Kepala BNPT: Kaum Intelektual Juga Sudah Terpapar

Selasa, 06 Desember 2016 – 18:55 WIB
BNPT menggelar Seminar Nasional 'Preventif Justice dalam Antisipasi Perkembangan Ancaman Terorisme' di Hotel Borobudur, Selasa (6/12). FOTO: Ken Girsang/JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius dan Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menandatanganani nota kesepahaman bersama atau memorandum of understanding (MoU) terkait penanganan masalah terorisme.

Penandatanganan dilaksanakan di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (6/12) bersamaan dengan seminar nasional "Preventif Justice dalam Antisipasi Perkembangan Ancaman Terorisme" yang dilaksanakan BNPT.

BACA JUGA: FPI Bakal Terjunkan Massa Kawal Sidang Ahok

Menurut Suhardi, MoU sangat penting. Apalagi mengingat keterbatasan anggota BNPT dalam melaksanakan tugas sebagaimana diatur dalam undang-undang.

"Anggota BNPT kan terbatas. Misalnya terkait pencegahan, untuk monitoring ketika mereka (mantan narapidana terorisme,red) keluar dari lembaga pemasyarakatan itu kan domisilinya di seluruh Indonesia. Kan tidak mungkin kami saja yang mengawasi," tutur Suhardi.

BACA JUGA: Jokowi: Berapa Pengedar dan Bandar yang Meninggal?

Karena itu, kata mantan Kabareskrim Mabes Polri ini, BNPT sangat membutuhkan bantuan dari kepolisian yang terakses di seluruh Tanah Air. Bahkan hingga ke tingkat kelurahan/desa yang ada.

"Kemudian untuk penegakan hukum, kami juga masih banyak minta bantuan ke Densus 88. Kemudian yang kerja sama internasional, kami juga minta bantuan mereka. Artinya MoU ini untuk mengikat, mempersatukan. Apalag mulai Januari 2017, kami akan mulai menggunakan pusat deradikalisasi di Sentul. Itu ada proses, bagaimana psikologinya, agamanya," ujar Suhardi.

BACA JUGA: APIP Didorong Aktif Laporkan Korupsi Daerah ke KPK

BNPT juga membutuhkan bantuan pengamanan. Karena itu secara pribadi Suhardi berpendapat, nasional security perlu digeser. Harus diperkuat. Paling tidak ditandai dengan penguatan Undang-Undang UU Nomor 15/2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.

"Enggak mungkin kami kerja sendiri. Untuk itu kami mengemas (RUU Terorisme,red). Karena sekarang sudah lintas batas. Kaum intelektual pun sudah mulai terpapar dengan radikalisme. Konsep-konsep NII, khilafah, itu berjalan semuanya. Rekrutmen itu berjalan, teman-teman sudah paham semua itu," kata Suhardi.

Menurut Suhardi, paham-paham radikalisme masuk begitu jauh ke tengah masyarakat, karena kelompok-kelompok terorisme yang ada punya jaringan.

"Kami mengidentifikasi, ruang-ruang itu lintas batas semuanya. Karena itu kami enggak bisa jalan sendirian. Enggak bisa satu institusi diserahkan pada BNPT semuanya. Yang paling penting bagi kita bagaimana, menginternasilisasi kepada anak-anak kita, kalau enggak lupa dengan nilai-nilai bangsanya sendiri," tutur Suhardi.(gir/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Please, Simak Analisis Panglima TNI Soal Teroris Ini


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler