Ketoprak 'Retno Kencana' Hidupkan Kembali Warisan Budaya

Rabu, 04 Desember 2024 – 23:42 WIB
Ketoprak Retno Kencana menghidupkan kembali warisan budaya Indonesia. Foto: Djainab Natalia Saroh/jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Seni pertunjukan tradisional ketoprak kembali memukau penonton melalui pagelaran Retno Kencana, yang diselenggarakan di Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Pagelaran ini menghadirkan kisah heroik Ratu Kalinyamat, seorang tokoh perempuan pemberani yang baru saja dianugerahi gelar Pahlawan Nasional atas perjuangannya melawan penjajah Portugis.

BACA JUGA: Aktor Indonesia Pascal Phoa Tampil dalam Pertunjukan Teater Hamlet di New York

Acara ini merupakan hasil kolaborasi antara Kebaya Foundation, Laskar Indonesia Pusaka, dan Jaya Suprana School of Performing Arts. Tidak hanya bertujuan melestarikan seni budaya, pagelaran ini juga memiliki misi sosial yang mulia.

Ketua Kebaya Foundation, Tuti Roosdiono menyatakan bahwa hasil penjualan tiket akan didonasikan kepada Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala, yang fokus mendukung anak-anak disabilitas ganda.

BACA JUGA: Menuju 70 Tahun, Marlupi Dance Academy Gelar Pertunjukan Si Kabayan

“Hasil penjualan tiket akan didonasikan kepada Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala untuk mendukung anak-anak disabilitas ganda,” ungkap Tuti Roosdiono, Rabu (4/12).

Yayasan Rawinala sendiri merupakan lembaga yang memberikan pendidikan bagi penyandang tuna ganda netra, yaitu mereka yang mengalami keterbatasan penglihatan dan disabilitas lainnya.

BACA JUGA: Terlibat Ketoprak Damarwulan, Ayu Azhari Bangga Banget

Filosofi nama “Rawinala,” yang berarti “cahaya hati” dalam bahasa Jawa kuno, mencerminkan harapan bagi mereka yang mengandalkan indera lainnya dalam menjalani kehidupan.

Teguh Kenthus Ampiranto, sutradara yang menggarap kisah ini, mengemas cerita Retno Kencana dengan melibatkan sejumlah seniman ternama.

Dewi Bambang Soesatyo berperan sebagai Ratu Kalinyamat, didukung oleh penampilan tokoh seperti Laksamana (Purn) Yudo Margono, Basuki Tjahaja Purnama, dan Inayah Wahid.

Melalui pertunjukan ini, pesan moral tentang kepemimpinan, keberanian, dan keadilan disampaikan dengan cara yang memikat.

Selain menjadi wujud pelestarian seni tradisional, pagelaran ini juga menjadi wadah apresiasi bagi para seniman panggung yang terlibat.

Ketua Laskar Indonesia Pusaka, Aylawati Sarwono, menegaskan pentingnya menjadikan seni tradisional tetap relevan di era digital.

“Kami ingin menunjukkan bahwa seni tradisional bisa tetap relevan di era digital,” katanya. (jlo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler