jpnn.com - Tidak hanya masyarakat sekitar yang memadati lokasi pembongkaran makam, tapi juga pejabat teras setempat.
Tampak di antaranya Ketua DPRD Jembrana I Ketut Sugiasa yang menyumbang alat berat tersebut.
BACA JUGA: Oh...Pak Raden
Pembongkaran kuburan masal ini dilakukan berbekal petunjuk yang diberikan seorang saksi hidup dalam pembantaian tahun 1966 lalu, IB Kerenda, 90. Menurut IB Kerenda saat ditemui di lokasi kemarin, di tempat itu dulu dikuburkan sebanyak 11 orang korban pembantaian karena dituduh terlibat G30.
Menurutnya, kedatangan Pegig ke Batuagung karena melarikan diri dari kejaran para algojo di daerah asalnya. Dikisahkan, selama berada di Masean, Pegig tinggal berpindah dari satu rumah ke rumah lainnya.
BACA JUGA: Sidang Alot dan Kemungkinan Adanya Korban Pembahasan APBN 2016
Hanya dengan cara itu dia bisa bertahan hidup selama beberapa bulan. Namun, dia akhirnya ditangkap dan dibunuh di lokasi tersebut. Dia lantas dikuburkan secara masal bersama 10 korban pembantaian lain.
Meski kondisi lingkungan sudah berubah saat ini, IB Kerenda yakin para korban dikubur di bawah jalan aspal, persis di depan SDN 3 Batuagung. Dia sangat yakin bahwa di sanalah kuburan masal korban, karena tahun 1984, sudah pernah digali.
BACA JUGA: Tutup CCTV Merapi dengan Bendera, Dilarang Mendaki Selama 3 Tahun
Setelah digali ternyata di dalamnya ditemukan kerangka jenazah milik warga sekitar. Pembongkaran kuburan masal saat itu dilakukan kerabat korban IB Kudran dan IB Werken dari Banjar Panca Seming.
Dua kerangka jenazah kakak beradik ini sudah diupacarai kerabatnya secara layak.
Pembongkaran kuburan kemarin dilakukan krama Desa Adat Batuagung dipimpin Bendesa Adat Ida Bagus Mantera dan Kelian Adat Masean Ida Bagus Ketut Mariana yang bertindak sebagai ketua panitia.
Sayangnya warga yang tumpah ruah di lokasi pembongkaran kuburan masal tersebut dibuat sedikit kecewa karena dalam penggalian menggunakan alat berat tidak ditemukan tulang utuh atau tulang dalam ukuran besar.
Yang ada hanya tulang belulang berukuran kecil karena diduga tulang belulang para korban sudah mulai hancur.
“Kerangka jenazah ini sudah 50 tahun terbenam dalam tanah. Bahkan, di atas tempat kuburan masal itu sudah dibangun jalan hotmix yang setiap hari dilalui kendaraan sehingga tidak mungkin masih utuh. Dulu, lokasi penguburan berada di pinggir jalan. Karena waktu itu hanya jalan setapak,” kisah Ida Bagus Ketut Mariana kemarin.
Meski begitu, upacara adat dan agama tetap digelar untuk sembilan orang korban yang dikubur di lokasi tersebut. (*/donatus openg/mus)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sang Kapten Persib Kini Kebanjiran Tawaran Manggung
Redaktur : Tim Redaksi