jpnn.com, AMBON - Kepala BPIP Prof Yudian Wahyudi menggugah rasa nasionalisme masyarakat Ambon pada acara Seminar Nasional Sosialisasi Pembinaan Ideologi Pancasila di Universitas Pattimura, Senin (30/10).
Dalam seminar nasional yang bertajuk 'Internalisasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam Penguatan Ideologi Pancasila', Prof Yudian memaparkan sejarah berdirinya NKRI yang sarat akan perjuangan dan kecerdasan berpikir para proklamator.
BACA JUGA: Stafsus BPIP Romo Benny Susetyo Tegaskan Pancasila Jawaban atas Permasalahan di Indonesia
Di hadapan ratusan mahasiswa, unsur TNI, ASN, dan organisasi kemasyarakatan yang hadir, Prof Yudian mengungkapkan penjajahan berlangsung selama 430 tahun sejak Malaka jatuh dikarenakan bangsa Indonesia kalah teknologi militernya.
“Proklamasi yang menang memimpin. Kegeniusan para proklamator kita, berhasil proklamasi di tengah kekosongan kekuasaan saat itu (Jepang dibom atom). Syarat untuk merdeka kita tidak punya, tetapi kita revolusi," kata Prof Yudian.
BACA JUGA: Kepala BPIP Sampaikan Pentingnya Pembinaan Ideologi Pancasila Kepada Para Santri
Prof Yudian juga memaparkan berdasarkan sejarah kemerdekaan Indonesia, para pemuda memiliki peran yang besar memerdekakan Bangsa Indonesia dari penjajahan dengan adanya peristiwa Sumpah Pemuda.
“Kenapa kita merasa satu? Karena itulah jasa Sumpah Pemuda. Anak-anak yang disekolahkan oleh penjajah, tetapi mereka memikirkan gagasan untuk memerdekakan Indonesia, salah satunya kan Nyong Ambon," paparnya.
BACA JUGA: Menuju Indonesia Emas 2045, BPIP Siapkan Generasi Muda Berkarakter Pancasila
Serentak ratusan audiens bertepuk tangan riuh, merespons pidato Kepala BPIP yang berapi-api tersebut.
“Jangan pernah menganggap bangsa kita ini bangsa kecil. Bangsa kita bangsa terbaik di muka bumi dalam pendirian negara. Sumpah pemuda itu merupakan mukjizat (miracle) pertama Bangsa Indonesia," imbuh Prof Yudian.
Dia pun berpesan bangsa Indonesia patut bersyukur atas kemerdekaan yang telah diperjuangkan dan diraih oleh para pahlawan di tengah perang dunia kedua, perang terbesar di dunia.
“Oleh karena itu kita harus bersyukur. Caranya harus belajar untuk memperkuat pemahaman Pancasila yang telah mempersatukan kita," pesannya.
Sementara itu, Deputi Bidang Hubungan Antarlembaga, Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan BPIP Ir Prakoso dalam laporannya menyampaikan kegiatan ini merupakan upaya BPIP dalam menginternalisasi nilai-nilai Pancasila secara konsisten dan berkelanjutan.
“Kegiatan ini akan terasa dampaknya jangka panjang. Adik-adiklah calon pemimpin masa depan yang harus berkarakter dengan penghayatan Pancasila sebagai solusi dari berbagai masalah bangsa yang akan dihadapi," kata Prakoso.
Prakoso juga menyampaikan Indonesia bukan hanya Jawa, melainkan sangat luas sehingga dia berpesan agar selalu menjaga persatuan di tengah kebhinekaan.
“Deklarasi Juanda, Jawa sama Maluku tidak ada yang membedakan, laut menyatukan NKRI. Katong semua basudara," tegas Prakoso.
Dalam kesempatan yang sama, Rektor Universitas Patimura Prof MJ Saptenno berharap sosialisasi Pancasila perlu dilakukan secara 3 dimensi, yaitu formal, informal, maupun nonformal untuk membangun kohesi sosial yang lengkap.
“Suatu bangsa yang tidak punya ideologi akan kesulitan. Oleh karena itu, sebagai generasi muda harus paham betul nilai-nilai yang ada pada Pancasila," pesannya.
Menurut saptenno, perlu dilakukan praktik-praktik baik dalam mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila, karena ada pengaruh internal dan eksternal.
"Dengan adanya BPIP, saya yakin mampu memfilter itu," ujar Saptenno. (mrk/jpnn)
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi