Demi merawat adik bungsu yang menderita HIV/AIDS, Afes Hutauruk terpaksa meninggalkan bangku kelas 5 sekolah dasarKini bocah yang sudah kehilangan ibu akibat penyakit yang mematikan itu menjadi perawat sekaligus wakil ''kepala keluarga'' setelah terusir dari kampung halamannya.
ADELINA, Medan
------------------------
PAKAI kemeja bergaris-garis lengan pendek dengan ukuran yang lebih besar daripada tubuhnya, Aples Decuari Hutauruk kemarin seperti sudah hafal dengan bahasa tubuh adiknya
BACA JUGA: Ke Kuil Suankaew Thailand, Lebih Dekat dengan Aktivitas Para Biksu
Ucok -bukan nama sebenarnya-, sang adik yang terbaring lemah di ranjang besi untuk balita yang catnya sudah banyak mengelupas itu, seperti memberikan isyarat meminta makan.Afes, 10 -panggilan akrab Aples Hutauruk- tampak gelisah
BACA JUGA: Kiprah Kartini-Kartini Penjaga Martabat Hukum di Indonesia (3-Habis)
Kepada suster penjaga ruang itu, Afes menanyakan ransum bubur untuk adiknyaBACA JUGA: Kiprah Kartini-Kartini Penjaga Martabat Hukum di Indonesia (2)
''Sudah kok, Dik,'' jawab perawat itu''Mana?'' tanya Afes lagi sembari membuka-buka pintu lemari di ruangan ituTapi, bekas mangkuk bubur -yang menandakan Ucok sudah makan siang- tak juga ditemukan''Ah, tak ada DikKau pasti lapar,'' ucapnya kepada Ucok yang hanya diam melihat abangnya
Tubuh Ucok, 5, yang terkena virus HIV/AIDS (human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency syndrome)
terlihat sangat kurusTinggal tulang dan kulitKemarin genap enam hari dia dirawat di RS Pirngadie, Medan, setelah beberapa kali pindah tempat perawatanTermasuk tempat tinggal setelah terusir dari kampung halaman di Dusun Hutabagasan, Desa Aekbaringin, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tarutung, Tapanuli Utara.
Berbeda dengan adik, kondisi fisik Afes tak jauh berbeda dengan bocah lainDia juga terlihat segar''Nanti, kalau Adik sudah sembuh, kami pasti akan berangkat ke sekolah sama-sama,'' ujarnya saat ditanya Sumut Pos (Jawa Pos Group) tentang sekolahnya.
Kisah Afes dan Ucok adalah potret betapa beratnya beban yang ditanggung keluarga akibat virus HIV/AIDSUcok mengidap virus mematikan itu sejak dalam kandunganSang ibu yang meradang akibat penyakit yang belum ditemukan obatnya itu sudah meninggalYang ironis, ayahnya, Lintang Hutauruk, yang diduga menularkan virus itu kepada istrinya pergi meninggalkan anak-anaknya.
Demi merawat sang adik yang makin lemah, Afes terpaksa meninggalkan bangku kelas 5 SD negeri di Bahorok''Saya yang berhenti sekolahTak ada yang memaksa sayaSaya mau adik saya sembuh,'' katanya.
Sebagai abang sulung, Afes juga harus merawat dua adik perempuan yang lain, Sonya Hutauruk dan Ruth Tania Hutauruk
Namun, derita itu belum cukupPara tetangga mengucilkan mereka karena takut tertularUjung-ujunganya, Afes dan adik-adiknya diusir keluar dari Dusun Hutabagasan''Kami awalnya mencoba bertahan karena tidak tahu harus pergi ke mana,'' ujar Afes.
Tak ada pilihan lain, Afes dan adik-adiknya pergi ke rumah nenek di kawasan Toba SamosirLagi-lagi kehadiran mereka tak diterima dan diusir dari sanaMenghadapi kenyataan itu, sang nenek dan tantenya, El Boru Hutauruk, lalu membawa Ucok yang kondisinya makin parah ke RS Pirngadie, Medan.
Selain merawat Ucok, Humas RSU Pirngadie Medan Drg Susianto kemarin menegaskan telah mengambil sampel darah Afes dan dua kakak perempuan Ucok, Sonya dan Ruth Hutauruk''Ini dilakukan untuk mengetahui apakah mereka juga terinfeksiKita tunggu saja hasilnya,'' tuturnya
RSU Pirngadie, kata Susianto, bertanggung jawab untuk kelangsungan perawatan UcokManajemen rumah sakit tidak akan merujuk Ucok ke rumah sakit lain''Saat ini yang bisa kami lakukan ialah memberikan tambahan gizi kepada pasienIni untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya,'' jelasnya
Meski sibuk, Afes mengaku senang bisa merawat adik laki-lakinya di rumah sakit''Tapi, dia bandel, KakSlang infusnya suka ditarik-tarik, makanya diikat,'' tutur bocah itu sambil menunjuk tangan kanan Ucok
Afes malu sama keadaan Ucok? ''EnggakUntuk apa maluSemua sudah diatur sama Tuhan,'' katanya
Peduli dengan Ucok yang mengaku lapar, dengan cekatan Afes menyiapkan makan untuk sang adikPertama, dia memasang sarung tangan karetMengapa harus pasang sarung tangan? ''Begitu kata perawat di rumah sakit ini, KakTapi, Afes sudah periksa darah dan (hasilnya) tidak terkena penyakit seperti Adik kok,'' ucapnya kepada Sumut Pos
Afes lalu membantu mendudukkan adiknyaSetelah itu, piring yang sudah diisi dengan nasi berlauk ikan asin diletakkan di hadapan Ucok''Ayo, makan ya, Dik,'' katanyaDengan telaten, Afes mulai menyuapi adiknya ituUcok yang tubuhnya dipenuhi luka-luka makan dengan lahap(el)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kiprah Kartini-Kartini Penjaga Martabat Hukum di Indonesia (1)
Redaktur : Tim Redaksi