jpnn.com, JAKARTA - Lapar merupakan rasa ingin makan yang terkadang bukan karena perut kosong.
Bisa jadi, rasa lapar dikendalikan oleh pikiran, emosi dan hanya sensasi semata.
BACA JUGA: Selalu Lapar? Ini 3 Makanan yang Membuat Anda Kenyang Lebih Lama
Mengontrol makanan yang masuk ke dalam tubuh dapat menghindari masalah penyakit kronis, gangguan tidur hingga depresi.
Untuk itu penting mengetahui jenis rasa lapar sebelum menyantap seluruh makanan demi memuaskan keinginan semata.
BACA JUGA: 4 Alasan Anda Mudah Sekali Merasa Lapar
Berikut adalah beberapa jenis rasa lapar menurut Boldsky dikutip pada Minggu (7/2).
1. Lapar pikiran
Lapar pikiran dikaitkan dengan pikiran kita sendiri yang sering muncul seperti, "karena hari ini sedih, maka harus makan es krim".
Lapar ini biasanya dipengaruhi oleh suasana hati dan pikiran. Ini juga mencakup pikiran seperti, "Saya harus menurunkan karbohidrat jadi harus makan lebih banyak protein."
Hal buruk tentang kelaparan pikiran adalah pikiran berubah dan begitu juga preferensi makanan.
Pikiran kita sering berubah karena dipengaruhi oleh tips nutrisi dari para ahli atau tips diet, pada akhirnya justru banyak kebutuhan tubuh yang tidak terpenuhi.
Yang harus dilakukan adalah coba untuk mengenali rasa lapar, apakah Anda makan karena disarankan ahli gizi, demi memuaskam keinginan atau memang sudah waktunya makan?
2. Lapar hati
Rasa lapar hati sering disebut dengan makan emosional yang berarti bisa positif atau negatif.
Sering kali, Anda makan sebagai respons terhadap emosi negatif karena mengira makanan akan membantu mengisi kekosongan di hati atau menghindari perasaan menyakitkan itu untuk saat ini.
Contoh lainnya adalah menyantap makanan saat Anda ingin mengingat kenangan dengan orang tertentu seperti mendambalan masakan nenek atau ibu untuk merasakan kembali kebahagiaan masa kecil.
Yang harus dilakukan adalah atasi emosi Anda dengan cara yang sehat, daripada mencari makanan setiap kali Anda bahagia, sedih, atau bernostalgia. Lakukanlah aktivitas fisik atau berkumpul dengan teman-teman.
3. Lapar mata
Lapar mata dipicu saat kita melihat beberapa makanan yang menggoda atau lezat.
Secara sederhana, itu terjadi ketika Anda tidak bisa menahan diri untuk tidak makan setelah melihatnya.
Ini adalah strategi yang sering dimainkan oleh restoran atau supermarket makanan untuk membuat orang mencicipi makanan yang mereka tawarkan.
Saat kita melihat beberapa makanan yang menggoda, mata kita pertama-tama meyakinkan pikiran dan kemudian memerintahkan untuk mengirimkan sinyal ke perut dan tubuh, untuk mengesampingkan perasaan kenyang. Ini membuat kita makan lebih banyak hanya untuk memuaskan rasa lapar mata kita.
Yang harus dilakukan adalah saat mata Anda tergoda oleh keindahan makanan, coba alihkan fokus pada hal-hal indah lainnya seperti lukisan atau dekorasi di suatu tempat.
4. Lapar hidung
Hidung membantu kita untuk mencium jadi ketika tiba-tiba mencium makanan dan tergoda, itu berarti Anda mengalami lapar hidung.
Aroma hidangan favorit, menyeduh kopi, melelehkan mentega, atau memanggang sering kali mengundang seseorang untuk mengonsumsi makanan, terlepas dari apakah dia benar-benar lapar atau tidak.
Rasa lapar hidung sering kali terkait dengan lapar mulut. Hal ini karena ketika seseorang mengalami hidung tersumbat akibat flu atau masalah lainnya, mereka juga mengalami rasa tidak enak saat makan.
Apa yang harus dilakukan? Sebelum makan, dekatkan piring makanan ke hidung dan dengan sabar mencium setiap bahan. Mulailah makan dan dengan setiap gigitan yang Anda telan, perhatikan terus aromanya.
Ini dapat membantu Anda makan lebih sedikit karena ketika Anda sudah setengah kenyang dengan aromanya, hanya sebagian kecil makanan yang akan masuk ke mulut
5. Lapar mulut
Lapar mulut disebut sebagai perasaan atau keinginan untuk mencicipi berbagai rasa atau tekstur makanan. Rasa lapar mulut sangat sulit dipuaskan karena mudah bosan.
Strategi ini sering digunakan oleh produsen makanan ringan saat mereka menyiapkan makanan yang renyah, bermentega, atau beraroma, saat masuk ke mulut mudah hilang dan membuat orang lebih banyak makan.
Kapan pun Anda merasa lapar mulut atau berkata, ingin mengunyah suatu tekstur atau rasa, pikirkan apakah makanan itu sehat atau tidak dan akankah itu dapat memuaskan rasa lapar Anda.
Para ahli menyarankan bahwa jika Anda sering lapar mulut, konsumsilah lebih banyak protein dan makanan biji-bijian karena akan membuat Anda kenyang lebih lama dan akan mencegah Anda dari makan berlebihan.
6. Kelaparan seluler
Kelaparan seluler mencerminkan apa yang diminta tubuh kita (bukan pikiran kita) pada tingkat sel. Terkadang, saat Anda tidak mengonsumsi nutrisi tertentu, tubuh Anda akan mendambakan makanan yang kaya akan nutrisi tersebut.
Misalnya, daging dan ikan merupakan sumber vitamin B12 yang baik. Jika Anda berpantang produk daging lebih lama, Anda mendambakannya, dan tidak peduli berapa banyak makanan lain yang Anda makan, Anda akan selalu merasa tidak puas dan lapar. Hal yang sama berlaku untuk makanan lain seperti air, garam, gula, jeruk, atau sayuran berdaun.
Coba dengarkan tubuh, coba ketahui makanan apa yang sangat dibutuhkannya, dan mengapa. Fokus pada kebiasaan makan dan pahami apakah diet Anda kaya akan semua nutrisi. Minumlah lebih banyak air karena terkadang haus seluler disalahartikan sebagai kelaparan seluler.
7. Lapar perut
Ini disebut sebagai kelaparan biologis. Saat lapar perut, kita mengalami sensasi di perut seperti suara geraman.
Para ahli mengatakan bahwa perut tidak mengatakan kapan seseorang lapar, melainkan hanya mengingatkan kita pada jadwal makan yang sudah kita susun sesuai dengan waktu makan kita.
Oleh karena itu, perut kita akan mengingatkan kita dengan mengeluarkan suara geraman pada waktu itu setiap hari.
Hal ini membuat lapar perut menjadi buruk karena kita menghabiskan banyak waktu untuk makan hanya karena waktunya makan, bukan karena lapar.
Kapan pun perut Anda lapar, usahakan untuk makan perlahan dan hanya dalam porsi kecil, hanya untuk memuaskan perasaan bahwa Anda telah makan sesuatu. Selain itu, jangan hindari tanda-tanda perut jika Anda sangat lapar. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Soetomo Samsu