jpnn.com - JAKARTA - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN) Rusli Halim mengaku kurang setuju dengan adanya pandangan bahwa ketua umum satu periode adalah tradisi kepemimpinan di partainya.
Sebab, kata Rusli, tradisi kepemimpinan di PAN hanya satu yaitu fatsun kolektif kader yang terlembaga dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga partai.
BACA JUGA: Kenakan Cincin Kawin, Duduk Sederet Anak-Istri
Dia menegaskan, sebagai partai modern dan demokratis setiap kader PAN tanpa kecuali harus tunduk kepada fatsun kolektif yakni AD ART. "Siapapun dan apapun posisinya tidak bisa memaksakan kehendak untuk keluar dari fatsun tersebut," ungkap Rusli, Jumat (9/1).
Rusli menilai wacana ketua umum satu periode bukan sebuah tradisi apalagi keteladanan di PAN. Tetapi, kata dia, sebatas isu temporer dan strategi pemenangan bagi calon ketua umum yang menantang calon incumbent pada kongres PAN ke IV mendatang.
BACA JUGA: Fahri Hamzah Wacanakan Konvensi International Penistaan Agama
"Memang benar dua Ketua Umum DPP PAN sebelum Pak Hatta semuanya satu periode. Tapi, kurang tepat juga jika dikatakan ini sebagai sebuah tradisi apalagi keteladanan. Ini hanya isu temporer dan strategi kampanye calon yang menantang incumbent," kata Ketua Umum Penegak Amanat Reformasi Rakyat, salah satu organisasi underbow PAN.
Dia pun menepis wacana terhambatnya regenerasi kader jika Ketua Umum PAN menjabat lebih dari satu periode. Menurut Rusli, regenerasi adalah wajib hukumnya. Namun, kata dia, sangat berpikiran sempit jika regenerasi itu dimaknai hanya sebatas pergantian nama ketua umum.
BACA JUGA: Sutarman Pasrah Mau Diganti Jokowi
"Jika nama Ketua Umum terus silih berganti tetapi peran, tanggung jawab dan kewenangan tidak berpindah apalagi dimandulkan oleh pendahulunya, itu bukan regenerasi. Justru degenerasi kader dan dampaknya lebih berbahaya dari ketua umum yang menjabat empat, lima atau sekian periode," paparnya. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kubu Agung Ancam Duduki FPG, Fadli Zon: Tak Usah Ditanggapi
Redaktur : Tim Redaksi