Ketua MPR Minta Antisipasi Gelombang Ketiga Covid-19 Akibat Varian Ini

Senin, 17 Januari 2022 – 09:41 WIB
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo meminta pemerintah dan seluruh elemen masyarakat untuk mengantisipasi gelombang ketiga corona akibat merebaknya varian Omicron. Foto: Humas MPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) menyatakan, semua elemen masyarakat didorong untuk mengantisipasi dan mewaspadai potensi gelombang ketiga Covid-19 karena merebaknya varian Omicron di dalam negeri.

Masyarakat harus menghindari potensi terinfeksi Omicron.

BACA JUGA: Pesan Wakil Ketua MPR untuk Calon Jemaah Haji, Ini demi Keselamatan Mereka

Selain varian ini sudah mewabah di beberapa kota, ada faktor lain yang mesti diperhatikan semua orang.

''Faktor itu adalah menurunnya efektivitas vaksin di dalam tubuh kendati telah menerima vaksinasi dosis penuh (dua kali vaksin),'' ungkap Bamsoet.

BACA JUGA: Ketua MPR: IMI Adakan Beberapa Kejuaraan Balap Nasional dan Internasional 2022

Artinya, krisis kesehatan sekarang belum berakhir karena Omicron sudah merebak. Karena itu, jangan lengah atau ceroboh.

Bamsoet menjelaskan, memasuki pekan kedua Januari 2022, ragam informasi yang mengemuka di ruang publik tidak membuat nyaman semua orang.

BACA JUGA: Sekjen MPR: SDM Harus Berpikir Kritis, Kreatif, dan Inovatif

''Muncul perkiraan tentang potensi terjadinya puncak gelombang ketiga penularan Covid-19 pada periode Februari-Maret 2022,'' ungkap Bamsoet.

Sebelumnya, menurut WHO, varian Omicron mampu mengindari kekebalan.

Enam penelitian terbaru menyajikan bukti tentang penurunan efektivitas vaksin terhadap varian Omicron.

''Meski seseorang sudah menerima vaksinasi dosis penuh, dia belum tentu kebal dari terinfeksi varian Omicron,'' ucap ketua umum Ikatan Motor Indonesia ini.

Berdasarkan studi meta analisis dan analisis regresi pada 2021, ditemukan indikasi penurunan efektivitas empat vaksin yang mendapatkan izin penggunaan darurat dari WHO. 

Penurunan aktivitas vaksin mencapai 8 persen dalam kurun waktu enam bulan terakhir pada semua kelompok usia.

Dalam rentang waktu tersebut, penurunan efektivitas vaksin 10 persen dan 32 persen pada orang dengan usia 50 tahun ke atas.

Tekanan psikologis bagi masyarakat kembali tereskalasi pada Sabtu (15/1) ketika data resmi menyebut kasus harian Covid-19 hari itu mencapai 1.054 kasus baru.

Sementara itu, per 26 Desember 2021, Indonesia mencatat hanya 92 kasus baru.

Setelah kasus pertama penularan Omicron terungkap pada paruh kedua Desember 2021, banyak orang yang menduga bahwa varian ini segera merebak.

Kementerian Kesehatan menuturkan, penularan Omicron mencapai puncak 35 hingga 65 hari setelah kasus pertama terdeteksi.

Menurut Bamsoet, gelombang ketiga penularan Covid-19 di dalam negeri diperkirakan terjadi pada Februari-Maret 2022.

''Jadi, semua orang harus menerima kenyataan bahwa dinamika kehidupan bersama tetap mengacu pada ancaman penularan corona dengan varian, katanya.

Artinya, tetap beradaptasi dengan protokol kesehatan (prokes) di masa pandemi.

Hampir dua tahun ini, masyarakat mewaspadai ancaman corona. Gelisah, cemas, dan trauma menjadi bagian tak terpisahkan dalam keseharian.

Pertanyaan tentang kapan corona ini berakhir sering dikemukakan banyak orang.

Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) telah menyurvei perkembangan kesehatan jiwa masyarakat sebagai dampak dari pandemi.

PDSKJI memeriksa tiga masalah psikologis, yaitu aspek kecemasan, depresi, dan trauma psikologis.

Hasilnya, sekitar 68 persen responden mengaku cemas, 67 persen depresi, dan 77 persen trauma psikologis.

Ketua ke-20 DPR ini berharap Omicron menjadi varian terakhir dari wabah virus corona.

''Masyarakat tak perlu panik jika gelombang ketiga terjadi karena sudah berpengalaman menghadapi dan menangani situasi corona pada periode Juni-Juli-Agustus 2021,'' ujarnya.

Menurut satgas pengendalian Covid-19, dari hasil survei pada 100 kabupaten atau kota di Indonesia, sebagian besar populasi memiliki antibodi.

Hasil survei itu menemukan bahwa 86,6 persen populasi yang daerahnya disurvei telah memiliki antibodi Covid-19.

Bamsoet menyatakan, pemerintah telah berinisiatif meningkatkan daya tahan masyarakat dari ancaman corona dengan vaksinasi dosis ketiga atau booster.

Presiden Joko WIdodo (Jokowi) belum lama ini mengumumkan bahwa program vaksinasi Covid-19 booster dimulai pada Rabu (12/1).

Syarat penerima booster adalah sudah disuntik vaksin dosis kedua lebih dari enam bulan.

Agar daya tahan masyarakat semakin mumpuni dari ancaman corona, semua orang diharapkan menerima vaksinasi booster itu. (mrk/jpnn)


Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Tarmizi Hamdi, Tarmizi Hamdi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler