jpnn.com - JAKARTA - Ketua MPR Zukifli Hasan menyatakan bahwa persoalan kebangsaan Indonesia saat ini bukan lagi berkaitan dengan perbedaan suku dan agama. Sebab, kini masyarakat Indonesia telah menjadi satu.
Namun, menurutnya justru kini yang menjadi musuh bersama bagi rakyat Indonesia adalah kemiskinan. Karenanya politisi PAN itu meminta agar seluruh umat beragama bersama-sama memerangi kemiskinan.
BACA JUGA: Australia Pesimistis Bisa Selamatkan Nyawa 2 Anggota Bali Nine
“Musuh bersama kita saat ini adalah kemiskinan, kekurangan gizi, buruknya pendidikan, dan tingkat pengangguran yang masih tinggi di Indonesia,” ujar Zulkifli dalam acara World Interfaith Harmony Week 2015 Merajut Kebhinekaan Menuju Keadilan dan Perdamaian, Bersama dalam Perbedaan, Berbeda dalam Kebersamaan di Jakarta, Jumat (6/2).
Di hadapan tokoh lintas agama yang hadir pada acara itu Zulkifli menambahkan, penyelesaian masalah kemiskinan tidak cukup dibebankan kepada pemerintah semata. Tapi juga perlu partisipasi publik, termasuk para tokoh agama.
BACA JUGA: Rini Minta PMN Rp 72,9 T, Fahri: Ini Agak Bahaya
Menurutnya, semua ajaran agama mengajarkan tolong-menolong. Mereka yang mampu harus membantu mereka yang tidak mampu.
“Inilah yang harus diimplementasikan dalam kehidupan bernegara dalam hal ini ikut penanggulangan kemiskinan. Kita harus mulai dilingkungan kita sendiri dengan memberikan bantuan kepada mereka yang masih miskin disekitar tempat tinggal,” jelas Ketua MPR tersebut.
BACA JUGA: Mengaku ASI, Dukung KPK dengan Penari Seksi
Di lokasi yang sama, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin mengatakan agama sejati adalah agama yang membawa pesan perdamaian dalam setiap kata dan perbuatan serta saling tolong menolong. Karenanya, dia mengajak seluruh masyarakat Indonesia dalam kemajemukan bisa saling bantu menyelesaikan persoalan kemiskinan yang sedang dihadapi bangsa ini.
“Agama sejati membawa perdamaian dan kemaslahatan. Dalam konteks bernegara adalah ikutserta membantu mengurangi kemiskinan,” kata Din.
Perwakilan Parisada Hindu Dharma Indonesia SN Suwisma mengharapkan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku, bangsa, agama, dan ras, dari Sabang sampai Merauke, bisa mengedepankan semangat Bhinneka Tunggal Ika. Dimana penduduk mayoritas harus bisa mengayomi minoritas. “Aku adalah kami dan kami adalah aku,” ujar dia.
Sementara itu, Utusan Perwakilan Umat Budha Indonesia (Walubi) mengatakan masyarakat Indonesia harus sadar diri sebagai manusia yang telah beruntung. Menurutnya, walau setiap orang memiliki kemampuan berbeda-beda, namun tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan yang telah diberikan Tuhan. “Sekuat apapun kemampuan seorang manusia, pasti akan menghadapi kenyataan tua, sakit, dan meninggal dunia. Jadi, jangan sampai nanti meninggal sengsara karena perbuatan tidak berguna selama hidup di dunia,” ujar dia.
Hal senada juga disampaikan oleh perwakilan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Romo Paskalis Bruno Syukur. Dia mengimbau komponen bangsa bisa membangun persaudaraan, bukan karena kesamaan pandangan politis tapi dengan alasan diciptakan satu oleh Allah. “Kita bangun kembali keluarga taat beriman, karena dengan begitu akan mendidik kita cara menciptakan perdamaian,” ujar dia.
Paskalis pun yakin perdamaian dunia bisa terwujud jika masyarakat Indonesia mau berdoa bersama, lalu kembali pada Allah dengan cara yang diajarkan oleh masing-masing agama. “Maka kita akan menjadi anak-anak allah yang mewartakan perdamaian itu,” katanya. (mas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jaksa Agung Perintahkan Eksekusi Labora Sitorus
Redaktur : Tim Redaksi