mengembangkan atau menggenjot produksi komoditas yang memiliki nilai tambah.
BACA JUGA: Jaga Stabilitas Stok Cabai, Kementan Percepat Lakukan Ini Secara Serentak
“Saat ini konsep organik banyak direplikasi daerah, sehingga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi di pedesaan dan nasional," ujar Suwandi.
Menurut dia, beras organik mampu menjaga ekosistem, memperbaiki struktur tanah, menyehatkan, dan memberi nilai tambah.
BACA JUGA: Kementan Berkomitmen Realisasikan 100 Persen Pengadaan Alsintan Bersertifikat TKDN
Diketahui, salah satu daerah saat ini yang berkomitmen mengembangan budi daya padi organik ramah lingkungan adalah Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).
Plh. Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulut Wilhemina Pangemanan menyebutkan salah satu yang menjadi prinsip dalam pengembangan beras organik adalah prinsip lingkungan.
Prinsip tersebut menjaga dan meningkatkan keseimbangan dalam ekosistem, mencegah eksploitasi berlebih, dan memaksimalkan penggunaan sumber daya yang terbarukan.
"Adanya pengembangan beras organik di Sulut meningkatkan pendapatan petani di Sulut," kata Wilhemina.
Perwakilan Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH), Sulut, Johanis Wowor menambahkan berbicara mengenai beras organik maka akan bersangkutan dengan pertanian organik, yang menjadi jawaban bagi petani untuk meningkatkan kemandirian petani.
Misalnya untuk kebutuhan pupuk.
Pertanian organik tak membutuhkan pupuk buatan pabrik, sehingga bila dikombinasikan dengan bidang peternakan, pengadaan pupuk bisa diupayakan sendiri.
Pupuk organik juga lebih ramah lingkungan dibanding pupuk non organik.
“Dengan tak adanya ketergantungan terhadap pupuk pabrik, petani bisa lebih mandiri dan hemat modal,” terangnya.
James Massie, salah seorang petani padi organik menyatakan pentingnya menambah value pada produk agrikultur melalui industri makanan sehat.
Diperlukan riset dan pengembangan untuk meningkatkan nilai tambah produk.
Pengembangan juga diperlukan pada Sumber Daya Manusia yang ada untuk penerapan inovasi.
"Beras organik membuka peluang bagi petani dan peternak untuk saling bekerja sama dan meningkatkan nilai jual dari hasil produksinya," ucapnya.
Terakhir, Sony Ambun, salah seorang petani juga menjelaskan perihal pengendalian hama dan penyakit utama padi pada padi organik.
Organisme pengganggu tanaman (OPT) bisa menyebabkan tercapainya potensi produksi varietas unggul, hasil panen yang tidak stabil, bahkan kehilangan hasil pra-panen.
"Masalah yang terjadi di lapangan juga sangat beragam, seperti pola tanam tidak serempak, penggunaan varietas rentan, tidak ada rotasi varietas, kurangnya monitoring sehingga terlambat pengendalian, tidak tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, tepat sasaran, dan waktu," tuturnya. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kementan Bikin Gebrakan Baru, Konon Presiden Sudah Setuju
Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Dedi Sofian, Dedi Sofian