Misteri Pohon Sukun Bercabang Lima di Taman Bung Karno

Kamis, 16 Februari 2017 – 21:00 WIB
Tampak Pohon Sukun di Taman Permenungan Bung Karno, Kota Ende, Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). FOTO: Timor Express/JPNN.com

jpnn.com - jpnn.com - Laki-laki paruh baya itu duduk diam. Tenang di atas bangku. Kakinya bersila. Pandangannya terarah jauh ke laut. Entah apa yang dipikirkan. Meski panas teriknya mentari, dinginnya malam ataupun semilirnya angin laut dan badai. Dia tetap tak bergeming. Tetap duduk tak bergerak.

Itulah Sang Putra Fajar Soekarno yang dilambangkan dengan sebuah patung buah karya seniman besar Jogja, Hanafi kokoh di Taman Renungan.

BACA JUGA: Mahfud Mengutip Bung Karno soal Pilih Pemimpin Seagama

LEXI RAJA SEKO, Ende

CUACA di Ende, Kamis (9/2) cukup bersahabat. Tidak seperti beberapa hari sebelumnya, dimana hujan turun cukup lebat. Pepohonan dan bunga-bunga di Taman Permenungan Bung Karno tampak menghijau. Suasananya tampak lengang. Praktis tak ada pengunjung yang datang di taman bersejarah itu.

BACA JUGA: Habib Rizieq Belum Mau Diperiksa Lagi, Nih Alasannya...

Di taman itu berdiri kokoh pohon sukun bercabang lima. Pohon yang sekarang ini merupakan duplikat yang ditanam tahun 1981. Sebelumnya pohon sukun itu menjadi tempat semedi Bung Karno. Pohon yang menjadi tempat semedi Bung Karno itu sudah roboh sekitar tahun 1960. Pohon itu juga bercabang lima yang diyakini jadi ilham lima butir Pancasila.

Yang mengherankan dan menjadi misteri adalah pohon itu selalu tumbuh bercabang lima. Sejak sepeninggal Bung Karno sampai saat ini -paling tidak sudah tiga kali ditanami ulang- selalu tumbuh dan bercabang lima. Lokasinya pun bersebelahan dengan Lapangan Pancasila yang bersejarah itu.

BACA JUGA: Bu Mega: Kalau Jalan Jangan Ingat Pacar Dulu

Di tempat inilah Bung Karno setiap sore menghabiskan waktu untuk duduk merenung dan membaca buku-buku kesukaannya. Dan gagasannya yang cemerlang akan falsafah sila-sila Pancasila terlahir dalam proses permenungannya di bawah pohon sukun ini. Hal ini diakui sendiri oleh Presiden Soekarno pada saat kunjungan kerja ke Ende tahun 1955.

Patung perunggu Bung Karno diukir kala dia berumur 33 tahun. Patung ini dibawa ke Ende melalui Surabaya dengan kapal laut. Butuh waktu delapan hari untuk tiba di Ende. Konon lama perjalanan patung ke Ende sama persis saat pengasingan Bung Karno menggunakan KM van Riebeeck, 14 Januari 1934.

Patung yang diresmikan mantan wakil presiden Boediono tahun 2013 ini menggantikan model patung lama Soekarno yang posisinya berdiri memakai pakaian kebesaran TNI.

Setiap hari baik pagi, siang atau sore, Taman Perenungan Bung Karno ini selalu ramai dengan pengunjung. Entah mereka hanya sekadar duduk-duduk di bangku yang ada, atau berfoto bersama patung Sang Proklamator. Atau juga para siswa dan mahasiswa duduk berdiskusi.

Patung Bung Karno muda duduk merenung dalam suasana kontemplatif di bawah rindangnya pohon sukun. Suasana hati Bung Karno yang kontemplatif dilambangkan dengan kolam air berukuran 8 meter x 45 meter atau sama dengan bulan dan tahun kemerdekaan. Di atas kolam juga dibangun bangku sepanjang 17 meter (tanggal kemerdekaan) sebagai tempat duduk Bung Karno yang menatap Pesona Laut Ende yang tenang. Sayang pandangan ke laut lepas menatap Pulau Ende terhalang dengan sebuah 'gubuk' di depannya tempat produk home industry.

Teduhnya pohon sukun yang menaungi Bung Karno dan taman secara keseluruhan membuat warga betah berlama-lama. Mungkin sekaligus merefleksikan wujud nilai-nilai Pancasila atau hanya duduk-duduk saja bercengkrama.

Ketika koran ini kembali jalan-jalan melihat suasana Taman Renungan Bung Karno, Kamis (9/2) sebagian wisatawan tengah mengabadikan diri di kawasan taman tersebut. Ada yang menggunakan latar pohon sukun. Ada juga berlatar patung Soekarno. Beberapa siswa sekolah sedang duduk istirahat di kerindangan pohon beringin dan angsana.

Suasana teduh dan sejuk di sana. Sekitar belasan pohon beringin tumbuh dan terpelihara begitu pula angsana. Sayang, sekarang kolam di bawah patung Soekarno duduk, terlihat tidak terawat lagi. Airnya tidak jernih dan kelihatan kotor. Tembok yang mengelilingi kolam dan pohon sukun mulai mengelupas dan ada beberapa coretan dalam bentuk tulisan akibat perbuatan tangan-tangan jahil.

Pohon sukun itu sendiri kelihatan subur dan masih bercabang lima. Batang cabang utamanya yang berjumlah lima dahan kelihatan kokoh tapi tanah yang mengelilinginya sudah tergerus. Jika tidak diperhatikan bisa tumbang.

Taman Renungan Bung Karno terletak di pusat Kota Ende, Flores, NTT. Hanya berjarak 0,5 km dari Rumah Permenungan Bung Karno dan lokasi taman ini bersebelahan dengan Lapangan Pancasila. Lapangan yang dibaptis Megawati Soekarnoputri.

Kondisi taman ini masih kurang terawat. Terbukti dengan komentar pengunjung yang ditulis dalam buku kunjungan yang biasa disodor oleh guide.

Persoalan sampah yang paling krusial yang ada di sana. Dari tempat ini pengunjung bisa melihat pemandangan laut dan sunset pada sore hari. Sangat indah bergelayut lembayung di ufuk barat. Taman Perenungan Soekarno ini didesain oleh arsitek Andra Matin.

Salah seorang pengunjung, Abdul Kadir yang mengaku dari Sumba Timur mengomentari kondisi taman tersebut. Ia mengatakan cukup bagus taman ini, namun perlu diperhatikan kebersihannya.

"Bernilai historis. Perlu dijaga dan dirawat terutama kebersihan. Memang persoalan ini klasik dan terjadi dimana-mana," kata dia.

Abdul lalu mengusulkan untuk dibuat pengumuman larangan buang sampah di sembarang tempat dengan sanksinya biar masyarakat atau pengunjung merasa bertanggung jawab dan merasa memiliki taman ini.(*/ito)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sori, Tak Ada Kata Damai dari Sukmawati ke Habib Rizieq


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler