Kesaksian Urang Awak Saat Gempa

Sabtu, 12 Maret 2011 – 09:11 WIB

GEMPA dahsyat 8,9 skala ricther melanda Kota Onahama, Fukushima, Jepang sekitar pu¬kul 14.46 waktu setempat menghadirkan pengalaman paling berkesan bagi urang awak yang kebetulan merasakan gempa tersebut yakni dr Rahyussalim SpOT K-Spine dan dr Rizki Edmi Edison

Dr Rahyussalim yang juga alumni SMA 3 Padang 1989 ini menceritakan, tepat sekitar pukul 09.00 waktu setempat, ia sampai di Bandara Narita, Tokyo, Jepang

BACA JUGA: Tak Pengaruhi Lempengan Mentawai

Waktu itu beliau dijemput staf dr Aota, ahli tulang belakang Yokohama City University Hospital (YCUH)
Menggunakan mobil, mereka menuju YCUH menempuh waktu dua jam

BACA JUGA: Pesawat Misionaris Tergelincir di Bandara Mulia



"Setelah berbasi-basi subanta (sebentar, red), saling berkenalan
Kami lalu makan siang, seterusnya baru kuliliang maliek (keliling melihat, red) pasien di lantai delapan,"  kata Rahyussalim, dokter ahli tulang belakang saat ini bekerja di RS Fatmawati Jakarta melalui black berry messenger (BBM)-nya

BACA JUGA: Tuntut Tunjangan, PNS Jayapura Mogok



Nah, tambah Salim, begitu panggilannya, ketika itulah terjadi gempa (sekitar pukul 14.46, red)Sebelumnya gempa besar terjadi, diawali gempa kecil.  Namun, lama kelamaan guncangan gempa semakin kuat.

"Raso kalari awak sorangTapi dicaliak dr Aota santai se nyoIt is OkOk ka ok se kecekWakatu itu"nan khawatir ambo se nyoNamun nan perawat, petugas lain, nampak e menyiapkan jalan evakuasi..Pasien juo tanang (Rasa mau lari saya sendiriTapi dilihat Dr Aota santai sajaSemua baik-baik saja, katanyaWaktu itu yang khawatir saya sajaNamun, perawat, petugas lain, nampak menyiapkan jalan evakuasiPasien juga tenang, red)," kata Salim rang Belanti, Padang.

 Setelah ada pemberitahuan, menurutnya, dia disuruh mengikuti Aota menuju jalan evakuasi"Bajalan capek sarupo urang Japang bajalan capek (Berjalan cepat seperti orang Jepang berjalan cepat, red)," katanyaDalam ruangan itu, diperkirakan berisi 30 orang

Waktu evakuasi, menurut Rahyus, terlihat mereka yang sehat saja dievakuasiSedangkan pasien diawasi dan diamankanTerlihat ada sistem analisis kapan harus meninggalkan gedung tiap orangSebab, mereka tidak berlari secepat-cepatnyaEvakuasi sendiri berjalan 20 menit

"Kita tetap mengamati jalan dan ancamanSambil menunggu informasi pengarahSesampai di bawah, kami menunggu informasi selanjutnya, apa gedung boleh lagiTak ada yang pulangTim yang mungkin relawan siap-siap dengan peralatannya," katanya, kebetulan diundang mengisi kuliah di YCUH.

Usai gempa, tambahnya, aliran listrik di RS Yokohama tidak pernah padam, begitu juga BlackberrySedangkan jaringan SLI tidak bisa, namun Skype (perangkat lunak yang membuat penggunanya bisa melakukan panggilan telepon dari komputernya, red)

"Telepon lokal sempat mati sebenatarListrik Kota Yokohama sempat mati sekitar 1 jamTransportasi umum sempat stop pula sebentarPukul 18.00 udah bisa lagi," jelasnya. 

Pengalaman berharga juga dirasakan dr Rizki Edmi Edison, tak lain anak atase pendidikan dan kebudayaan KBRI Tokyo di JepangAlumni Fakultas Kedokteran Unand ini ketika gempa menguncang berada di Jichi Medical University Hospital (JMUH) Tokyo, Jepang.

"Ane di rs bro (Saya di rumah sakit kawan, red)Awalnya tenang-tenang, tapi setelah ada peringatan baru keluar dehPerawat tak ada yang lari, tetap berjaga di samping pasienDokter juga tetap tinggal di gedung," kata Edmi, begitu panggilan akrabnya.

Beberapa detik sebelum gempa, kata Edmi sekarang melanjutkan kuliah di JMUH, ada peringatanBegitu juga setelah gempaMereka tidak boleh menggunakan lift ketika evakuasiTak ada kegaduhan, tapi semuanya sudah tahu apa yang akan dilakukan masing-masing(rdo)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Air Laut Naik Semeter, Warga Kocar-kacir


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler