Ketika Tujuh Anggota Keluarga Jadi Korban AirAsia QZ8501

Outlet Tutup Sementara, Belum Tentukan Penerus

Jumat, 09 Januari 2015 – 07:48 WIB
DUKA NAN DALAM: Ricky Gunawan bersama anggota keluarga menyambut para pelayat di rumah persemayaman Adi Jasa Surabaya, Rabu malam (7/1). Foto: Thoriq S. Karim/Jawa Pos

DI antara korban kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501, ada keluarga pengusaha factory outlet yang cukup besar di Surabaya. Yakni, The Meiji Thejakusuma bersama enam anggota keluarganya.
--------------------
Thoriq S. Karim - Eko Priyono, Surabaya
--------------------
SOSOK The Meiji Thejakusuma di kalangan pengusaha Surabaya cukup familier. Bersama Charly Gunawan, suami yang juga menjadi korban musibah AirAsia dan sampai sekarang belum ditemukan jenazahnya, Meiji membangun usaha factory outlet (FO) dari nol.

Kini sedikitnya ada delapan outlet di bawah manajemen Planet One yang tersebar di sejumlah mal atau plaza di Surabaya.

BACA JUGA: Sungkan Mau Merokok, Lebih Banyak Ngobrol dan Minum Kopi

Outlet-outlet itu, antara lain, terdapat di Tunjungan Plaza, Pasar Atom, dan Grand City Mal. Outlet-outlet itu sering menjadi jujukan masyarakat, terutama pada momen-momen tertentu seperti Lebaran atau Natal.

Sejak musibah pesawat AirAsia QZ8501 terjadi pada Minggu (28/12), semua factory outlet Planet One tutup. Sampai sekarang, hampir dua pekan setelah insiden itu, juga belum ada kepastian kapan outlet-outlet tersebut akan kembali dibuka.

BACA JUGA: Memasak di Dapur Oke, Kemudikan Kapal Bisa

”Kami masih berduka,” ujar Ricky Thejakusuma, kakak kandung mendiang The Meiji Thejakusuma, ketika ditemui di rumah persemayaman jenazah Adi Jasa, Jalan Demak, Surabaya, Rabu malam (7/1).

Jenazah Meiji ditempatkan berdampingan dengan Stevie Gunawan, putri bungsunya yang masih berusia 10 tahun. Sementara itu, jasad Charly Gunawan (suami); Stephanie Gunawan (anak), 21; Steven Gunawan (anak), 19; Jo Indri (ibu); dan Christianto Laoma Hutama (calon menantu) hingga kemarin belum ditemukan. Keluarga itu pergi ke Singapura untuk merayakan pergantian tahun.

BACA JUGA: Benturan Ombak Bikin Panik, Hangatkan Badan dekat Mesin Kapal

Sejak jasad Meiji dan Stevie dipersemayamkan di Adi Jasa, ratusan kerabat dan kolega berdatangan melayat. Siang dan malam. Misalnya, yang tampak tadi malam, ratusan pelayat memenuhi ruang VIP rumah persemayaman terbesar di Surabaya tersebut.

Ricky dan anggota keluarga lainnya tampak berdiri menyambut para pelayat. Ucapan belasungkawa dan ekspresi duka ditunjukkan para pelayat. Bahkan, ada beberapa yang sampai menitikkan air mata saat melihat foto wajah Meiji dan putrinya, Stevie, yang tersenyum ceria.

Selain pelayat, ratusan karangan bunga memenuhi kompleks Adi Jasa. Saking banyaknya, karangan bunga itu dipasang menempel dinding bertumpuk-tumpuk hingga ketinggian 10 meter. Ratusan karangan bunga tersebut kebanyakan berasal dari kerabat dan kolega bisnis keluarga Meiji.

Rencananya, hari ini (8/1) jenazah Meiji dan putrinya, Stevie, dimakamkan di Pemakaman Gunung Gangsir, Pasuruan. Setelah itu, keluarga besar Ricky menunggu lima jasad lainnya yang masih dicari tim SAR gabungan di sekitar titik jatuhnya pesawat berpenumpang 155 orang itu di Selat Karimata.

’’Sampai kapan pun kami akan menunggu lima anggota keluarga kami lainnya,’’ tutur Ricky.

Karena itu, selama masa berkabung tersebut, keluarga besar Ricky berkonsentrasi untuk pemakaman mendiang Meiji dan Stevie serta menunggu kabar pencarian jasad lima anggota keluarga lainnya. Mereka belum memikirkan masalah pekerjaan. Termasuk kelanjutan operasi outlet-outlet yang dirintis mendiang Meiji sejak 20 tahun silam.

Ricky menyadari, kecelakaan pesawat AirAsia itu sudah terjadi hampir dua minggu. Peluang hidup para penumpangnya sangat kecil. Karena itu, keluarga Ricky berharap seluruh jenazah keluarganya bisa ditemukan.

Dia menghargai kerja keras tim SAR gabungan dan tim identifikasi untuk menemukan para korban dan memastikan identitasnya. Hanya, dia berharap identifikasi bisa dipercepat. Apalagi semakin lama ditemukan, kondisi jenazah semakin tidak sempurna sehingga identifikasi pun tidak mudah.

’’Terus terang, kami sudah capek menunggu kabar yang belum pasti. Setiap ada pengumuman ditemukannya jasad korban, kami selalu berdoa agar hasil identifikasi menyebut nama keluarga kami yang menjadi korban. Meski begitu, kami akan tetap menunggu,’’ papar Ricky.

Selama menunggu itu, tenaga dan pikiran terkuras habis. Akibatnya, usaha yang sehari-hari mereka jalankan terhambat. Misalnya, outlet-outlet Planet One yang hingga kemarin terpaksa masih ditutup sementara. Keluarga juga belum memutuskan siapa yang akan meneruskan usaha keluarga Meiji itu.

’’Kami masih berkabung,’’ tambah Ricky.

Dia tidak bisa berbuat banyak jika ditanya nasib Planet One ke depan. Menurut dia, usaha tersebut adalah milik adiknya (Meiji). Dia tidak tahu apa pun dan tidak ingin turut campur. Bahkan, sampai sekarang, Ricky tidak tahu omzet delapan outlet milik adiknya itu.

’’Kami sangat menghormati privasi mendiang Meiji. Jadi, kami tidak tahu sama sekali,’’ ungkapnya.

Bukan hanya keluarga yang berduka. Puluhan karyawan FO Planet One juga menangisi kepergian bosnya, Meiji dan Charly. Apalagi dua bosnya itu ramah dan perhatian kepada karyawan.

’’Kami kehilangan Ibu Meiji dan Pak Charly beserta keluarganya. Kami ikut berduka sedalam-dalamnya,’’ tutur Sumarto, karyawan Planet One.

Para karyawan berharap tetap bisa bekerja di Planet One. ’’Kami yakin, Bu Meiji dan Pak Charly akan bangga jika nanti melihat Planet One semakin berkembang,’’ imbuhnya. (*/c10/ari)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Cerita Romeo dan Julia di Pemakaman Ibunda Bupati Tana Toraja


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler