jpnn.com, JAKARTA - Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menyampaikan, neraca perdagangan Indonesia pada September 2020 surplus sebesar USD 2,44 miliar. Peningkatan kinerja perdagangan tersebut merupakan sinyal kembali pulihnya perekonomian nasional.
“Surplus ini merupakan surplus bulanan ketujuh kalinya sepanjang 2020 dan melanjutkan tren surplus lima bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” jelas Agus.
BACA JUGA: Wakil Ketua Kadin Beberkan Dampak Positif UU Cipta Kerja Bagi Aktivitas Perdagangan
Mendag Agus menegaskan, peningkatan surplus perdagangan tersebut terutama disebabkan surplus nonmigas menjadi USD 2,91 miliar.
Komoditas penyumbang surplus pada September 2020 tersebut antara lain lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15); bahan bakar mineral (HS 27); serta besi dan baja (HS 72).
BACA JUGA: Badrodin Haiti Bicara Mengenai UU Cipta Kerja, Begini Katanya
Sementara itu, negara-negara mitra dagang utama Indonesia seperti Amerika Serikat (AS), India, dan Filipina menyumbang surplus nonmigas terbesar selama September 2020 yang jumlahnya mencapai USD 2,13 miliar.
Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia pada Januari–September 2020 tercatat surplus USD 13,51 miliar.
BACA JUGA: Mendag: E-commerce Bisa Selamatkan Ekonomi Indonesia
Ekspor September 2020 menguat, nilai total ekspor Indonesia mencapai USD 14,0 miliar, tercatat sedikit di atas rata-rata nilai ekspor awal 2020 (Januari–Maret) yang sebesar USD 13,9 miliar per bulan. Peningkatan kinerja ekspor Indonesia pada September 2020 sebesar 7 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Ini didorong adanya kenaikan ekspor migas (17,4 persen MoM) maupun nonmigas (6,5 persen MoM).
“Ekspor Indonesia menunjukkan tren penguatan setelah mengalami kontraksi terdalam pada Mei 2020 akibat dampak negatif pandemi Covid-19,” jelas Agus.
Mendag Agus juga menjelaskan, sektor pertanian dan industri berkontribusi terhadap surplus September 2020.
Sementara itu, produk utama sektor industri yang meningkat pesat di antaranya besi dan baja (naik 32,5 persen), kendaraan dan bagiannya (naik 28,3 persen), serta lemak dan minyak hewan/nabati (naik 13,1 persen).
Perbaikan kinerja ekspor bulanan Indonesia sejak Juni hingga September 2020 sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian global.
Membaiknya perekonomian global juga tercermin pada proyeksi IMF pada World Economic Outlook yang dirilis pada Oktober 2020, yang merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi global tahun 2020 dari sebelumnya -4,9 persen menjadi -4,4 persen.
Faktor yang mendorong mulai membaiknya perekonomian global, antara lain adalah mulai diakhirinya karantina wilayah (lockdown), serta pemulihan ekonomi RRT yang lebih cepat dari ekspektasi sebelumnya. Impor bahan baku dan penolong pada September 2020 juga meningkat.
Sementara itu, impor September 2020 tercatat sebesar USD 11,6 miliar atau naik 7,7 persen dibandingkan Agustus 2020.
Selain industri manufaktur yang diperkirakan kembali pulih, sektor transportasi laut juga diperkirakan mengalami peningkatan. Secara kumulatif, nilai impor Januari–September 2020 mencapai USD 103,7 miliar yang didominasi impor nonmigas sebesar USD 93,1 miliar atau dengan pangsa sebesar 89,8 persen.
Impor nonmigas periode Januari–September 2020 turun 16,0 persen YoY, sedangkan volume impornya turun 5,5 persen YoY. Hal ini mengindikasikan bahwa sebenarnya aktivitas perekonomian domestik yang mengandalkan pasokan dari impor tidak terkontraksi terlalu dalam.
“Perkembangan kinerja ekspor maupun impor Indonesia pada Juli–September 2020 yang cenderung menguat merupakan indikasi kuat perekonomian Indonesia akan segera kembali pulih dan titik kritis dampak negatif pandemi Covid-19 telah berlalu. Selain itu, sektor perdagangan luar negeri akan menjadi salah satu penopang membaiknya perekonomian Indonesia pada triwulan III 2020,” pungkas Agus.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy