Keris Bertuah dari Penjaga Makam, Ada Lambang Golkar

Kamis, 28 April 2016 – 00:09 WIB
Keris yang dipegang H Muzhar ini ada guratan lambang beringin, padi dan kapas. Foto: Lalu Mohammad / Lombok Post/JPG

jpnn.com - KERIS ini diprediksi berusia ribuan tahun.  Kemungkinan sang Empu yang membuatnya, saat itu ‘meramalkan’ bakal lahirnya partai besar di Nusantara. Ah...

LALU MOH ZAENUDIN, Mataram

BACA JUGA: Makin Menggeliat, Kini Sudah Merambah Semua Lapisan

H Muzhar, warga Mataram, NTB, menjamah benda sepanjang kurang lebih tiga jengkal. Keris ini terlihat kokoh. Aura tuahnya sangat  terasa. 

Keris itu hitam legam. Seperti terbuat dari ferit.  Atau mungkin juga terbuat dari inti besi. Ada guratan-guratan berbau mistis menghiasi. Alhasil, pamor keris terlihat gelap, pekat.  

BACA JUGA: Tidak Mudah Menjadi Prajurit Kopassus

“Coba perhatikan ini,” kata Haji Muzhar, telunjuknya mengarah ke Bungkul keris. Sebuah lambang unik, terlihat familiar. Sesaat Saya terkesip.

“Loh keris ini dibuat kapan pak?” tanya wartawan Lombok Post (Jawa Pos Group).

BACA JUGA: Pelajaran Penting : Tak Ada Kata Terlambat Untuk Bangkit dan Belajar

Aneh saja, kok ada lambang ‘Golkar’ di situ. Jangan-jangan, keris itu usianya, ‘baru kemarin sore’.

“Ini, usianya sudah ribuan tahun, setara atau lebih tua dari kerajaan Selaparang,” kata Muzhar meyakinkan.

Muzhar lalu tersenyum melihat gelagat saya, tidak percaya. Memang, aneh juga, kalau memang itu “keris Golkar”, harusnya ada pita di bawahnya bertuliskan “Golongan Karya”. Tapi, murni kombinasi beringin, padi, dan kapas. 

Lantas apa itu kebetulan?

“Entahlah,” jawab Muzhar singkat. Ia kembali tersenyum. 

Dari penuturannya, awalnya ia juga tidak tahu, di Bungkul keris ada lambang Golkar. Ia membeli dari seorang penjaga makam. Dengan mahar Rp 25 juta, keris itu masih dilamuri karat. Motifnya tak ada yang terlihat. Bentuknya juga. Tidak lebih istimewa dari bilah besi, buat gali tanah. 

Sampai akhirnya ia memutuskan untuk membersihkannya. Dan, alangkah terkejutnya Muzhar setelah mendapati lambang Golkar di tubuh keris itu. 

Tak mudah mendapat keris itu. Muzhar juga harus melewati masa-masa penantian yang panjang, hingga akhirnya pemegang keris berubah pikiran. “Saya beli di Mamiq Salam, beliau yang menjaga makam Selaparang,” bebernya.

Jika keris itu berumur ribuan tahun, maka sungguh hebat sang Empu. Itu tentu pembuktian besar, ramalannya terbukti. Hebatnya lagi, terbukti setelah ribuan tahun, kemudian. Lambang yang diukir, pada Bungkul Keris, kini jadi simbol sebuah partai besar dan tertua di zamannya.

“Itu mungkin kelebihan orang-orang terdahulu, di banding manusia-manusia di zaman sekarang yang lebih banyak menggunakan logika daripada kesucian hati,” tegasnya.

Sebelum, mengembalikan keris ke dalam etalase, Muzhar menyempatkan diri bercerita. Awalnya ia berfikir, menghadiahi keris itu ke Wali Kota Mataram, Ahyar Abduh. “Ya kebetulan saya cukup dekat dengan beliau, apalagi beliau kan (politisi) Golkar,” ulas Muzhar.

Kedekatan dia dengan sang Wali Kota, bukan tanpa cerita. Pada awalnya, Muzhar adalah kader fanatik partai tua juga. Tetapi kemudian, ia memutuskan bergabung dengan Golkar dan ‘dibai’at’ langsung oleh Ahyar. 

“Saat itu, di pendopo, ada beberapa pejabat pemerintah yang hadir, saya duduk di tengah-tengah seperti orang yang tengah disidang,” kenangnya. Ia tersenyum lagi.

Di situlah, Muzhar mengucapkan sumpah janji setia, mengikuti arah politik Ahyar. “Saya bilang ke beliau, ‘sejak saat ini saya ikut anda (Ahyar), tetap di Golkar’,” Muzhar lagi-lagi tersenyum. Baginya itu, pengalaman yang sangat menarik dan berkesan. 

Tetapi kemudian, ia mengurungkan niat memberikan gratis keris unik itu. Pasalnya, Muzhar khawatir, pemberiannya masuk dalam catatan gratifikasi. Sehingga bisa jadi preseden buruk, dirinya dan sang Wali Kota, suatu ketika.

“Ya tapi gak jadi, nanti dianggap gratifikasi. Beliau kan pejabat publik, nanti orang ngira-ngira ada mau saya, ngasih ini-itu ke beliau,” tutupnya.(*/r6/sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Detik-detik Menegangkan ketika Abu Sayyaf Tiba-tiba Menguasai Kapal


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler