Ketagihan Impor, Industri Dirgantara Mati Suri

Senin, 19 Desember 2016 – 12:28 WIB
Pesawat TNI AU. Foto: dok.JPNN

jpnn.com - JAKARTA--‎Dua profesor diaspora (dari Belanda dan Inggris) mengkritisi alutsista khususnya pesawat di Indonesia.

Menurut Prof Dr Dani Hermanto (Inggris) dan Prof Dr Dwi Hartanto (Belanda), seharusnya pemerintah memercayakan alutsista kepada enggineer lokal.

BACA JUGA: FPI Bantah Aksi di Mal Surabaya Sweeping

"SDM kita sebenarnya hebat-hebat. Ini bisa dilihat dari masuknya enggineer Indonesia di top level pesawat Boeing," kata Dwi, ahli pesawat, dalam diskusi dengan para profesor diaspora.

Ironisnya, pemerintah lebih senang mengimpor atau mengharapkan hibah dari negara luar.

BACA JUGA: PN Jakut Pastikan Lokasi Sidang Perkara Ahok Masih Tetap

Kendati pesawat yang dihibahkan tidak dipakai lagi oleh negara penghibah.

"Indonesia lebih senang mengimpor atau berharap hibah. Ini sangat ironis, padahal industri kedirgantaraan di Indonesia sangat potensial," terangnya.

BACA JUGA: KPK Panggil Pejabat Bakamla

Senada itu Dani, yang ahli manufacturing‎ di Inggris ini menambahkan, Indonesia bisa membuat pesawat komersil maupun alutsista.

Alasannya, ilmu yang dimiliki SDM Indonesia sudah memadai.

"Ketimbang impor mendingan bikin sendiri. Pemerintah tinggal menyediakan laboratorium serta alokasikan dana," terangnya.

Sementara ‎Dirjen Sumber Daya Iptek Dikti Prof Ali Ghufron Mukti mengatakan, langkah pemerintah untuk impor karena lebih menguntungkan. Indonesia tidak perlu kerja keras untuk membuat pesawat.

"Memang benar, pemerintah susah sekali melepaskan ketergantungan pada impor. Dengan impor banyak yang diuntungkan, waktunya juga cepat. Namun, sebenarnya SDM kita mampu. Teknologi sudah kita miliki sejak zaman Presiden Soeharto, tapi sayang industri kedirgantaraan kita dibiarkan mati suri," bebernya. (esy/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Polisi Panggil Aktivis Buruh sebagai Saksi Kasus Makar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler