jpnn.com, PALEMBANG - Kementerian Pertanian (Kementan) mengatakan, ketika memasuki puncak kemarau saat ini, mereka terus mengupayakan langkah untuk memitigasi. Curah hujan yang masih rendah menjadi tantangan tersendiri bagi para petani dalam bercocok tanaman.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Suwandi menyatakan, sebagai langkah mitigasi, pihaknya telah mengupayakan langkah antisipasi. Yakni seperti pipanisasi, pompanisasi, dan percepatan tanam padi gogo sawah dengan sistem tabur benih langsung untuk daerah potensial, serta mengoptimalkan tanam padi di lahan rawa.
BACA JUGA: Kementan Targetkan Ekspor Itik dan Pakan Ternak ke Timor Leste
"Di musim kemarau ini kami harus mengoptimalkan potensi lahan rawa lebak, khususnya wilayah yang belum mendapatkan bantuan program serasi. Karena kami ingin optimalkan di lahan rawa ini untuk menambah luas tanam," ujar dia saat memberikan sambutan pada Rakor Luas Tambah Tanam d Palembang, Selasa (27/8).
BACA JUGA: Kementan Targetkan Ekspor Itik dan Pakan Ternak ke Timor Leste
BACA JUGA: Beri Bantuan Alsintan, Kementan Dorong Jembrana Tingkatkan Produksi Pertanian
Menurut Suwandi, rawa yang biasanya airnya tinggi, maka pada musim kemarau surut. Sehingga, kondisi sekarang merupakan saat yang tepat petani untuk segera menanam di rawa.
Tentunya, Kementan akan berkomitmen memberikan bantuan. Untuk setiap kepala dinas yang hadir diminta segera mendata Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL).
BACA JUGA: Impor Jagung Tidak Dukung Ekonomi Kerakyatan
"Agar segera diusulkan, kami akan bantu benihnya segera dan juga siapkan Brigade Alsintan jika memang dibutuhkan untuk mempercepat pertanaman,” sambung Suwandi.
Perlu diketahui, berdasarkan data Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), potensi lahan rawa di sana sebesar 200 ribu hektare dan sudah ditanami 167 ribu hektare. Artinya masih ada potensi lahan rawa yang bisa digenjot lagi.
Di samping mengoptimalkan lahan rawa, Suwandi juga meminta setiap daerah fokus mendata pertanaman yang masuk kategori di luar luas bakunya. Kategori ini yaitu kategori lahan bukan sawah seperti di bawah tegakan kelapa, di lahan areal hutan maupun lahan integrasi dengan sawit.
"Di Sumsel ini masih banyak pertanaman yang belum tercover dalam pendataan secara spasial sehingga sering terjadi selisih perhitungan luas tambah tanam," ucapnya.
"Kita harus belajar menggunakan aplikasi pencatatan standingcrop agar data yang didapat lebih akurat dan valid," pinta Suwandi.
Diketahui, aplikasi berbasis mobile ini adalah penyempurnaan aplikasi yang pernah dibuat oleh Kementan. Pengguna cukup mengunduh di playstore https://play.google.com/store/apps/details?id=com.esri.arcgis.collector
Di tempat yang sama, Kepala Bidang Data Non Komoditas, Pusat Data dan Sistem Informasi Kementerian Pertanian, Luthful Hakim memberikan pelatihan singkat penggunaan aplikasi tersebut.
"Dengan adanya aplikasi ini memudahkan instansi terkait seperti Kementan, Dinas Pertanian, Kementerian ATR/BPN, BPS bisa mudah melakukan cross cek data, sehingga meminimalisir perbedaan data di Provinsi Sumatera Selatan," katanya. (cuy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kementan Terus Sosialisasikan Peluang Pendanaan untuk Petani
Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan