jpnn.com, BALI - Bali kerap menjadi tempat bersejarah dalam konferensi tingkat dunia yang membuahkan aksi dan solusi dalam permasalahan global.
Di Pulau Dewata ini, 60 pemuda-pemudi, delegasi dari lebih dari 50 negara peserta G20 berkumpul di Ubud, Bali dalam Peace International Summit atau KTT Perdamaian Internasional yang bertajuk Peace20, The Golden Rule: Do Unto Others as You Would Have Them Do Unto You pada Selasa (1/11).
BACA JUGA: BPIP Angkat Purna-Paskibraka 2021 sebagai Duta Pancasila di Lampung dan NTB
KTT Perdamaian yang dibuka secara resmi oleh tuan rumah Panglingsir/Raja Ubud Tjokorda Gde Putra Sukawati ini juga dihadiri Panglingsir Utama Bali dari Kerajaan Klungkung Tjokorda Gde Agung gelar Ida Dalem Semaraputra.
BACA JUGA: BPIP: Tanggung Jawab Bersama untuk Merawat NKRI
Selain itu, para pembicara internasional Princess Cheryl Halpern selaku Chairwoman Peace20 Dr Abraham Joseph (UN DGGW Peace Activist), Ketua Panitia Nasional Peace International Summit yang juga Ketua PWNU Jatim K.H. Marzuqi Mustamar, Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP RI) Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi M.A, Ph.D, pejabat yang mewakili Kapolri, Mendagri, Menteri LHK dan Chairman VOP Prince Damien Dematra.
Kemudian, hadir secara daring narasumber Uskup Riah Abu Asshal dari Palestina, Menteri Parekraf, dan menteri agama. Kepala BPIP RI Yudian Wahyudi turut memberi arahan kepada para delegasi.
BACA JUGA: Kepala BPIP Tegaskan Santri Tetap Berperan Strategis Membangun Peradaban Bangsa
Dia menuturkan, kegiatan Peace International Summit yang diselenggarakan Voice of Peace Initiative (VOP) ini kental dengan semangat persatuan untuk mencapai perdamaian dunia muda-mudi dari berbagai negara, seperti semangat Sumpah Pemuda yang baru-baru ini Bangsa Indonesia peringati.
“Acara ini juga untuk mendukung Presidensi Indonesia dalam G20, sekaligus dalam rangka memperingati HUT ke-5 VOP yang diselenggarakan oleh Bapak Wakil Presiden RI bersama 1000 anak yatim,” tutur Prof. Yudian.
Kepala BPIP yang juga lulusan Harvard University ini memberi gambaran kepada para delegasi bahwa Indonesia adalah negara kepulauan terbesar ke-4 dunia dengan beragam perbedaan.
Namun, dengan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika, Bangsa Indonesia dapat bersatu dalam kerukunan hingga sekarang dan selamanya.
“Masyarakat Indonesia memiliki pengalaman 2000 tahun dalam mengembangkan cara-cara positif untuk bekerja dengan keragaman budaya dan agama untuk membina kehidupan yang harmonis. Jadi, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika dan adat gotong royong adalah dasar yang berharga bagi antar budaya dalam lingkungan budaya, perdamaian dan kerukunan, tidak hanya untuk Indonesia, tetapi untuk seluruh umat manusia di dunia,” terangnya.
Dalam menciptakan kerukunan dan perdamaian dunia, Prof. Yudian menambahkan, Pancasila bersifat universal yang sudah terbukti dan dapat dipedomani oleh masyarakat dunia.
“Saya ingin mengutip pidato mantan Presiden RI dan Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, Prof. Dr. (H.C) Megawati Soekarnoputri dalam 17th Jeju Forum for Peace and Prosperity di Korea Selatan, bahwa semua bangsa tentu memiliki kehendak dan kepentingan internalnya masing-masing. Namun respons (peserta) terhadap Pancasila sangat positif karena dalam setiap sila selalu ada kekaguman dari sila ke-1 sampai dengan sila ke-5,” kata Prof. Yudian.
Yudian menyampaikan apresiasinya kepada Ketua VOP Prince Damien Dematra selaku kandidat penerima penghargaan dunia Nobel Perdamaian.
Para delegasi dan tamu kehormatan yang hadir serentak memberi tepuk tangan gemuruh terhadap sambutan Kepala BPIP tersebut.
Sementara itu, Ketua Panitia Peace20 K.H. Marzuqi Mustamar menuturkan pentingnya menjaga perdamaian.
“Kita hidup berkemajuan bukan karena kesamaan. Di sini kita bisa makmur karena ada cinta kasih dan perdamaian”, ungkap Ketua PWNU Jatim ini.
Visions of Peace Awards adalah wadah bagi generasi muda untuk menyuarakan perdamaian dan toleransi melalui cara kreatif dan seni.
Sejalan dengan hal tersebut, Chairwoman Peace20 Princess Cheryl Halpern menantang para delegasi untuk memberikan aksi nyata sekembalinya ke negara masing-masing.
“I want to challenge everyone here at the international peace Summit to promote the ethic of reciprocity and by doing encourage children in your home countries to respect each other and overcoming prejudice and intolerance as Alfred Nobel rock and wrote. Good wishes will not ensure peace, we must remember,” tutur Princess Cheryl.
“Saya ingin menantang semua delegasi International Peace Summit untuk mempromosikan etika timbal balik untuk mendorong anak-anak di negara asal Anda untuk saling menghormati dan mengatasi prasangka dan intoleransi seperti yang ditulis oleh Alfred Nobel. Keinginan baik tidak akan menjamin kedamaian, kita harus ingat”, tutur Pincess Cheryl.
Menanggapi tantangan tersebut, salah satu delegasi asal Australia, Georgia, mengatakan, dirinya terinspirasi oleh persatuan Bangsa Indonesia dan akan menularkan perdamaian dan cinta kasih kepada lingkungan di negaranya.
“I think i will not be back to Australia without peace and love and i will spread with my heart because i had some positive values from Peace International Summit 2022 in Bali”, tutur Georgia.
“Saya pikir saya tidak akan kembali ke Australia tanpa membawa perdamaian dan cinta kasih, dan saya akan menyebarkannya dengan setulus hati karena saya mendapatkan banyak nilai positif dari Peace International Summit 2022 di Bali,” tutur Georgia.
Hadir dalam acara tersebut, Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan BPIP, Ir. Prakoso; Deputi Bidang Hukum, Advokasi, dan Pengawasan Regulasi, K.A. Tajuddin, S.H., M.H.; Direktur Penyusunan Rekomendasi Kebijakan dan Regulasi, Drs. R. Dian Muhammad Johan Johor Mulyadi, M.H. (mrk/jpnn)
Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Tarmizi Hamdi, Tarmizi Hamdi