jpnn.com, YOGYAKARTA - Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof Yudian Wahyudi mendorong dunia kedokteran mampu mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila menjadi sikap, perilaku, etos kerja dan terobosan baru berdasarkan semangat gotong royong seperti yang digagas Bung Karno.
Hal tersebut disampaikan Prof Yudian saat menjadi keynote speaker dengan mengangkat tema "The Role of National Outlook: Expected Values of PANCASILA for Health Professions" pada acara Indonesian Medical and Health Professions Education 1st International Conference di Auditorium Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Selasa (5/7).
BACA JUGA: BPIP Minta ASN Aplikasikan Nilai Pancasila sebagai Prinsip Dasar
Acara Indonesian Medical and Health Professions Education 1st International Conference yang berlangsung di Auditorium Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Selasa (5/7). Foto: Dokumentasi BPIP
BACA JUGA: Pancasila Jadi Mata Ajar Wajib, BPIP: Universitas Jember akan Jadi Benteng Pendobrak
Prof Yudian menyampaikan penghayatan nilai-nilai Pancasila di dunia kedokteran pada akhirnya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kesejahteraan rakyat Indonesia.
"Saya berharap dalam konferensi internasional ini para peserta tidak hanya mampu menyerap materi yang diberikan oleh para pembicara, tetapi juga mampu mengimplementasikan dan menginternalisasi nilai-nilai Pancasila ke dalam sikap, perilaku, etos kerja, dan terobosan-terobosan baru di dunia medis," ujar Prof Yudian.
BACA JUGA: Dewan Pakar BPIP: Diplomasi Pancasila Terbukti Ikut Redakan Konflik di Sejumlah Negara
Dia mengungkapkan semangat para praktisi medis dan para profesional kesehatan telah hadir jauh sebelum proklamasi kemerdekaan.
"Gagasan Pancasila telah dicetuskan oleh Soekarno dan kemudian diperkuat oleh Bung Hatta. Namun semangatnya telah dipupuk jauh sebelum proklamasi kemerdekaan, dan dipraktekkan antara lain oleh para praktisi medis dan profesional kesehatan," ujarnya.
Prof Yudian mengatakan contoh pahlawan kesehatan, seperti Prof Dr Sardjito, Rektor pertama Universitas Gadjah Mada, yang kemudian diabadikan menjadi nama rumah sakit UGM.
Prof Sardjito memprakarsai pendirian laboratorium dan rumah sakit pada masa perjuangan kemerdekaan.
Selain itu, Doktor Cipto Mangunkusumo yang atas jasa-jasanya, namanya juga diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Dokter Marie Thomas sebagai dokter wanita pertama di Indonesia, dan banyak lagi.
Semua contoh sejarah tersebut dikatakan Prof Yudian bahwa dunia medis melayani bukan hanya untuk menyelamatkan manusia, tetapi juga menghormati kemanusiaan.
Praktek gotong royong dalam dunia kesehatan disampaikan Prof Yudian sangat kentara pada masa-masa puncak Covid-19, berbagai kalangan bahu membahu saling membantu dalam menangani ekonomi dan kesehatan dari dampak pandemi, mulai dari makanan pokok, obat-obatan hingga informasi layanan kesehatan.
"Tenaga kesehatan tanpa lelah berada di garis depan untuk merawat pasien dan mengatasi pandemi," ujarnya.
Hadir juga dalam acara tersebut, Wakil Kepala BPIP DR Karjono, Deputi Bidang Hubungan Antar-Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi dan Jaringan Ir Prakoso, Dekan Fakultas Kedokteran UGM Yodi Mahendradhata, dan Ketua Konferensi Prof Mora Claramita. (mrk/jpnn)
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi