jpnn.com, JAKARTA - Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda mengatakan perkembangan teknologi yang cepat di era Revolusi Industri 4.0 turut memengaruhi kehidupan manusia di segala aspek, termasuk soal literasi.
Menurut dia, penguasaan literasi yang baik akan membantu manusia secara personal dan komunal menghadapi dunia virtual (internet of things) yang makin hari kian complicated dan smart.
BACA JUGA: 100.038 Peserta Ujian Masuk PTKIN Mulai Jalani Tes, Ada Mata Uji Baca Tulis Al-Quran
Syaiful menuturkan bahwa di era Revolusi Industri 4.0, masyarakat dituntut untuk tidak hanya menguasai literasi lama (membaca, menulis dan matematika), tetapi juga memiliki literasi baru (new literacy).
"Literasi baru ini berupa literasi inklusi sosial yang mencakup literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia," ungkap Syaiful Huda dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Bidang Perpustakaan 2022 dengan tema Transformasi Perpustakaan untuk Mewujudkan Ekosistem Digital Nasional di Jakarta, Selasa (29/2).
BACA JUGA: Kawal PPPK Guru Agama 2021, Syaiful Huda: Itu Janji Saya
Dengan sumber daya yang ada (kondisi perpustakaan saat ini) dan keterbatasan anggaran, Komisi X DPR RI selalu memberikan dorongan kepada Perpusnas untuk menyusun program-program terobosan yang menjadi leading dalam peningkatan literasi (digital dan nondigital).
Komisi yang membidangi pendidikan itu juga mengimbau semua pihak untuk mendukung program literasi, mengingat ini berkaitan dengan perubahan perilaku membaca.
BACA JUGA: MotoGP Mandalika Sukses, Komisi X DPR Mengkritisi Hal Ini sebagai Bahan Evaluasi
"Literasi ini merupakan program yang membutuhkan kolaborasi dan sikap gotong royong dari semua pihak seperti pemda, komunitas literasi, dan masyarakat," ucapnya.
Kepala Perpustakaan Nasional RI Muhammad Syarif Bando mengatakan literasi memiliki kontribusi positif menciptakan tenaga kerja terampil, berkeahlian, kreatif, dan inovatif.
Oleh karena itu, katanya, perlu terus dilakukan pengembangan kemampuan pekerja dan angkatan kerja dalam mengadopsi alat, proses, dan prosedur baru agar siap menghadapi Revolusi Industri 4.0, "Perpustakaan harus membuka peluang untuk bersinergi dengan perubahan," ucap Syarif Bando. (esy/jpnn)
Redaktur : Boy
Reporter : Mesya Mohamad