Tidak Mudah Menjadi Prajurit Kopassus

Rabu, 27 April 2016 – 00:08 WIB
Prajurit Grup-1 Kopassus usai melakukan latihan terjun payung, Senin (25/4). Foto: Sutrisno/Radar Banjarmasin

jpnn.com - KOPASSUS, pasukan komando utama TNI Angkatan Darat yang  memiliki kemampuan khusus.  Kemarin, Radar Banjarmasin (Jawa Pos Group), mewawancarai prajurit Kopassus di sela latihan terjun penyegaran di Desa Handil Birayang Atas, Tanah Laut, Kalsel.

SUTRISNO, Pelaihari

BACA JUGA: Pelajaran Penting : Tak Ada Kata Terlambat Untuk Bangkit dan Belajar

Pasukan dengan ciri Baret Merah tersebut, Senin (25/4), datang ke Desa Handil Birayang Atas, Kecamatan Bumi Makmur, Kabupaten Tanah Laut. Mereka melaksanakan latihan terjun penyegaran dan mendarat di lahan-lahan terbuka.

Di sela-sela latihan, salah satu prajurit Grup-1 Kopassus Sertu Hariyanto berkenan untuk mengisahkan suka duka selama menjadi bagian dari pasukan elit terbaik ketiga di dunia  versi  Discovery Channel Military tersebut.  

BACA JUGA: Detik-detik Menegangkan ketika Abu Sayyaf Tiba-tiba Menguasai Kapal

Di awal pembicaraan, ia langsung memuji tinggi keberadaan Kopassus di Indonesia. Menurutnya, tidak ada pasukan di Indonesia yang dapat menandingi kehebatan prajurit Kopassus. Kopassus hanya kalah dari Special Air Service (SAS) Inggris dan Mossad Israel pada tahun 2008. 

"Awal kali mengikuti pelatihan pada tahun 1996, merupakan kehendak saya sendiri. Karena saya ingin menjadi bagian dari pasukan terbaik," katanya penuh percaya diri.

BACA JUGA: Pengabdian Dokter Monalisa, Pernah Terpeselet dan Jatuh ke Sungai

"Jika ketika itu gagal, saya lebih memilih menjadi guru ketimbang ikut pelatihan pasukan selain Kopassus," ujar pria asal Solo itu.

Menjadi prajurit Kopassus menurutnya tidak mudah. Sebelumnya harus mengikuti pelatihan Pra Komando selama tiga bulan. 

Setelah itu, ikut latihan komando selama tujuh bulan lagi. "Fisik dan mental harus kuat, ketika mengikuti pelatihan," ungkap Hariyanto.

Selesai? Belum.  Ia menambahkan, usai melaksanakan latihan komando, prajurit kembali mengikuti pelatihan spesialisasi selama tiga bulan. 

"Itu baru pelatihan prajurit komando, setelah itu ada lagi latihan tambahan yang memerlukan waktu rata-rata tiga hingga empat bulan," tambahnya.

Ia sendiri pernah ditugaskan ke Lebanon bergabung dalam pasukan perdamaian selama 14 bulan. Selain itu, ia juga pernah bertugas di Aceh, Papua, dan Ambon. 

"Berpisah dengan keluarga sudah tidak asing, yang terpenting adalah selalu mengabdi kepada masyarakat dan negara," kata Hariyanto.

Menurutnya, sebagai prajurit Kopassus harus mampu mengorbankan jiwa, harta, pemikiran serta waktu, meski dalam kondisi sesulit apapun. 

"Sampai mertua meninggal pun saya tidak dapat menghadiri karena kebetulan melaksanakan tugas," pungkasnya. (ris/by/ran)

 

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Perempuan Kreatif Berbusana Unik


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler