jpnn.com, NAY PYI TAW - Indonesia menegaskan kembali pentingnya dukungan negara anggota ASEAN Member States atau AMS, dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca (GRK), dari sektor kehutanan atau Land Use Land Use Changes of Forest (LULUCF), sebesar 1.65 Gt carbon per tahun.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BLI KLHK), Dr. Agus Justianto, pada The 19th International Seminar on Current International Issues Affecting Forestry dan Forest Product di Nay Pyi Taw, Myanmar (11/7) waktu setempat.
BACA JUGA: Bakohumas Dorong Humas Pemerintah Lebih Aktif
“Berdasarkan proses implementasi National Determined Contribution (NDC), AMS dapat mengerjakan hal-hal besar jika bekerja bersama, dalam rangka mempengaruhi kebijakan di level internasional,” tutur Agus Justianto.
Mengingat 75 persen dari 17 persen emisi global merupakan kontribusi dari negara-negara berkembang, menurut Justianto, AMS dapat mengurangi emisi 5,48% dari total emisi target NDC, yang dinyatakan pada Paris Agreement.
BACA JUGA: KLHK Terbitkan Buku The State of Indonesias Forest 2018
"Walaupun tahapan implementasi REDD+ berbeda antar negara, namun implementasi REDD+ penting untuk memenuhi target NDC, di bawah kerangka Paris Agreement," lanjutnya.
Sebagai ASEAN Senior Officer on Forestry (ASOF) Leader dari Indonesia, Justianto menyampaikan, sektor kehutanan berkontribusi 17,2 persen untuk mencapai 29 persen target NDC Indonesia. "Hal ini didukung strategi menjaga angka deforestasi sebesar 0,45 juta hektare per tahun, hingga tahun 2020, dan 0,35 juta hektare per tahun, dari tahun 2021-2030.
BACA JUGA: KLHK Raih BKN Award Pengelola Kepegawaian Terbaik
Justianto menjelaskan, prinsip Manajemen Hutan Lestari, rehabilitasi 12 juta hektar lahan terdegradasi (atau 800.000 hektar per tahun dengan angka keberhasilan 90 persen), dan restorasi dua juta hektar lahan gambut, hingga tahun 2030 dengan angka keberhasilan 90 persen, juga menjadi strategi lain pengurangan emisi GRK ini.
Seminar ini dibuka oleh H.E. U Ohn Winn, Menteri Sumber Daya Alam dan Konservasi Lingkungan Myanmar, dengan menghadirkan nasrasumber dari CIFOR, FAO, ICRAF, RECOFTC. Dalam kesempatan ini, Indonesia dan beberapa negara lainnya, berbagi pengalaman terkait kontribusi sektor kehutanan bagi implementasi NDC. (adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pantauan Hotspot Nihil, Manggala Agni Tetap Waspada
Redaktur : Tim Redaksi