Kepala BBVeteriner Maros Pastikan Kematian Sapi di Sulsel Negatif Antraks

Minggu, 26 Juni 2022 – 11:33 WIB
Kementerian Pertanian (Kementan) Risman Mangidi memastikan satu ekor sapi yang mati di Desa Marumpa Kecamatan Marusu, Maros, Sulawesi Selatan pada 23 Juni. ilustrasi Foto: Antara

jpnn.com, MAROS - Kepala Balai Besar Veteriner (BBVet) Maros, Kementerian Pertanian (Kementan) Risman Mangidi memastikan satu ekor sapi yang mati di Desa Marumpa Kecamatan Marusu, Maros, Sulawesi Selatan pada 23 Juni lalu negatif antraks. 

Hal tersebut dia sampaikan dalam keterangan tertulisnya pada Minggu (26/6).

BACA JUGA: Kementan Perkuat Pengembangan dan Hilirisasi Kopi dan Kakao Bali

Dia menjelaskan kepastian itu diperoleh setelah hasil dari investigasi dan penggalian informasi yang dilakukan oleh tim gabungan dinas pertanian dan ketahanan pangan Kabupaten Maros bersama BBVet. 

Tim Investigasi BBVet Maros dipimpin oleh drh. Erdi Purwanto, M.Biomed bersama  Drh. Nana Junita, dan Arham dari Puskeswan Kab. Maros. 

BACA JUGA: Kementan dan TNI AU Berkolaborasi Kembangkan Sorgum dan Jagung di Area Bandara El Tari

Risman mengungkapkan sampel dari kasus kematian ternak tersebut terkonfirmasi negatif B.antracis penyebab Antraks.

"Hasil ini diketahui setelah dilakukan pengujian labolatorium," ujar Risman.

BACA JUGA: Kementan Siap Geber Vaksinasi Darurat untuk Redam Wabah PMK

Menurut dia, pengambilan sampel dilakukan di lokasi kematian dengan aseptis memperhatikan biosekuriti yang disebabkan oleh agen bersifat zoonosis dan berbahaya.

Menurutnya, sampel yang diambil berupa tanah di sekitar daerah lubang kumlah pada posisi sapi mati, swab, preparat ulas dan potongan telinga. 

Selanjutnya dilakukan pengujian isolasi bakteri di laboratorium BBVet Maros untuk mengkonfirmasi penyebab kematian ternak tersebut.

"Selama ini di Sulawesi Selatan, penyebab kematian mendadak ternak ruminansia secara umum disebabkan oleh keracunan, malnutrisi dan antraks", ungkap Risman. 

"Karena merupakan daerah endemis antraks, sehingga nekropsi bukan merupakan pilihan yang harus dilakukan," sambungnya.

Lebih lanjut, Risman mengatakan jika daerah tersebut juga sebagian besar peternak melakukan pemeliharaan dengan sistem ekstensif. 

Ternak hanya berada di kandang pada malam hari dan siang hari dilepas ke area penggembalaan.

"Cuaca yang ekstrim akhir-akhir ini menyebabkan ternak dapat dehidrasi di area penggembalaan," urai Risman.

Meskipun sudah dipastikan negatif antraks, tetapi pihaknya akan melakukan investigasi lanjutan. 

Hal ini, kata dia, untuk memastikan situasi penyakit hewan khususnya di Kabupaten Maros dalam kondisi terkendali dan aman.

"Untuk menelusuri penyebab kematian tersebut, akan dilakukan investigasi lanjutan dan monitoring bersama oleh tim Dinas Ketahanan Pangan Kab. Maros di wilayah kejadian kasus sekaligus untuk memastikan bahwa situasi penyakit hewan aman dalam menyambut Hari Raya Iduladha tahun 2022," pungkasnya. (ddy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kementan-APH Provinsi NTT Berkolaborasi untuk Tingkatkan Program Jaga Pangan


Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Dedi Sofian, Dedi Sofian

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Kementan   sapi   bbvet   Virus Antraks  

Terpopuler