Ketua MPR RI: Semoga Kita Sukses Mewujudkan Indonesia yang Benar-benar Merdeka

Sabtu, 21 Agustus 2021 – 12:48 WIB
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo. Foto: humas MPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) menyatakan makna kemerdekaan saat ini tidak hanya lepas dari belenggu penjajahan saja, tetapi spektrumnya sangatlah luas. Sebab, kemerdekaan bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana untuk mewujudkan keadilan dan kemakmuran bagi rakyat Indonesia.

Menurut Bamsoet, pertanyaan sudahkah kita merdeka, akan menghadirkan beragam jawaban dan konsepsi yang kemudian dijadikan sebagai rujukan dalam memaknai hakikat kemerdekaan.

BACA JUGA: Bamsoet: Keliru Jika Ada yang Mengatakan PPHN Tak Dibahas di Parlemen

"Antara lain kemerdekaan dari ketergantungan, kemerdekaan dari kemiskinan, kemerdekaan dari kebodohan, kemerdekaan untuk mendapatkan akses keadilan, dan masih banyak lagi konsepsi kemerdekaan yang hadir dalam dinamika dan dialektika pemikiran di ruang publik," ujarnya.

Hal itu disampaikan ketua MPR RI usai menjadi keynote speech Dialog Publik 'Refleksi 76 Tahun kemerdekaan Indonesia: Sudahkah Kita Merdeka?' yang diselenggarakan Magister Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta, secara virtual dari Jakarta, Sabtu (21/8).

BACA JUGA: Afghanistan Dikuasai Taliban, Pakar Ingatkan Pemerintah, Sebut Nama Pak JK

Mantan ketua DPR itu menjelaskan, masih ada sejumlah persoalan yang harus terus dibenahi bangsa Indonesia di usianya yang ke-76. Menurut perspektif kemerdekaan dari ketergantungan, harus diakui masih ada beberapa sektor penting di mana tingkat ketergantungan bangsa Indonesia terhadap produk impor masih cukup tinggi.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, bahwa pada periode Januari-Juni 2021 atau sepanjang semester I 2021, Indonesia telah melakukan impor pangan hingga Rp. 88,21 triliun. Contoh lain, Menteri Riset dan Teknologi pada bulan Mei 2020 yang lalu menyatakan bahwa angka ketergantungan terhadap produk impor di bidang kesehatan mencapai 90 persen.

BACA JUGA: Pernyataan Tegas Irjen Argo Yuwono soal Mural Mirip Jokowi Bertuliskan 404:Not Found

"Sebagaimana kita pahami bersama, bahwa sektor pangan dan kesehatan adalah sektor yang sangat vital. Bukan hanya karena menjadi kebutuhan primer yang wajib dipenuhi, tetapi juga karena sangat berpengaruh terhadap sektor-sektor lainnya, apalagi saat ini kita dihadapkan pada masa pandemi," tutur Bamsoet.

Menurut Ketua Umum Ikatan Motor Besar Indonesia (IMI) itu, memaknai kemerdekaan dari kebodohan harus dilihat dari tujuan dibentuknya pemerintah, di mana salah satunya adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Namun, survei yang dirilis Programme for International Student Assessment mengenai kemampuan pelajar Indonesia, pada bulan Desember 2019 menempatkan Indonesia pada peringkat ke-72 dari 77 negara, masih tertinggal jauh dari Malaysia di urutan ke-56 atau Singapura di urutan ke-2.

Kondisi tersebut disebut Bamsoet cukup kontradiktif, mengingat konstitusi telah memberikan dukungan dengan mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari APBN untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.

"Namun hasilnya masih belum memuaskan. Hal ini menyiratkan bahwa persoalan sesungguhnya tidak terletak pada dukungan anggaran, tetapi lebih pada peningkatan kualitas pengajar, penyempurnaan sistem pendidikan, serta pembenahan lembaga pendidikan," ucapnya.

Mantan ketua Komisi III DPR itu menyatakan dari perspektif kemerdekaan terhadap keadilan, dapat dilihat indeks akses terhadap keadilan tahun 2019 adalah sebesar 69,6 persen. Itu mengindikasikan bahwa cita-cita Indonesia merdeka untuk mewujudkan keadilan dalam masyarakat, masih menyisakan persoalan.

BACA JUGA: Lagi Mengendarai Mobil, Andri Dengar Suara Kucing, Pas Dicek, Lihat Itu Fotonya

"Kondisi ini juga tergambar dari rendahnya jumlah advokat terdaftar di Indonesia yang hingga pertengahan 2019, diperkirakan jumlahnya hanya sekitar 50.000, atau kurang dari satu persen dari jumlah penduduk," jelas Bamsoet.

Dia memandang kemerdekaan dari kemiskinan juga masih menjadi pekerjaan rumah bagi bangsa Indonesia. Jumlah penduduk miskin negara ini per-bulan Maret 2021 menurut data BPS adalah sebesar 27,54 juta atau meningkat 1,12 juta dari Maret 2020.

Dengan adanya pandemi Covid-19 yang masih membayangi, tentu angka tersebut masih mungkin berpotensi naik, di mana angka pengangguran hingga tahun 2021 diprediksi akan mencapai angka 12,7 juta.

Dari berbagai perspektif tentang kemerdekaan tadi, kata Bamsoet, akan mengantarkan bangsa ini pada sebuah kesadaran bahwa pemaknaan kemerdekaan akan terus berkembang seiring dinamika dan perkembangan zaman.

"Banyak yang telah kita capai, tetapi masih lebih banyak lagi yang dapat kita raih. Tentunya menjadi harapan kita bersama, semoga ke depan kita semakin sukses dalam mewujudkan Indonesia yang benar-benar merdeka dari berbagai sudut pandang pemaknaan," ujar Bamsoet. (*/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler