Kiriman BPBD Telat, Warga Tak Bisa Minum

Jumat, 15 September 2017 – 12:04 WIB
Kekeringan.

jpnn.com, PONOROGO - Kering kerontang dan tidak ada sumber air. Begitulah gambaran Dusun/Desa Tulung, Sampung, tiga bulan terakhir. Sumur warga di dusun itu sudah kering.

Upaya mencari sumber air dengan membuat sumur bor juga kandas.

BACA JUGA: Kota Hujan pun Alami Kekeringan

Kiriman air bersih BPBD menjadi harapan satu-satunya bagi 27 kepala keluarga (KK).

''Kalau (kiriman, Red) sampai telat, pasti kelabakan,'' kata Kades Tulung Rusno.

BACA JUGA: Hasil Rapat di Istana: Kekeringan Belum Darurat

Warga, kata dia, harus mengantre setiap kiriman tiba dua kali dalam sepekan.

Bahkan, warga kerap ramai akibat berebut mengambil air dari tandon. Kolam tandon dibuat sendiri oleh warga, kemudian menunjuk seseorang untuk menjaga dan mengatur pengambilan air.

BACA JUGA: Bupati Nganjuk Nyatakan Darurat Bencana Kekeringan

Tujuannya, pembagian air tertib. Sebab, di dusun tersebut air menjadi barang mahal. Warga benar-benar dipaksa berhemat.

Kebanyakan di antara mereka hanya mandi sekali dalam sehari.

Air kiriman lebih banyak digunakan untuk minum dan memasak.

''Sekali kiriman tiga tangki. Tetapi, itu hanya cukup buat tiga hari. Makanya, kami meminta pengiriman minimal dua kali dalam seminggu,'' tambahnya.

Kekeringan, kata Rusno, bukan hal baru. Sebab, kekeringan di desanya terjadi sejak puluhan tahun silam tiap kali kemarau.

Pun, warga sudah berupaya mencari sumber air. Dia menyebutkan, ada sepuluh titik sumur yang pernah dibuat.

Tujuh di antaranya merupakan sumur gali. Namun, penggaliannya terpaksa dihentikan sebelum menemukan mata air.

Warga tak mampu lagi menggali karena tanah berbatu. Penggalian hanya mencapai 15 meter.

Kondisi serupa ditemui saat menggali di titik lain.

''Warga juga pernah mengupayakan pembuatan sumur bor. Sempat keluar air saat musim hujan lalu,'' jelasnya, lantas menyebut ada tiga titik sumur bor.

Padahal, kedalamannya mencapai 36 meter. Namun, air hanya keluar saat musim hujan.

Diperkirakan, butuh kedalaman hingga 70 meter untuk mendapatkan sumber air secara terus-menerus.

Tapi, itu tidak murah. Butuh dana Rp 25 juta untuk kedalaman sekitar 36 meter.

Warga juga harus patungan. Sumur juga tidak bisa dibuat di tengah permukiman warga.

Rusno menyebutkan, nyaris tidak ada sumber air dalam radius 300 meter dari permukiman warga.

''Pembuatan sumur dimungkinkan 500 meter dari rumah warga. Kalau di areal sini tidak ada,'' ujarnya, lalu menuturkan sempat ada penelitian tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung.

Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Ponorogo Setyo Budiono menuturkan, titik kekeringan meluas.

Teranyar, di Desa Tugurejo, Slahung. Padahal, desa setempat tidak pernah meminta kiriman air bersih beberapa tahun belakangan kendati masuk zona rawan. (agi/irw/c22/end/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Siapkan Langkah-Langkah Atasi Bencana Kekeringan


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler