Kerja Sama Internasional Bisa Tekan Gerakan Terorisme

Rabu, 02 November 2016 – 20:42 WIB
Tito Karnavian. Foto: dokumen JPNN

jpnn.com - JAKARTA -‎ Kapolri Jenderal Tito Karnavian menjadi pembicara mengenai isu terorisme dalam acara World Peace Forum (WPF) di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Rabu (2/11).

Tito menyampaikan bahwa penanggulangan terorisme bisa ditekan bersama dengan memperkuat jalinan hubungan antar-negara. Hal inipun berlaku untuk menekan kelompok terorisme ISIS.

BACA JUGA: Aksi 4 November Dinilai Ujian Bagi Wibawa Presiden Jokowi

"Inilah saatnya kita menyatukan langkah kembali, dengan memperkuat kerja sama. Karena dulu dunia internasional juga berhasil melemahkan Al-Qaedah melalui kerja sama international‎," kata Tito dalam sambutannya.

Tito mengharapkan, agar semua negara mengambil andil dengan membentuk suatu wadah dalam menangani ISIS. Sehingga, kekuatan tersebut bisa menekan perkembangan ISIS yang saat ini mewabah di segala penjuru.

BACA JUGA: Bupati Tanggamus Minta KPK Dalami Peran Dewan

"Saya mengapresiasi acara yang digagas oleh Centre of Dialogue and Cooperation among Civilisations (DDCC) ini. Hal ini menunjukkan bahwa to overcome violent extrimism, bukan semata-mata menjadi tanggung jawab negara namun juga semua stakeholder yang ada," jelasnya.

Diceritakan Tito, ancaman terorisme sangat nyata bagi setiap negara. Insiden 11 September 2011 yang meledakkan gedung WTC di Amerika, kata dia, merupakan bukti nyata adanya ancaman teroris.

BACA JUGA: Mantan Hakim MK Bantah Terlibat Kasus Bupati Buton

"Dan setelahnya Presiden George Bush saat itu menyatakan perang melawan teror. Al-Qaedah diidentifikasi sebagai dalang dibalik teror tersebut‎," tambah Tito.

Setahun kemudian, dunia kembali dikejutkan oleh bom yang terjadi di Bali. Pelakunya pun berhasil diungkap setelah melewati kerja sama yang baik dengan negara-negara tetangga.

"Jaringan Al-Jamaah Al-Islamiyah yang pada kenyataanya terkait langsung dengan Al-Qaedah, baik secara ideologi, pelatihan maupun pendanaan. Jaringan tersebut memiliki sel-sel di Asia Tenggara. Serta berafiliasi pula dengan jaringan teroris global," ujar dia.

Tito melanjutkan, pada 2013, dunia kembali dikejutkan dengan deklarasi ISIS pimpinan Abu Muhammad Maqsidi yang berbasis di Irak dan Suriah. 

Pada deklarasi itu, sel-sel penganut paham radikal merapat dan banyak menimbulkan ancaman di berbagai negara.

"Berbagai serangan teror seperti di Afrika, Eropa, dan juga Asia. Bahkan di basis Tenggara khususnya, serangan kelompok ISIS terjadi pula seperti di Thailand, Filipina, dan Indonesia," terang Tito.

Tito menuturkan, ISIS lebih berbahaya dibandingkan Al-Qaedah. Sebab, ISIS punya basis teritorial. Kemudian, kemampuan militer yang mumpuni. Dan, adanya doktrin adanya kewajiban membunuh orang berbeda ideologi meski yang bersangkutan menganut agama Islam. (Mg4/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Selebaran Seruan Jihad 4 November Sudah Menyebar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler