Kersamanah, Kecamatan di Garut yang Lima Desanya Dihuni Orang Gila (1)

Pasung untuk Ipong setelah sang Suami Tewas Kecelakaan

Kamis, 30 April 2009 – 06:13 WIB
Di Kecamatan Kersamanah, Garut, puluhan warga di lima desa mengalami gangguan jiwa berat alias gilaHingga kini, aparat pemerintah, baik pemkab maupun pemprov, masih menduga-duga penyebabnya

BACA JUGA: Diana Abbas Thalib-Hidayat Nurwahid setelah Kelahiran Bayi Kembar




AGUNG PUTU ISKANDAR, Garut

--------------------------------------------


KALAU
di Jakarta semakin banyak warga yang gila, mungkin itu wajar
Sebab, hampir semua faktor penyebab gangguan jiwa berat ada di kota terbesar di Indonesia itu

BACA JUGA: Daisy Fajarina Mencari Kejelasan Nasib Manohara Odelia Pinot

Mulai tingkat persaingan tinggi hingga situasi lalu lintas yang sering macet dan semrawut
Belum lagi dikaitkan dengan tuntutan pekerjaan

BACA JUGA: Kramat Tunggak, Kawasan Merah yang Kini Jadi Pusat Dakwah



Tapi, bagaimana jika yang banyak mengalami gangguan jiwa itu penduduk di Kersamanah, sebuah kecamatan di Garut, kira-kira lima jam perjalanan dari Jakarta? Ketika Jawa Pos berada di sana, terdapat 74 warga di kecamatan itu yang mengalami gangguan jiwa beratMereka tersebar di lima desa

Kelima desa itu adalah Desa Kersamanah, Giri Jaya, Nanjung Jaya, Sukamerang, dan SukamajuOrang-orang yang mengalami gangguan jiwa di Kersamanah tercatat 33 orang, Giri Jaya 5 orang, Nanjung Jaya 15 orang, Sukamerang 7 orang, dan Sukamaju 14 orang.

''Sebagian besar di antara mereka mengalami gangguan jiwa seriusUmumnya skizofrenia,'' kata Camat Kersamanah Akhmad Sopari

Padahal, kondisi di kecamatan tersebut jauh dari faktor penyebab gila seperti yang ada di JakartaKondisi geografis salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten Garut itu sangat bersahabatCuacanya tidak terlalu panas, bahkan cenderung dinginLebih dingin daripada Malang, tapi sedikit lebih panas ketimbang Kota Batu.

Kecamatan tersebut memang berada di lereng gunungKarena itu, tanahnya pun subur dan tidak rewel kalau ditanamiSumber air pun mengalir derasKecamatan itu tidak berada di daerah terlalu terpencilNsmun, berada di pinggir jalan raya yang menghubungkan Bandung dengan TasikmalayaJalan itu menjadi jalur utama lalu lintas dari daerah selatan Jawa Barat dan Jawa Tengah menuju Jakarta

Tapi, yang agak aneh, jumlah penderita gangguan jiwa di Kersamanah tergolong tinggiDiduga, beberapa orang gila karena beberapa faktorDi antaranya, ditinggal kekasih atau suami dan tak kunjung mendapatkan pekerjaan.

Ipong Nurhasanah, misalnyaUsia wanita ini masih produktif, 25 tahunKetika ditemui Jawa Pos di rumahnya, kampung Calingcing, Desa Kersamanah, sore kemarin (29/4) rambut Ipong lurus sebahu tampak rapiKulitnya terlihat putih bersih, khas perempuan Garut

Wajah Ipong tirus dengan bulu mata yang lentikNamun, pandangannya sayuSore itu ibu dua anak itu tiduran di kursi panjang ruang tengah rumahnyaDia hanya mengenakan BH dan selembar kain yang diikatkan melingkari tubuhnya

''Ini sudah mendinganBaru saja keluar dari rumah sakit setelah 12 hari menginap di sana,'' kata Zulaeha, tetangga Ipong yang menemaninyaZulaeha lantas mengeluarkan dua bungkus obatYaitu, Haloperidol dan Trihexyphenidyl (sepaket obat untuk gangguan jiwa berat dari golongan antipsikotik)''Dua jenis obat ini harus diminum Ipong dua kali sehari,'' ujar Zulaeha.

Ipong yang sedang tiduran lantas bangun dan dudukDahinya mengernyitDia rupanya tidak setuju dengan pernyataan Zulaeha''EnggakEnggak gituObatnya diminum kalau lagi hausKalau nggak haus, nggak diminum,'' ujarnya bersungut kesal.

Zulaeha mengangguk kepada Ipong''Ya, ini diminum biar segerHarus sering-sering ya minumnya yaBiar cepat sembuh,'' ujar ZulaehaIpong tak menghiraukanDia lantas berjalan menjauh dari kursi menuju ke tikar yang digelar di depan lemariIpong lantas merebahkan badan.

Tiba-tiba dia bangun lagiLulusan SMP itu tersenyum''Oh, ya.ya.Sekarang kan ada tamu,'' katanyaDia kemudian bangun, lantas mengenakan kaus dan kembali menuju kursinya tadiZulaeha tersenyum kepada Jawa Pos.

Zulaeha menuturkan, Ipong menderita gangguan jiwa sejak ditinggal mati suaminya, delapan tahun laluSaat itu baru empat bulan Ipong menikahSuaminya yang bekerja di kota Garut mengalami kecelakaan dalam perjalanan pulang''Saat itu suaminya naik trukSuaminya jatuh dari truk saat truk oleng,'' tutur ibu seorang anak itu.

Padahal, ujar Zulaeha, saat itu perut Ipong sedang mengandung anak pertamanyaMaka, batin Ipong yang kala itu berusia 17 tahun tertekanAwalnya, kata dia, Ipong lebih banyak diamDia mulai tak banyak omong seperti biasa''Setelah bayinya lahir, Ipong mulai kumat,'' katanya

Awalnya, kata Zulaeha, Ipong ngomel-ngomel tak karuanLama-lama dia mulai sering berteriak-teriak tanpa penyebab yang jelasKadang-kadang dia suka memukuli perabot rumahOrang tua Ipong pun takut terjadi apa-apa''Ipong kemudian dipasung di belakang rumah,'' tuturnya

Zulaeha lantas menunjuk bangunan kecil di belakang rumahnyaBangunan itu berukuran 2 x 3 meter dengan dinding dari kayu-kayu seadanya, anyaman bambu, dan kayu papan bekasDi ruangan sempit itu terdapat sebuah ranjang tanpa kasur dengan kayu melintang di salah satu ujungnyaKayu tersebut memiliki dua lubang untuk kaki.

Pemasungan Ipong hanya bertahan dua bulanSebab, dia mengeluh tak nyaman bila dipasung''Nggak enakSakitNggak ada yang bisa dilihatHanya tanah dan atap,'' ujarnya sambil terus menggeleng-gelengkan kepalanya.

Setelah dipasung, Ipong sempat menjalani pengobatanKondisinya pun mulai membaikOrang tua Ipong memutuskan untuk menikahkannya dengan seorang jejaka asal GarutPernikahan itu sempat dikaruniai satu anak

Entah kenapa, tiga bulan lalu Ipong kambuh lagiSang suami pun langsung meninggalkan dia dan membawa serta anaknya''Sampai sekarang dia tidak pernah kembaliBahkan, memberi uang pun tidak,'' kata Zulaeha.

Lain lagi dengan tiga bersaudara, Dede, Dodi Setiadi, dan MuljanaTiga bersaudara dari enam bersaudara itu sama-sama menderita schizofrenia''Awalnya, Dede yang kena duluan,'' kata Ujang, warga Kampung Giri Jaya, Kersamanah, bapak ketiga penderita itu.

Ujang menuturkan, pada akhir 2003, kampanye partai politik sedang ramai-ramainyaSaat itu, Indonesia sedang menggelar persiapan Pemilu 2004Nah, ketika itu, beberapa parpol mengadakan konvoiTermasuk di Kecamatan Kersamanah.

Ketika itu, kata Ujang, Dede baru saja keluar dari SD, hendak masuk SMPSaat itu, ada konvoi melewati kampungnyaDede, rupanya, senang melihat ituDia langsung keluar rumah dan bergabung dengan peserta konvoi

Tiap mendengar suara keras knalpot sepeda motor yang digas, Dede selalu melompat senangItu terus dilakukan Dede dengan menguntit rombongan konvoi tersebutRupanya, kebiasaan Dede itu terus berlanjut, bahkan tak terkontrol''Saya tidak tahu kenapa, Dede setelah itu terus ingin kelayapan, tidak mau pulang,'' ujar Ujang

Pria 56 tahun itu menuturkan, Dede sempat hilang dua bulan sejak kejadian ituSetelah dua bulan, dia tiba-tiba pulang sendiri ke rumah''Begitu pulang, langsung saya bawa dia ke rumah sakit di Bogor,'' terang Ujang

Setelah Dede positif dinyatakan schizophrenia, dua anak Ujang mengikuti jejak sang adikDodi Setiadi, misalnyaLelaki yang kini berusia 28 tahun itu menjadi gila karena urusan wanitaUjang menuturkan, tahun lalu Dodi kenal salah seorang wanita tetangga desaSetelah pernikahan, kata Ujang, Dodi hendak membawa sang istri ke rumahNamun, orang tua istrinya menolakMereka ingin agar pasangan tersebut tetap berada di rumah mertua

''Akhirnya, seperti terjadi tarik-menarikTidak ada yang mengalahAnak saya itu akhirnya pulang ke rumah tanpa istrinyaLama-lama, dia mulai banyak diam, kemudian suka mengamuk, sama seperti adiknya,'' beber Ujang

Pola yang sama hampir terjadi pada MuljanaKakak Dodi itu, kata Ujang, sempat berpacaran dengan seorang wanitaBeberapa waktu kemudian, wanita yang dia cintai itu menikah dengan orang lain''Akhirnya ya kena juga,'' ujarnya

Di antara tiga bersaudara itu, yang paling parah adalah DodiSampai sekarang, kondisinya masih parahKalau sudah keluar rumah, dia langsung kabur dan berlari jauh entah ke manaKalau dijemput dan disuruh pulang, dia langsung berontak dan melawan

Pernah, kata Ujang, Dodi kumatDia menghancurkan semua perkakas rumahBahkan, kaca jendela depan rumah pun dihancurkan''Saya sempat memasungnya di belakangKalau pas lagi waras, saya lepas lagiSudah saya bawa beberapa kali ke rumah sakit, tapi sepertinya tak banyak perubahan,'' katanya(kum/bersambung)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sosok Afes Hutauruk, Putus Sekolah demi Merawat Adik Pengidap HIV/AIDS


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler