Kerusuhan Thailand Menguntungkan Indonesia

Rabu, 19 Mei 2010 – 17:20 WIB
JAKARTA - Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia (UI), Firmansyah, mengatakan bahwa kerusuhan yang tengah bergejolak di Thailand, sesungguhnya memberikan keuntungan dan peluang bagi IndonesiaKeuntungan secara ekonomi ini bisa berasal dari keluarnya uang panas (hot money) sebesar Rp 10 triliun dan bisa menjadi capital inflow bagi Indonesia.

"Dalam minggu ini saja, jumlah hot money yang keluar dari SBN (surat berharga negara) mencapai Rp 10 triliun," ujar Firmansyah kepada wartawan, Rabu (19/5), usai menghadiri acara perpisahan LPM FE UI dengan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati.

Dekan FE UI ini pun mengatakan, dengan kondisi hot money yang keluar seperti itu, maka pemerintah sudah seharusnya menarik investasi yang berasal dari Foreign Direct Investment (FDI) dari negara-negara lainnya

BACA JUGA: Terjebak Bentrok, KBRI Evakuasi 43 WNI

Karena bagaimanapun katanya, pasar modal adalah salah satu sumber penciptaan lapangan kerja
"Lebih baik arahnya untuk segera pada sektor investasi

BACA JUGA: Kaus Merah Tantang Tentara dan PM Abhisit

Kalau saya berharapnya, kita bisa lebih fokus pada ekonomi kelautan yang potensinya cukup berlimpah," katanya.

Namun demikian, Firmansyah masih meminta agar pasar ekonomi tetap harus berhati-hati dengan berbagai kemungkinan
Terlebih lagi lantaran kebijakan ekspor Indonesia saat ini masih dikuasai oleh ekspor bahan mentah

BACA JUGA: BBC Minta Maaf Karena Ulah Penyiar

Menurutnya, data menunjukkan bahwa sejak tahun 2005 hingga 2008, rata-rata ekspor nasional hampir 50 persen-nya berasal dari ekspor bahan mentah.

"Padahal ekspor bahan mentah sangat merugikanKita mengekspor CPO, karet, kelapa sawit, ikan, padahal bisa memberikan peluang lebih baik jika dikerjakan di dalam negeri," ungkapnya.

Meski begitu, situasi ekonomi Indonesia saat ini, masih menurut Firmansyah, memang bukan hanya dipengaruhi oleh ThailandNamun juga dipengaruhi oleh kondisi dalam negeri, khususnya situasi politik yang masih gonjang-ganjing"Namanya juga investor, terutama (untuk) foreign investment, mereka pasti mencari tempat yang aman untuk menanamkan modal," terangnya.

Sementara itu, ditemui di tempat yang sama, Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia Darmin Nasution mengatakan, krisis Thailand dan kebijakan SBN di Jerman memang terlihat mempengaruhi nilai tukar rupiah"Rupiah memang sedikit melemah, dipicu Thailand dan Jerman," katanya.

Kebijakan Jerman mengganti instrumen SBN, menurut Darmin, membuat masyarakat internasional lebih memilih (US) dolar, dan itu menurutnya juga dialami oleh negara di seluruh dunia"Dolar menguat, termasuk semua mata uangTapi untuk Indonesia tidak terlalu banyak," katanya pula(afz/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Besok, Sang Jenderal Dimakamkan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler