Kinerja Keeper KBS Perlu Diperbaiki

Hanya Beri Makan, lalu Menghilang

Minggu, 26 Januari 2014 – 17:51 WIB

jpnn.com - SURABAYA - Kinerja keeper dalam memelihara satwa Kebun Binatang Surabaya (KBS) perlu diperbaiki. Sebab, pengawasan keeper terhadap satwa begitu longgar. Tiap hari keeper hanya terlihat pada pagi dan sore. Akibatnya, satwa sama sekali tidak terpantau saat pengunjung membeludak pada tengah hari.

Selama dua hari berturut-turut pada Jumat (24/1) dan Sabtu (25/1), Jawa Pos menyusuri hampir semua kandang satwa. Awalnya, di kandang unta dan jerapah, tidak terlihat adanya keeper yang berjaga. Pengunjung bisa saja memberikan makan seenaknya pada unta-unta tersebut.

BACA JUGA: Gelombang Tinggi, Nelayan Pacitan Jadi Kuli

Kondisi kandang komodo di sebelah kandang unta hampir sama. Keeper sama sekali tidak tampak. Pengunjung hanya mengetahui informasi soal komodo dari sebuah papan yang hanya bertulisan nama latin komodo dan makanannya.

Situasi lebih riskan lagi ketika Jawa Pos berada di kandang kuda nil dan kandang tidur singa serta harimau. Keadaan sunyi senyap. Hanya terlihat sejumlah pengunjung yang memperhatikan kuda nil yang sedang makan di dekat pintu masuk kandang. Jarak antara pengunjung dan kuda nil tidak lebih dari semeter.

BACA JUGA: Pantura Terendam, Jalur Selatan Jadi Pilihan Supir Bus

Tidak ada batas yang bisa menghalangi pengunjung untuk sekadar memberikan sesuatu pada kuda nil tersebut. Jika mau, pengunjung yang usil bisa saja melemparkan batu untuk melukai kuda nil. Namun, tidak akan ada yang mengetahuinya.

Pada Jumat lalu sekitar pukul 10.00, kondisi kandang tidur singa cukup ramai. Ada sekitar lima orang di area kandang tidur yang berukuran tidak lebih dari 50 meter persegi tersebut. Siapa lima orang itu? Tidak ada yang mengetahuinya.

BACA JUGA: Tuntut Mekar jadi Desa agar Dapat Kucuran Rp1 Milyar

Mereka hanya mengenakan kaus dengan celana pendek. Salah seorangnya adalah perempuan berkerudung hitam. Sama sekali tidak tampak ada tanda pengenal yang mereka kenakan. Salah seorang petugas satpol yang berkeliling juga tidak bisa mengenali mereka keeper atau justru orang asing. "Enggak tahu," ujarnya.

Saat itu pengunjung tampak tertarik melihat harimau putih di kandang peraga. Lima orang itu cuek. Mereka hanya berleha-leha di area kandang tidur singa tersebut. Pengunjung yang penasaran harus puas dengan melihat papan yang bertulisan nama satwa dan jenis makanannya. Selebihnya, pengunjung harus berimajinasi sendiri.

Lantas, bagaimana peran lembaga konservasi dalam mengedukasi masyarakat? Pakar satwa liar sekaligus mantan Ketua Harian KBS I Komang Wiarsa Sarjana menjelaskan bahwa keeper itu tidak hanya bertugas memberikan makan pada satwa. Namun, keeper juga harus menjadi pengawas untuk satwa. "Keeper itu seharusnya profesional," paparnya.

Idealnya, keeper harus menjaga satwa secara penuh pada jam kerja. Jika keeper lengah sedikit, bisa jadi satwa justru menjadi korban dari ketidaktahuan pengunjung. Bahkan diberi makan yang tidak sepatutnya atau justru barang yang lebih berbahaya. "Ini adalah poin utamanya," terangnya.

Terlebih keeper itu harus menjadi guide bagi para pengujung. Pengetahuan terkait dengan satwa yang dijaga harus ditransferkan kepada pengunjung yang tertarik. Dengan begitu, kebun binatang sebagai lembaga konservasi juga memberikan edukasi terhadap masyarakat.

Sementara itu, Dirut Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) KBS Ratna Achjuningrum mengungkapkan bahwa pihaknya memang berencana memberikan seragam kepada keeper yang bisa dikenakan saat bertugas. Jadi, setiap petugas bisa dikenali. "Biar orang luar tidak bisa masuk juga," katanya. (idr/git/c14/end)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jumlah Rumah Ibadah yang Roboh Sedang Didata


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler