jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY bercerita soal pengalaman sebagai seorang prajurit TNI.
AHY menyebutkan sebagai abdi negara, dirinya diajarkan untuk senantiasa memegang teguh nilai dan etika keperwiraan.
BACA JUGA: AHY Move On, Memaafkan, tetapi Tak Melupakan, Ada Pesan Buat Anies Baswedan
"Hal ini adalah modal utama bagi seorang prajurit dalam mengemban tugas apa pun. Dalam kondisi perang saja kami diwajibkan saat itu untuk mematuhi etika dan aturan," kata AHY saat konferensi pers di DPP Demokrat, Senin (4/9).
Dia menyebutkan dalam perang bukan hanya membunuh atau dibunuh, menang atau kalah, tetapi juga soal cara bagaimana memenangkan peperangan tersebut.
BACA JUGA: AHY Ternyata Telah Membalas Surat Anies
"Begitu juga dalam berpolitik, saya rasa semua rakyat Indonesia yang kita perjuangkan ini sepakat untuk berpolitik secara beretika. Artinya kita mendambakan praktik yang baik dan tidak menghalalkan segala cara," lanjutnya.
AHY juga memyebutkan pihaknya juga tidak ingin seolah semuanya bisa asal tidak boleh kalah.
BACA JUGA: Anies Merayu AHY dengan Surat dan Pesan Guru Spiritual, tetapi Akhirnya Beda
"Cara tidak boleh menikam tujuan, cara juga harus dijiwai oleh tujuan, begitupula sebaliknya, ini adalah pandangan pemimpin besar Mahatma Gandhi yang juga menjadi rujukan utama dari pikiran Presiden Soekarno," jelasnya.
Dia mengaku sejak awal pihaknya memiliki harapan besar hadirnya perubahan dan perbaikan.
"Bukan perubahan biasa, tetapi perubahan besar dan fundamental yang berlandaskan pada nilai-nilai dan etika. Ini tentu membutuhkan kerja keras, kerja sama, dan komitmen dari semua yang ingin melakukan perubahan tersebut," kata AHY.
Walakin, kenyataannya tidak mudah untuk diwujudkan, komitmen menjadi barang yang langka.
"Kata maaf dijadikan obat yang murah untuk pengingkaran atas sebuah komitmen. Ini tentu berbahaya, jika dibiarkan bisa menjadi budaya," tuturnya.
Dia khawatir hal itu akan menjadi sebuah pembenaran dan lambat laun bisa membentuk karakter bangsa yang tidak bertanggung jawab.
"Tentu sekali lagi kami tidak akan membiarkan itu terjadi. Untuk itu, kami tidak akan meneyrah untuk terus memperjuangkan nilai dan etika dalam kehidupan politik dan demokrasi kita," tegasnya.
Tak hanya itu, dia juga menjelaskan partai politik adalah sebuah institusi, sehingga memiliki tata kelola dan mekanisme. Terlebih dalam pengambilan keputusan yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
"Memilih pemimpin, utamanya calon presiden dan calon wakil presiden yang kelak akan bertanggung jawab atas lebih dari 270 juta jiwa tidak bisa diputuskan begitu saja dalam hitungan menit oleh segelintir orang," jelasnya.
Dia menjelaskan sejak awal Partai Demokrat telah mengingatkan untuk tidak sekali-kali melakukan fait acompli.
"Dalam tanda kutip memaksa Partai Demokrat untuk menerima sebuah keputusan yang sepihak tanpa melibatkan partisipasi dalam pengambilan keputusan tersebut," jelasnya.
AHY juga menyebutkan semua hal harus berdasarkan rasa saling percaya, semangat keadilan, dan kesetaraan yang menjadi titik temu perjuangan.
"Bagi kami lebih baik bersepakat untuk tidak bersepakat, agree to disagree, daripada dipaksa menerima keputusan yang kami sendiri tidak terlibat dalam prosesnya. Sehingga kami mengimbau, janganlah hal yang besar dikecilkan, sementara hal yang kecil dibesarkan," pungkas AHY.(mcr8/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
BACA ARTIKEL LAINNYA... DPD Demokrat NTB Turunkan Baliho Anies-AHY
Redaktur : Fathan Sinaga
Reporter : Kenny Kurnia Putra