Kerek Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Andalkan Surat Utang

Selasa, 23 Mei 2017 – 11:31 WIB
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Bambang Brodjonegoro. FOTO: Dok. JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah mengandalkan surat utang negara untuk mengerek pertumbuhan ekonomi.

Hal itu seiring perbaikan rating investment grade dari Standard n Poor’s (S&P).

BACA JUGA: Ekspor Masih Bergantung Harga Komoditas

Apalagi, pemerintah telah mematok pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,4 persen hingga 6,1 persen pada 2018.

”Kami berharap momentum perbaikan sekarang. Fokus tahun ini adalah investasi,” kata Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro di Hotel Pullman, Jakarta, Senin (22/5).

BACA JUGA: Gerindra Pesimistis dengan Pertumbuhan Ekonomi 2018

Saat ini, pertumbuhan investasi hanya 4–5 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Angka itu belum cukup kuat untuk mendorong perekonomian tumbuh sesuai target pemerintah. ”Kami ingin dorong investasi ke 7–8 persen,’’ ujarnya.

BACA JUGA: 3 Tantangan Utama Perekonomian Indonesia Tahun Depan

Pemerintah juga memperoleh momentum karena kenaikan rating dari S&P berpotensi menaikkan pamor surat utang Indonesia di pasar keuangan.

Dengan demikian, cost of fund dan yield surat utang Indonesia bisa menurun.

”Banyak lembaga yang hanya mau membeli surat berharga kalau rating dari tiga agensi (Moody's, S&P, dan Fitch, Red) sudah investment grade. Jadi, harapannya, surat utang kita bisa lebih kompetitif,’’ ungkap Bambang.

Kenaikan rating juga memberikan angin segar bagi pasar modal Indonesia. Sejumlah emiten memantapkan rencana melakukan penawaran saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun ini.

’’IPO yang tadinya agak lesu justru akan dapat respons lebih bagus dari yang kemarin,’’ ucap Direktur Head of Investment Banking Bahana Sekuritas Andi Sidharta.

Tingginya minat emiten yang ingin go public tahun ini juga terdorong perbaikan kinerja ketimbang tahun lalu.

Andi memprediksi kinerja saham-saham perbankan terdongkrak karena risiko kreditnya akan semakin kecil.

Perbaikan rating kredit juga bisa memberikan efek positif pada perusahaan yang menerbitkan global bond karena biaya dananya turun.

Imbasnya, realisasi investasi diharapkan semakin meningkat. ’’(Saham) infrastruktur juga terpengaruh,’’ jelas Andi.

Perusahaan investasi Goldman Sachs Group Inc. pada Maret lalu memproyeksikan kenaikan rating kredit Indonesia berpeluang meningkatkan daya tarik aset di antara investor institusi konservatif Jepang serta membantu menyerap dana hingga USD 5 miliar.

S&P tergolong lebih lambat menyematkan predikat layak investasi kepada Indonesia ketimbang Moody’s dan Fitch.

Keterlambatan itu disebabkan kekhawatiran terhadap pertumbuhan dan peningkatan kredit macet. (rin/ken/dee/c23/noe)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Indonesia Favorit Investor, Dana Asing Masuk Rp 105 Triliun


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler