Ketum GMNI Minta Hasto Setop Berpolemik soal Alutsista

Minggu, 14 Januari 2024 – 17:15 WIB
Ketua Umum Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Imanuel Cahyadi. Foto: dok pribadi for JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum DPP GMNI Imanuel Cahyadi turut menyampaikan pandangannya terkait belanja alutsista yang menjadi perbincangan masyarakat pascadebat capres beberapa pekan lalu.

Dia secara khusus menyoroti Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang mendesak calon presiden Prabowo Subianto meminta maaf karena menyebut Presiden Soekarno memakai alutsista bekas dalam operasi pembebasan Irian Barat.

BACA JUGA: Bos Defend ID Luruskan soal Umur Alutsista

"Sayang sekali Mas Hasto sebagai doktor lulusan Unhan (Universitas Pertahanan), menarik persoalan alutsista ini ke hal-hal yang tidak esensial, bekas atau baru salah satunya," kata Imanuel dalam keterangan tertulisnya, Minggu (14/1).

Menurut Imanuel, topik alutsista adalah tentang kegunaan. Baru atau bekas, lanjutnya, selama memiliki efek deteren sah-sah saja digunakan.

BACA JUGA: Tanggapi Prabowo dan Jokowi soal Alutsista, JK: Apa yang Rahasia?

"Apalagi, Pak Prabowo sebagai Menteri Pertahanan tentu sangat paham mengenai usia pakai alutsista yang digunakan oleh pasukannya. Saya menyayangkan komentar Mas Hasto yang justru mengurangi esensi deteren dari alutsista Indonesia yang dibangun hingga saat ini," ungkap Imanuel.

Imanuel menyebut bahwa di zaman Bung Karno dahulu tak pernah ada debat alutsista bekas atau baru.

BACA JUGA: Ganjar Tidak Sekadar Mengkritisi Prabowo soal Alutsista, tetapi Punya Solusinya

Pasalnya, sang proklamator paham bahwa Bangsa Indonesia juga butuh deterensi sebagai strategi militer dalam mempertahankan Irian Barat pada saat itu.

"Maka yang ditonjolkan adalah kuantitas dan kualitasnya. Tahun 60-an kita sudah memiliki puluhan Mig-17 (bekas), Mig-19, Mig-21, Tu-16 made in Soviet. Belum termasuk yang diterima angkatan laut dan darat."

"Menurut saya, narasi tentang alutsista Indonesia harusnya berbicara tentang substansi pertahanan dan deterensinya. Seperti yang dilakukan Bung Karno saat mempertahankan Irian Barat pada saat itu dengan menggunakan perpaduan alutsista baru dan bekas untuk mempertahankan kedaulatan wilayah NKRI," urai Imanuel.

Imanuel berpendapat, isu terkait pengadaan alutsista Indonesia harus dalam keadaan baru (bukan bekas) belum memiliki urgensi yang mendesak dalam strategi pertahanan Indonesia.

"Dalam hal pertahanan negara, untuk menjaga kedaulatan wilayah dengan lanskap kepulauan seperti Indonesia, kita justru membutuhkan banyak sekali alutsista khususnya wilayah air dan udara. Untuk memenuhi hal tersebut, patut menjadi pertanyaan apakah dimungkinkan dengan postur anggaran kita saat ini. Belum lagi soal kendala teknis dan skala prioritas dalam penggunaan anggaran kita," terang Imanuel.

Oleh karena itu, Imanuel mengapresiasi langkah Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dalam proses pengadaan alutsista untuk menunjang strategi militer melalui pendekatan deterensi dan menganggap tak perlu berpolemik soal usia alutsista Indonesia.

"Saya mengapresiasi langkah Pak Prabowo yang menekankan pentingnya menambah postur anggaran pertahanan Indonesia secara bertahap untuk memperkuat alutsista karena memang dibutuhkan perpaduan kuantitas dan kualitas alutsista untuk menjaga kedaulatan wilayah NKRI kita saat ini," tegas Imanuel. (dil/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler