"Kalau dilihat dari kesepakatan di Jogjakarta itu, justru lebih banyak menguntungkan China," kata salah seorang anggota Komisi VI DPR RI, Ferrari Romawi, di Gedung DPR, Selasa (27/4).
Akan halnya nilai tambah dari kesepakatan dengan China untuk pembangunan infrastruktur di Jogja, menurut Ferrari pula, hanyalah kamuflase
BACA JUGA: Bahas APBN-P, Sepakat ICP 80 USD Per Barel
Sebab katanya, tujuan utamanya adalah memperlancar jalur distribusi produk China.Kekhawatiran serupa diungkapkan oleh Dodi Reza, anggota lainnya dari Komisi VI
BACA JUGA: BP Migas Sanggupi Lifting 965 Ribu Barel Per Hari
Apalagi, China sudah over supply, sehingga harus mencari pasar baru," ujarnya.Dodi menambahkan, kesepakatan Jogja itu hanya akan memudahkan proyek China untuk masuk ke Indonesia
"Nah, Indonesia merupakan salah satu target utama China
BACA JUGA: Mendag Makin Yakin ACFTA Untungkan Indonesia
Kita harus mengantisipasinya, sebelum produk China menguasai market Indonesia," tuturnya pula.Dodi menambahkan, bargaining power Indonesia dalam hal ini (mustinya) tidak hanya dengan pemberlakuan SNIKarena produk dalam negeri saja banyak yang tidak ber-SNI"Pengawasan yang harus diperkuatSNI tidak akan jalan, kalau menertibkan pengusaha lokal saja tidak bisa," tegasnya(esy/cha/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PLN-PGE Teken Jual Beli Panas Bumi
Redaktur : Tim Redaksi