jpnn.com - JAKARTA--Bagi sebagian besar mahasiswa persoalan politik dan ketatanegaraan kurang menarik. Kalah menarik jika dibandingkan dengan hiburan, musik dan film.
Buktinya buku-buku ilmu politik dan ketatanegaraan tidak diminati mahasiswa. Sedangkan untuk masalah hiburan, film dan musik, para mahasiswa mau repot mencari hingga tengah malam.
BACA JUGA: 9 Alasan Kenapa Indonesia Darurat LGBT
Pernyataan itu disampaikan Sekretaris Jenderal MPR Ma'ruf Cahyono dihadapan ratusan Mahasiswa Politeknik Jakarta yang berkunjung ke MPR. Pertemuan tersebut berlangsung di Gedung Nusantara IV.
Menurutnya, karena itu banyak perubahan pada sistem ketatanegaraan yang tidak diketahui mahasiswa. Termasuk perubahan yang dialami Majelis Permusyawarat Rakyat (MPR) pascareformasi. Padahal setelah reformasi, Indonesia pada umumnya dan MPR pada khususnya mengalami perubahan yang sangat besar, bahkan berbeda sama sekali dibanding Indonesia sebelum reformasi.
Pascareformasi menurut Ma'ruf, MPR sudah tidak lagi menjadi lembaga tertinggi negara. MPR berubah menjadi lembaga negara, setara dengan lembaga negara lainnya. MPR juga sudah tidak lagi membuat GBHN.
"Banyak perubahan yang sudah terjadi, karena itu dalam UU tentang MPR DPR DPD dan DPRD salah satu tugas MPR itu adalah mensosialisasikan empat pilar,” ujarnya.
Sebagai pengetahuan, kata Ma'ruf, Ilmu Politik dan Sistem Ketatanegaraan sangat penting untuk dipahami. Karena pada saatnya, ilmu politik dan ketatanegaraan itu pasti dibutuhkan. Hanya saja saat ini tidak semua mahasiswa merasa perlu mempelajari ilmu politik dan ketata negaraan. (eno/flo/jpnn)
BACA JUGA: Djan dan Romy Picu PPP Turun Kasta jadi Ormas
BACA JUGA: Beda tapi Nyata: LGBT di Indonesia Sudah ada Sejak 1973
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gila! Bosnya Freddy Budiman Bebas Bergerak
Redaktur : Tim Redaksi