King...I am Liem Swie King (3/habis)

Kamis, 08 Oktober 2015 – 19:09 WIB
Liem Swie King (melambai tangan) bersama tim Thomas Cup Indonesia disambut, diarak dan dielu-elukan masyarakat Jakarta, 1984. Foto: Dok. Liem Swie King.

jpnn.com - SEMPAT menjadi bintang film, Liem Swie King kembali ke alamnya. Januari 1980 King mempertahankan gelar juara dunia di Kyoto, Jepang. Sebulan kemudian dia tersungkur. Rekor tak terkalahkan selama 33 bulan pecah. Dia kalah. Tapi...King kembali bangkit!  

=======
Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network
=======

BACA JUGA: Kisah Asmara Liem Swie King dan Eva Arnaz Hanya Ada Di Sini...

Singapura, Februari 1980. Di ajang Dwilomba Indonesia-China, King berhadapan dengan Han Jian, salah satu pebulutangkis terbaik dunia. 

Banyak orang bilang, laga King-Han Jian merupakan partai terbaik dalam bulutangkis dunia. Tapi tidak bagi King. Baginya, ini partai terpahit.  

BACA JUGA: King...I am Liem Swie King (1)

Set pertama, 15 poin yang didapat Han Jian, 7 di antaranya akibat kesalahan King. Di set kedua, King membalik keadaan. Dia pegang kendali permainan.

Drama terjadi pada set ketiga. Di babak penentuan ini adrenalin naik. Nah, karena drama di babak inilah, laga ini kemudian disebut-sebut sebagai partai bulutangkis terbaik di dunia. 

BACA JUGA: Ketahuilah, Hanya Jenazah Bung Tomo yang Bisa Dibawa Pulang

Mulanya King memimpin 4-0. Han Jian mengejar menjadi 4-4. Terjadi duel reli, King unggul 9-6. Dan...serupa set pertama, King kembali melakukan banyak kesalahan. Ia tertinggal 10-13. Sejurus kemudian King naik lagi. Kedudukan sama 13-13.

Dalam duece lima, King berhasil mendapatkan banyak smash. Sebagaimana diketahui smash King adalah senjata yang mematikan. Sampai-sampai orang-orang menjuluki jurus itu King's Smash.

"Pukulannya bertenaga. Kalau King sudah menyerang dengan King's Smash-nya, lawannya pasti sulit mengembalikan," kata Tan Joe Hok, legenda bulutangkis Indonesia yang pernah menjadi juara All England 1959.

Hanya saja, tiga smash-nya saat menghadapi Han Jian tersangkut net. Dan ini terjadi di saat-saat kritis, ketika King sudah memimpin 17-16. Akibatnya, dia gagal dengan angka 17-18. 

Dominasinya di dunia bulutangkis selama 33 bulan terakhirpun berakhir!  

"Ini merupakan kekalahan pertamaku dalam 2 tahun 9 bulan sejak dikalahkan pemain Swedia, Thomas Kihlstroem dalam Kejuaraan Dunia bulan Mei 1977," ujar King, sebagaimana dituturkan Robert Adhi Ksp dalam buku Panggil Aku King.

"Setelah kekalahan di dwilomba Indonesia-China, prestasiku makin memburuk," demikian King.

Petarung Sejati

Bukan King namanya bila galau dan cepat putus asa. Mengutip Saiful Arisanto, yang pernah menjadi Ketua PB Djarum--klub di mana King menjadi salah satu anggota pertamanya--King tidak pernah ingin jadi nomor dua dalam hal apa pun. 

Kata dia, pernah saat latihan lari dari Kudus ke Gunung Muria, King menempati posisi ketiga. Dia lalu berlatih sendiri. Kemudian hari, ketika semua karyawan Djarum kembali lari ke Gunung Muria, King finish pertama. 

Itulah King. Dia kembali berjaya di Thomas Cup 1984. 

Thomas Cup turnamen bulutangkis tertua yang dihelat International Badminton Federation (IBF), sejak 1948-1949. Di kancah bergengsi dua tahun sekali ini, Indonesia sangat diperhitungkan. 

Sejak meraih juara pertama pada 1958, Indonesia tujuh kali berturut-turut menjadi jawara di turnamen beregu putra ini hingga 1979. Hanya berseling sekali diambil Malaysia pada 1967. 

Pada 1982, Piala Thomas direbut China. Dan 1984 Indonesia bertemu China di partai final. 

Pertandingan berlangsung sengit. China bersikeras mempertahankan gelarnya. Indonesia memperjuangkan piala itu dibawa kembali ke Tanah Air.

Empat laga pertama berlangsung seri. Skor 2-2. Di partai puncak Thomas Cup 1984, pasangan Indonesia Liem Swie King-Kartono berlaga dengan pasangan China Sun Zhian-Tian Bingyi. 

Awal set pertama, pasangan China itu didikte King dan Kartono. Sementara Indonesia unggul 7-3. Tak mau kalah, pasangan China menaikkan tensi permainan. Skor imbang 11-11. 

Laga tepok bulu berkaliber dunia itu kian sengit. Kedua pasang punya target juara, mengharumkan nama bangsa masing-masing. Skor kembali imbang 13-13. Di usia 28, King masih punya kecepatan. Set pertama dimenangkan Indonesia 18-14.   

Set kedua sepenuhnya milik King-Kartono. Di laga penentu itu, pasangan China dibuat tak berdaya. King dan Kartono--dua sekondan sejak kecil--bermain seperti orang kesetanan. Set kedua berakhir 15-10 untuk Indonesia.

"Bendera merah putih berkibar di sudut-sudut stadion Kuala Lumpur. Seakan-akan stadion itu diambil alih orang Indonesia," kenang King, seperti dicuplik dari buku Panggil Aku King.

Tak lama usai pertandingan itu, King gantung raket. Dia memulai kehidupan baru sebagai pebisnis. (wow/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... DARDERDOR...! Kisah Tiga Butir Peluru di Palagan Ambarawa


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler