Khusus untuk Pelaku UMKM, Ini Perbedaan E-Wallet dan Mobile Banking

Rabu, 03 Agustus 2022 – 21:41 WIB
Ilustrasi E-Wallet. Foto: dok. Duitku.com

jpnn.com, JAKARTA - Penggunaan E-Wallet atau dompet digital menjadi tren terkini di bidang keuangan. Terutama untuk melakukan transaksi.

Perusahaan financial technology atau FinTech saling bersaing mengeluarkan aplikasi E-Wallet dengan berbagai fitur dan kemudahannya.

BACA JUGA: Kemenkominfo Hapus 15 Game Judi Online, HNW: Ini Hal Aneh

Selama dua tahun terakhir, pembeli di online shop di Asia Tenggara bertambah lebih dari 70 juta orang.

Menariknya, negara dengan jumlah pembeli terbanyak adalah Indonesia.

BACA JUGA: Pinjol Hingga e-Wallet Bakal Kena PPN, Sebegini Tarifnya

Hal ini berbanding lurus dengan tren E-Wallet yang makin naik sebagai salah satu alat pembayaran dalam melakukan pembelian online, baik di Indonesia maupun transaksi antarnegara.

Sebelum E-Wallet turut meramaikan pasar FinTech, aplikasi mobile Banking adalah satu-satunya andalan masyarakat dalam melakukan transaksi keuangan secara online dan mobile.

BACA JUGA: Anda Mudah Kena Rayuan Barang Murah di Online Shop? Bea Cukai Beri Peringatan Begini

Mengingat antara E-Wallet dan mobile banking memiliki fungsi dan fitur yang hampir mirip, keduanya masih saling berkompetisi untuk menjadi aplikasi yang dipercaya masyarakat dalam melakukan transaksi. Lantas manakah yang lebih populer?

Melihat Tren E-Wallet di Indonesia

Pasar pembayaran seluler di Indonesia memiliki angka yang luar biasa. Dilansir dari Fortumo, terdapat lima jenis E-Wallet yang paling banyak digunakan oleh masyarakat, yakni OVO, ShopeePay, LinkAja, GoPay, dan DANA.

Berdasarkan data 2020, pengguna E-Wallet di Indonesia mencapai 63 juta orang.

Angka tersebut diperkirakan masih akan tumbuh menjadi 202 juta pengguna di 2025.

Fakta menyebutkan pemilik E-Wallet di Indonesia bahkan meraup persentase 26 persen dari total populasi, yang diperkirakan juga akan meningkat hingga 77% di 2025.

Tampaknya, Indonesia adalah negara yang cocok untuk menjadi ladang investasi FinTech.

Terutama produk E-Wallet, mengingat nilai transaksi E-Wallet di Indonesia mencapai USD28 miliar di 2020 dan diperkirakan akan melonjak menjadi USD107 miliar pada 2025.

Angka yang luar biasa tersebut membuktikan tren E-Wallet di Indonesia diperkirakan akan terus membaik dan meningkat seiring dengan pesatnya budaya konsumtif dan teknologi perbelanjaan seperti E-Commerce.

Perlu diketahui, meskipun setiap E-Wallet memiliki keunggulan masing-masing yang mengharapkan loyalitas pengguna.

Masyarakat Indonesia tampaknya cenderung menggunakan lebih dari satu aplikasi E-Wallet sebagai alat transaksi.

Menurut data, rata-rata konsumen di Indonesia menggunakan 3,16 E-Wallet secara bersamaan.

Hal itu kemungkinan disebabkan banyaknya penawaran manfaat, diskon, dan layanan yang berbeda di setiap aplikasi.

Eksistensi Mobile Banking Digerus Tren E-Wallet

mobile banking merupakan salah satu saksi sejarah digitalisasi transaksi perbankan di Indonesia.

Dimulai dari layanan SMS Banking, Internet Banking, dan kini mulai digunakan mobile banking berbasis aplikasi.

Penggunaan smartphone adalah salah satu faktor paling berpengaruh dari perkembangan mobile banking.

Hal yang membedakan dengan E-Wallet, mobile banking diinisiasi oleh perbankan sehingga hanya bisa digunakan oleh nasabah bank tertentu saja.

Awalnya, mobile banking dikembangkan hanya dengan fitur transfer dan pengecekan saldo rekening, tetapi kemudian menambah banyak fitur, mulai dari pembelian pulsa dan paket data, pembayaran tagihan, hingga layanan pengisian saldo E-Wallet.

Menurut final report dari International Finance Corporaton, dari total penduduk Indonesia sebanyak 250 juta jiwa, terdapat sekitar 70 juta orang yang diperkirakan memiliki rekening bank.

Pernyataan tersebut didukung oleh Head of Mandiri Institute Yudo Wicaksono.

"Kalo kita lihat pada 2020 itu sendiri, data dari Susenas sekitar 40,3 persen. Artinya, 80,27 juta orang memiliki akun bank," kata Yudo dalam webinar Indonesia Darurat Kejahatan Siber beberapa waktu lalu.

Untuk mobile banking, di 2021, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat lonjakan penggunaan mobile banking dan Internet Banking hingga 300 persen.

Salah satu faktor pemicu melejitnya angka kenaikan tersebut yakni adanya pandemi Covid-19.

Tak hanya itu, transaksi ulang elektronik pun dari tahun 2015 hingga 2020 mengalami peningkatan hampir 47 persen, yaitu dari Rp5,28 triliun menjadi Rp204,9 triliun.

Melihat peningkatan yang sangat baik dari penggunaan mobile banking, tampaknya produk perbankan satu ini masih memiliki eksistensi yang kuat meskipun E-Wallet terus berusaha menguasai pasar keuangan Indonesia.

Ditambah, mobile banking masih menjadi alat utama yang paling banyak digunakan masyarakat untuk mengisi saldo E-Wallet.

Hal itu berarti, sampai sekarang keberadaan mobile banking masih sangat diperlukan oleh para pengguna E-Wallet.

E-Wallet vs Mobile Banking, Mana yang Lebih Populer?

Perusahaan riset Populix merilis laporan terbaru terkait penggunaan aplikasi terbanyak oleh masyarakat Indonesia.

Laporan berjudul "Consumer Preference Towards Banking and e-Wallet Apps" edisi Juli 2022 tersebut menyebutkan baik E-Wallet maupun mobile banking sama-sama menjadi aplikasi keuangan yang paling banyak digunakan di Indonesia.

Dari 1.000 responden riset tersebut, sebanyak 64 persen di antaranya atau sekitar 637 responden memakai aplikasi finansial, seperti mobile banking, e-wallet, dan digital banking.

Perinciannya, sebanyak 91 persen dari 673 responden tersebut memiliki aplikasi mobile banking dan 84 persen memiliki E-Wallet sedangkan sebanyak 33 persen di antaranya menyatakan bahwa mereka memiliki aplikasi digital banking.

Populix pun turut menyertakan alasan tingginya angka penggunaan mobile banking. Pertama, mobile banking dinilai praktis dan tidak rumit. Kedua menghemat waktu dan mudah digunakan.

Selain berfungsi untuk memantau keuangan rekening dan melakukan transaksi perbankan, mobile banking pun dinilai cukup sebagai aplikasi yang juga menyediakan layanan pembayaran tagihan dan memenuhi kebutuhan belanja E-Commerce.

Untuk E-Wallet yang menempati posisi kedua, masyarakat menilai penggunaan produk FinTech ini praktis dan beberapa sudah terintegrasi langsung dengan E-Commerce dan platform lainnya.

Misalnya, ShopeePay yang langsung terintegrasi dengan E-Commerce Shopee, OVO dan GoPay dengan Tokopedia, DANA dengan Apps Store dan Telkomsel, LinkAja dengan KAI Access, dan sebagainya.

Meskipun E-Wallet memiliki banyak penawaran yang menarik untuk penggunanya, hingga kini keberadaannya masih bergantung pada mobile banking untuk pengisian layanan saldo.

E-Wallet dan Mobile Banking Mendukung UMKM Indonesia

Salah satu faktor utama meningkatnya penggunaan E-Wallet dan mobile banking di Indonesia adalah fungsinya sebagai alat pembayaran untuk transaksi barang maupun jasa secara online.

Di era pandemi covid-19 memunculkan budaya stay at home, yang mana masyarakat akhirnya terbiasa melakukan transaksi online sembari menjaga diri dengan hanya di rumah saja, terutama transaksi belanja online.

Dampak baiknya, meningkatnya penggunaan E-Wallet dan mobile banking akhirnya turut menaikkan eksistensi UMKM Indonesia.

Hal itu didukung oleh Fortumo, bahwa data di Indonesia menunjukkan konsumen memilih dompet seluler sebagai pilihan utama mereka untuk pembayaran online. Seperti E-Wallet dan mobile banking.

Begi pelaku UMKM di Indonesia, menghubungkan E-Wallet ataupun mobile banking sebagai sarana pembayaran adalah pilihan yang tepat untuk meningkatkan penjualan.

Selain karena transaksi dapat dilakukan dengan praktis dan mudah, biasanya baik E-Wallet ataupun perbankan yang menyediakan jasa mobile banking memiiliki promosi berupa diskon yang menguntungkan konsumen.

Sebagaimana diketahui, biasanya online shop hanya menyediakan jenis pembayaran berupa transfer uang ke rekening bank.

Sayang sekali, metode pembayaran ini sering kali merugikan konsumen karena jenis bank yang dimiliki penjual dan pembeli sering kali tak sama sehingga pembeli harus dibebani biaya admin transaksi antarbank.

Penggunaan E-Wallet dapat menjadi solusi untuk masalah ini, tetapi alangkah lebih baik jika suatu bisnis penjualan bisa memfasilitasi konsumen dengan berbagai metode pembayaran.

Jika kami adalah pelaku UMKM dan ingin konsumenmu dapat melakukan transaksi pembelian dengan berbagai metode pembayaran, bisa memanfaatkan  situs atau aplikasi kamu dengan layanan Payment Gateway.

Payment Gateway memfasilitasi penerimaan pembayaran dari berbagai platform, mulai dari transfer bank, kartu kredit/debit, virtual account, gerai retail dan E-Wallet terkemuka di seluruh Indonesia, QRIS, hingga pembayaran dengan sistem kredit nonkartu.

Dengan begitu, kamu bisa memfasilitasi pembeli untuk membayar apapun tren pembayaran yang sedang berkembang.

Ada beberapa pilihan penyedia jasa layanan Payment Gateway Indonesia yang bisa kamu pilih, tetapi pastikan payment gateway yang kamu pilih sudah berizin dan memiliki layanan konsumen yang cepat tanggap untuk menjawab segala pertanyaan mengenai transaksimu. (flo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler