Ketika Thailand Merayakan Ulang Tahun Ke-60 Putri Mahkota Maha Chakri Sirindhorn

Serbaungu untuk Hormati Kebaikan Hati sang Putri

Minggu, 05 April 2015 – 01:31 WIB
Para pegawai di Bandara Suvarnabhumi, Bangkok, mengenakan baju atau kaus ungu pada hari ulang tahun ke-60 sang putri, Kamis (2/4). Foto: Zalzilatul Hikmia/Jawa Pos

jpnn.com - Kamis (2/4) menjadi hari istimewa bagi Thailand. Hari itu Putri Mahkota Kerajaan Thailand Maha Chakri Sirindhorn berulang tahun ke-60. Berikut catatan wartawan Jawa Pos ZALZILATUL HIKMIA yang hari itu melihat betapa antusiasnya warga Bangkok menyambut perayaan sang putri.

= = = = = = = = = = = = = = = =

BACA JUGA: Kecemasan Arab Saudi Melihat Kemesraan Iran dengan Negara-Negara Barat

WAJAH Bangkok tampak berbeda dengan biasanya. Jalan-jalan ibu kota Thailand itu berhias bendera dan rumbai-rumbai serbaungu. Tidak hanya di trotoar-trotoar, hiasan serupa juga dipasang di sejumlah tempat umum seperti taman-taman kota serta gedung-gedung pemerintah.

Sejumlah gedung perwakilan negara sahabat juga turut memeriahkan suasana. Bahkan, pagar kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat secara khusus dicat ungu seluruhnya.

BACA JUGA: Kisah Kedekatan Kru AirAsia Pendamping Keluarga Korban QZ8501

Yang lebih menarik, bukan hanya bendera dan hiasan ungu yang membuat Kota Bangkok menjadi ’’ungu’’. Masyarakat kota itu juga kompak mengenakan baju atau aksesori dengan aksen warna violet pada hari berbahagia tersebut. Mulai anak-anak, para pedagang kaki lima, hingga para pegawai kantoran. Yang dikenakan pun macam-macam. Ada yang memakai kaus ungu, payung ungu, kemeja ungu, dasi ungu, serta topi ungu.

Penggunaan warna ungu tersebut merepresentasikan hari kelahiran Putri Mahkota Kerajaan Thailand Maha Chakri Sirindhorn yang jatuh pada hari Sabtu. Sirindhorn lahir pada 2 April 1955. Dia merupakan anak ketiga Raja Bhumibol Adulyadej atau King Rama IX dengan Ratu Sirikit.

BACA JUGA: Kenangan Kru AirAsia yang Menjadi Pendamping Keluarga Korban QZ8501

Meski menjadi anak ketiga, Sirindhorn mendapat gelar putri mahkota sejajar dengan sang kakak, putra tunggal King Rama IX, Vajiralongkorn. Itu terjadi karena adanya perubahann konstitusi Thailand pada 1974 yang memperbolehkan ahli waris takhta seorang perempuan. Meski, dalam sejarah Negara Gajah Putih itu, belum pernah tercatat adanya seorang perempuan yang menjadi pemimpin Kerajaan Thailand.

’’Ini untuk penghormatan kami kepada beliau (Maha Chakri Sirindhorn),’’ ungkap Vice President of International Marketing, Tourism Council of Thailand Pornthip Hirunkate di sela acara Thailand Connect The World 2015 di Plaza Athenee, Bangkok, Thailand, Kamis (2/4).

Menurut dia, penggunaan seluruh atribut ungu dilakukan masyarakat tanpa paksaan. Warga dengan sukarela melakukannya sebagai bentuk kecintaan kepada putri mahkota. Sirindhorn mendapat begitu banyak kasih sayang dari rakyat Thailand karena jiwa sosialnya yang begitu besar. Bahkan, jiwa sosial itu terlihat sejak sang putri masih anak-anak.

Pornthip kemudian menceritakan kembali kisah yang didengar dari pendahulunya. Suatu hari, sang putri mendapat sejumlah uang dari ayahanda. Saat ditanya peruntukan uang itu, sang putri menjawab untuk berkebun dan membantu para petani miskin di daerah perbatasan. Niat tersebut bukan hanya keinginan anak kecil yang biasanya akan hilang dengan sendirinya. Tapi, sang putri benar-benar mewujudkan keinginan itu.

’’Hingga saat ini, Yang Mulia masih terus membantu orang-orang miskin. Dia juga membangun jalan agar para petani bisa memasarkan hasil pertaniannya,’’ tutur perempuan yang telah 30 tahun menggeluti industri pariwisata itu. Tidak hanya di bidang pertanian, kata Pornthip, Sirindhorn juga memberikan perhatian di sektor lain seperti pendidikan, kebudayaan, serta kesehatan.

Senada dengan Pornthip, Kittima, warga Bangkok, mengakui bahwa perayaan ulang tahun Putri Mahkota Sirindhorn kali ini sangat spesial. Sebab, hari ulang tahun sang putri bertepatan dengan peringatan siklus lima tahunan dalam kalender Thai yang mengandung arti khusus bagi warga Thailand. Karena itu, perayaan ulang tahun kali ini lebih meriah.

Sejak sebulan lalu, sejumlah atribut dan bendera ungu menghiasi wajah Thailand. Pemerintah kerajaan juga memasang singgasana untuk memajang foto putri berjuluk Phra Thep atau Putri Bidadari tersebut. Singgasana-singgasana kecil itu diletakkan di tempat-tempat umum dan gedung-gedung pemerintahan.

’’Semua ini tidak hanya dilakukan di Bangkok, tapi juga di seluruh daerah di Thailand,’’ ujar perempuan 50 tahun itu.

Sebagai puncaknya, perayaan ulang tahun Sirindhorn dilakukan Kamis malam. Masyarakat berkumpul di Sanam Luang, lapangan di depan Grand Palace. Mereka datang untuk menuliskan ucapan selamat ulang tahun di tempat yang telah disediakan panitia. Warga juga menyalakan lilin untuk sarana memanjatkan doa demi kesehatan dan panjang umur sang putri.

Menurut Kittima, lilin itu diumpamakan harapan yang akan menjadi penerang bagi kehidupan sang putri yang pernah mengunjungi Candi Borobudur, Jawa Tengah, pada 2012 tersebut. ’’Saya juga akan ke sana setelah selesai bekerja. Akan sangat banyak warga dari daerah yang berkumpul di lapangan,’’ tutur pegawai di sebuah pusat perbelanjaan itu.

Berbeda dengan Kittima, Khun Pem, warga lain, harus bersedih karena tidak bisa datang pada acara puncak perayaan ulang tahun sang putri. Meski demikian, pedagang kali lima itu mengaku telah pergi ke wihara untuk mendoakan sang putri. ’’Saya berdoa agar beliau selalu bahagia,’’ ungkapnya.

Hari spesial tersebut tidak hanya dirasakan warga asli Thailand. Suka cita itu turut dirasakan warna negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Bangkok. Misalnya, yang dirasakan Hadiyono Jaqin. Meski tidak mengenakan atribut ungu, pria asal Mojokerto, Jawa Timur, tersebut memiliki cara tersendiri untuk memberikan penghormatan kepada putri raja, yakni melalui doa.

’’Beliau adalah orang yang sangat baik. Meski bukan warga Thailand, kami pun sangat menghormati,’’ kata WNI yang sudah sebelas tahun tinggal di negara kerajaan itu.

Meski tidak mengenal dengan dekat sosok sang putri, Jaqin pernah sekali bertemu langsung dengan Sirindhorn. Yakni, ketika dirinya diundang ke istana untuk menerima beasiswa dari pemerintah Thailand.

’’Beliau sangat ramah. Beliau juga sangat pintar, mahir banyak bahasa. Salah satunya bahasa Mandarin,’’ kenangnya. (*/c5/ari)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengenal Trio Paramita, Tiga Bersaudara Gemologist Indonesia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler