Keretek Lintingan Tangan Terancam Punah

Kamis, 27 Maret 2014 – 07:01 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Industri rokok keretek linting tangan atau yang sering disebut sigaret keretek tangan (SKT) sedang menghadapi tantangan serius. Perubahan perilaku perokok serta minimnya perhatian dari pemerintah membuat industri asli Indonesia itu terancam punah.

Industri rokok kecil dan menengah yang tergabung dalam Forum Masyarakat Industri Rokok Indonesia (Formasi) meminta pemerintah untuk mengambil langkah penyelamatan. “Sejak 2008 pangsa pasar dan ruang gerak industri SKT secara rata-rata semakin melemah, terutama sepanjang 2013," ungkap Ketua Harian Formasi Heri Susianto, Rabu (26/3).

BACA JUGA: Bangun SID, OJK Keluar Dana Rp 10 Triliun

Salah satu pemicu penurunan industri SKT adalah perubahan preferensi perokok dewasa yang beralih dari segmen SKT kepada segmen rokok lainnya. Heri mengungkapkan, akselerasi penurunan SKT semakin nyata.

Data 2012 menunjukkan, pangsa pasar SKT sebesar 26,1 persen. Setahun kemudian pangsa pasar itu merosot menjadi 23,1 persen.

BACA JUGA: Investor Tergiur Kelas Menengah

Hal tersebut menunjukkan bahwa daya saing produk SKT semakin kecil jika dibandingan dengan segmen rokok lainnya.

Heri menyebutkan, industri SKT merupakan industri padat karya, menyerap ratusan ribu karyawan pelinting yang tersebar di berbagai perusahaan rokok sepanjang Pulau Jawa. Ratusan ribu karyawan pelinting yang terlibat langsung dalam produksi SKT menggantungkan hidup di industri tersebut.

BACA JUGA: PT Antam Tunjuk Seorang Direksi dan Dua Komisaris Baru

“Karena itu, pertumbuhan maupun penurunan pada segmen ini akan langsung berdampak pada jumlah tenaga kerja. Kita ingin SKT sebagai warisan produk asli bangsa tetap lestari dan dilindungi," pinta Heri.

Di sisi lain, yang sangat berpotensi melemahkan industri SKT adalah kenaikan tarif cukai rokok yang terjadi setiap tahun. Kenaikan itu tidak mempertimbangkan kendala dan dinamika industri SKT yang sangat rentan tergerus segmen lainnya.

“Kenaikan tarif cukai rokok jelas akan menurunkan daya beli masyarakat terhadap produk sigaret keretek tangan. Penurunan daya beli ini jelas mengancam kelangsungan jalannya industri SKT yang pengerjaan dan pengolahannya dilakukan sepenuhnya oleh tenaga manusia,” ujar Heri.

Jenis rokok keretek merupakan salah satu warisan produk asli Indonesia sejak pertengahan abad ke-18 atau sekitar 200 tahun yang lalu. Dengan berjalannya waktu, rokok keretek telah mengalami berbagai evolusi.

Saat ini rokok keretek terbagi menjadi dua kategori, yaitu sigaret keretek tangan atau SKT yang dikerjakan sepenuhnya oleh tenaga manusia dan sigaret keretek mesin atau SKM yang dikerjakan melalui teknologi mesin. (wir/lya/JPNN)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dirut Garuda Siasati Utang Dengan Penambahan Modal


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler