Kesalehan Ritual dan Sosial Makna dari Idul Adha

Senin, 07 November 2011 – 00:15 WIB

JAKARTA - Ketua DPD RI, Irman Gusman mengatakan Idul Adha memiliki dua makna yaitu kesalehan ritual dan kesalehan sosialKesalehan ritual berarti dengan berkorban, kita telah melaksanakan perintah Tuhan yang bersifat transedental

BACA JUGA: Soal Surat Palsu MK, Polisi Kekurangan Bukti

Sedangkan korban sebagai kesalehan sosial karena selain sebagai ritual keagamaan, sekaligus mempunyai dimensi kemanusiaan yang bisa diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Pengorbanan Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih putranya Ismail atas wahyu Allah, yang kemudian oleh Allah diganti dengan hewan korban harus bisa diteladani oleh bangsa ini dan diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Jika pengorbanan itu bisa diteladani maka bangsa ini menjadi bangsa yang besar karena semakin bertakwa dan memiliki kepekaa sosial yang tinggi,” ujar Irman Gusman, di sela-sela pemotongan hewan korban Idul Adha, di Mesjid As Salam, Kawasan Bintaro, Jakarta Selatan, Minggu (6/11).

Peristiwa kurban yang dilakukan oleh Ibrahim bisa dimaknai juga sebagai pesan simbolik agama, yang menunjukkan ketakwaan, keikhlasan, dan kepasrahan seorang hamba Allah pada sang pencipta

BACA JUGA: BPKP Diminta Kaji Biaya Perjalanan Dinas

Pesan dan makna keteladanan Nabi Ibrahim AS dalam menjalankan perintah Allah yang Maha Kuasa, menurutnya harus bisa ditransformasikan bangsa ini kedalam aksi-aksi nyata dalam menjalankan kehidupan yang lebih baik
Berbagai persoalan bangsa ini dapat diatasi jika makna korban benar-benar terpatri dalam sanubari bangsa ini.

“Salah satu makna dalam berkurban itu adalah merelakan apa yang kita cintai demi menjalankan perintah Allah

BACA JUGA: API Bertekad Kembalikan Peran Kaum Muda

Jangankan harta, nyawa anak yang dicintainya melebihi dirinya sendiri pun dikorbankan demi kecintaannya pada AllahApakah kita tidak mau mencontoh Nabi Ibrahim? Jika tidak dengan nyawa kita, paling tidak dengan harta kita atau tenaga kita membangun bangsa ini bersama,” tegasnya.

Korban, jelas Senator asal Sumatera Barat adalah media ritual, selain zakat, infak, dan sedekah yang disiapkan Islam untuk mengejewantahkan sikap kepekaaan sosialJika bangsa ini benar-benar bisa menanamkan semangat korban setiap harinya dalam kehidupan sehari-hari, maka berbagai penyakit sosial seperti kemiskinan, ketamakan atau korupsi, mau menang sendiri, selalu mengambil jalan pintas akan hilangKorban juga merupakan bentuk solidaritas kemanusiaan.

"Jika semangat korban dilaksanakan secara ikhlas, maka tidak akan lagi ada korupsi, karena semangat korban itu intinya berbagi dari apa yang kita miliki sementara korupsi justru mengambil hak orang lain," imbuhnya.

Dengan berkorban maka kita dapat mendekatkan diri kepada sesama, terutama mereka yang miskin, kekurangan dan terpinggirkan.”Jika ibadah puasa mengajarkan kita untuk bisa merasakan lapar dan haus seperti orang miskin, maka ibadah kurban mengajarkan kita untuk berbagi sehingga si miskin dapat juga merasakan daging korban atau rasa kenyang seperti saudaranya yang mampu atau kaya,”ungkapnya.

Kurban juga memiliki makna penyembelihan, bahwa Ismail adalah simbolisasi dari sifat-sifat buruk manusia yang melemahkanPelaksanaan puncak Idul Adha di Padang Arafah juga menunjukkan semangat tauhid atau keesaan TuhanOrang-orang yang berhaji mimiliki kewajiban dan hak yang sama, tidak ada perbedaan suku, ras, kaya atau miskin, sakit ataupun sehatPengorbanan dan kepasrahan dalam melaksanakan ibadah haji juga menggambarkan betapa pengorbanan itu diperlukan bukan hanya harta, tapi juga pikiran, tenaga kerelaan hati menjalankan perintah-Nya dengan berpasrah diri bahkan nyawa pun kita relakan, kata Irman.

"Untuk kehidupan bernegara terutama kepada para politisi, korban juga mengajarkan untuk saling mengasihi tanpa dilatarbelakangi kepentingan-kepentingan di luar pesan dan makna korban yang sebenarnyaMasyarakat bersama dengan panitia korban bahu-membahu membagikan korbanIni seharusnya juga menjadi contoh dalam menerapkan kehidupan beragama, bahwa membangun bangsa harus dilaksanakan bersama antara pemerintah dan masyarakatnyaMasyarakat jangan apatis terhadap pemerintah yang mendapatkan amanah dari mereka dan pemerintah pun harus bisa menjalankan amanah tersebut seperti halnya hubungan antara para pengkurban dan panitia kurban,” tegasnya.

Selain itu kurban juga bisa digunakan untuk mengatasi masalah radikalisme dan terorismenPengorbanan nyawa manusia dan harkat kemanusiaannya jelas tidak dibenarkan dalam ajaran Islam dan agama mana punAllah memerintahkan Ibrahim menyembelih putranya jelas hanya untuk menguji imannya dan bukan benar-benar untuk mengorbankan Ismail dan bukan merupakan sesaji kepada para dewa yang seperti yang dilakukan oleh masyarakat ArabIbrahim tambahnya jelas dipilih Allah untuk menegakkan martabat kemanusiaan sebagai dasar bagi agama tauhid, yang kemudian dilanjutkan oleh Nabi Muhammad dalam ajaran Islam.

"Allah bukanlah Tuhan yang memerlukan persembahan dan haus darah manusia, berbeda dengan tradisi masyarakat Arab saat itu, yang siap mengorbankan manusia sebagai 'sesaji' para dewaRitual korban dalam Islam dapat dibaca sebagai pesan untuk memutus tradisi membunuh manusia demi 'sesaji' TuhanManusia, apa pun dalihnya, tidak dibenarkan dibunuh atau dikorbankan sekalipun dengan klaim kepentingan Tuhan

Dengan demikian,bentuk terorisme dan radikalisme dengan dalih apapun tidak dibenarkanPengorbanan nyawa sendiri apalagi orang lain yang dilakukan para teroris dengan mengatasnamakan agama tentunya tida dapat dibenarkan"Sehingga dengan berkorban diharapkan juga aksi-aksi terorisme dapat dihilangkan,” pungkas Irman Gusman(fas/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Peredaran Obat Palsu di Indonesia Masih Rendah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler