jpnn.com, JAKARTA - Kepala Biro Humas dan Komunikasi Publik Kementerian Pertanian (Kementan) Kuntoro Boga Andri mengatakan, penanaman modal asing (PMA) pada triwulan kedua 2018 mencapai USD 54,3 ribu.
Sementara itu, penyertaan modal dalam negeri (PMDN) mencapai Rp 405,1 juta.
BACA JUGA: Neraca Perdagangan Pertanian Indonesia - Tiongkok Surplus
Investasi PMDN di subsektor unggas tercatat masih tinggi yakni 85,1 persen, sedangkan pada peternakan sapi mencapai 14,9 persen.
Di sisi lain, investasi PMA pada unggas mencapai 46,9 persen dan peternakan sapi tercatat 50,1 persen.
BACA JUGA: Pertanian Indonesia Sudah Menuju Arah yang Benar
"Komoditas serta jasa peternakan lain 3,0 persen," ucap Kuntoro, Sabtu (15/12).
Dia menambahkan, nilai tukar petani (NTP) dan nilai tukar usaha peternakan (NTUP) sebagai indikator kesejahteraan menunjukkan tren meningkat dalam empat tahun terakhir.
BACA JUGA: Komisi Ombudsman Seharusnya Cari Histori Sektor Pertanian
Pada 2014, NTP berada di angka 106,65 dan terus menanjak hingga menjadi 107,35 pada Oktober 2018.
Sementara itu, NTUP pada 2014 mencapai 111,00 dan meningkat menjadi 117,25 pada Oktober 2018.
Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan I Ketut Diarmita menjelaskan,
penyerapan tenaga kerja menunjukkan pertumbuhan signifikan pada subsektor peternakan.
"Pada Juli 2018, jumlah tenaga kerja subsektor peternakan mencapai 4.831.210 orang atau terjadi peningkatan 27,3 persen dibandingkan tahun 2017," ujar Ketut.
Begitu juga dengan ekspor subsektor peternakan yang diperkirakan meningkat sebesar 41,32 persen atau USD 426,650 juta pada 2018.
Tahun lalu, kata Ketut, ekspor subsektor peternakan adalah USD 443,430 juta atau 625,14 persen.
Sedangkan untuk program pemanfaatan lahan rawa dan gelar teknologi (geltek) tanpa merusak lingkungan untuk budi daya padi, palawija serta pemeliharaan ikan, memperoleh apresiasi dari FAO dan para duta besar negara sahabat.
Menyikapi itu, Mentan Amran Sulaiman akan kembali menindaklanjutinya melalui gerakan Selamatkan Rawa, Sejahterakan Petani (Serasi).
Amran menuturkan, sebagai upaya awal, 400 ribu hektare rawa di enam provinsi yaitu Sumsel, Kalsel, Lampung, Jambi, Sulsel, Kalteng, bakal dimanfaatkan sebagai lahan pertanian produktif.
"Hal ini dilakukan untuk mendorong kesejahteraan petani berbasis koperasi yang dikoorporasikan melalui Serasi," ujar Amran.
Menurut Amran, pemanfaatan lahan rawa menjadi pertanian akan terintegrasi dengan peternakan, perkebunan dan persawahan.
Amran mengatakan, Serasi akan dikerjakan bersinergi dengan lembaga pemerintahan lainnya.
Guna mendukung capaian yang baik pemanfaatan rawa untuk pertanian, akan didukung dengan pengembangan mekanisasi serta teknologi.
Sekretaris Jenderal Kementan Syukur Iwantoro mengungkapkan, seluas 200 hektare lahan rawa lebak bakal dikembangkan di bawah pengawasan 50 tenaga harian lepas yang melakukan fungsi teknis.
"Pengelolaan semuanya dilakukan dengan teknologi mutakhir. Kendala kondisi tanah seperi masam, PH kurang, kini bukan lagi masalah," ujar Syukur.
Menurut Syukur, seluas 7,9 juta hektare lahan rawa yang ditumbuhi semak belukar berpotensi menjadi kawasan pertanian.
Selain itu, ucap Syukur, masih ada dua juta hektare lahan rawa bokor siap direvitaliasi jadi area pertanian. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kerja Keras Kementan Bikin Petani Semakin Sejahtera
Redaktur : Tim Redaksi