Kisah 2 Polwan Cantik Bripda Debi & Bripda Khalda, Awalnya Takut

Selasa, 21 September 2021 – 13:34 WIB
Bripda Debi Angel Kristiani Br Tarigan dan Bripda Khalda Indriani Sukarman, dua Polwan yang tergabung dalam Tim Pemulasaraan Jenazah Positif COVID-19. Foto: Fransiskus Adryanto Pratama/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Bripda Debi Angel Kristiani Br Tarigan dan Bripda Khalda Indriani Sukarman merupakan dua polisi wanita (Polwan) yang tergabung dalam Tim Pemulasaraan Jenazah Positif COVID-19 Operasi Aman Nusa II Jaya 2020 (Penanganan COVID-19) beberapa waktu lalu.

Keduanya merupakan lulusan bintara Polwan 2020. Saat ini, keduanya bertugas di Polda Metro Jaya di bagian bawah kendali operasi (BKO) Ditsamapta.

BACA JUGA: Kisah AKP Maulana Mukarom, Polisi Itu Keren

Keduanya mengaku memilih Korps Bhayangkara menjadi panggilan hidup.

Bripda Khalda yang lahir pada 2001 itu mengaku pengin mengabdi kepada masyarakat, sedangkan Bripda Debi yang lahir pada 1999 itu mengaku termotivasi dari kakaknya yang terlebih dahulu menjadi polisi.

BACA JUGA: Brigpol Viki, Polisi Keren Asli Papua Penjaga Kedaulatan NKRI

"Kalau saya karena punya abang polisi. Jadi, pengin punya seragam kaya abang. Jadi, cita-cita ingin menjadi polisi," kenang perempuan kelahiran Laubaleng, Medan, Sumatera Utara itu saat berbincang dengan JPNN.com di area Polda Metro Jaya, Selasa (21/9).

Dua Polwan cantik itu lantas menceritakan suka duka keduanya saat dimandatkan sebagai tim yang memulasarakan jenazah Covid-19.

BACA JUGA: Kombes Nurul Azizah, Dari Bintara Sampai Kaprodi S3 Pascasarjana STIK

Bripda Khalda mengaku tak menyangka menjadi bagian dari Tim Monas yang merupakan gabungan Polisi, Satpol PP, dan Damkar itu.

Menurutnya, banyak pengalaman yang didapatnya setelah terjun langsung mengurusi jenazah Covid-19.

Perempuan asal Bekasi, Jawa Barat itu mengaku pemulasaraan Covid-19 itu sangat berbeda.

Kendati demikian, situasi dan kondisi yang tak mungkin dilakukan secara muslim terpaksa harus mengikuti keadaan.

"Jadi itu, kayak pengalaman baru. Terus, kan, kalau Islam dimandikan secara layak. Kalau misal jenazah Covid-19 itu beda dari syarat Islam, tetapi karena memang kondisinya, lagi pandemi harap dimaklumi," tutur Polwan yang mengenakan jilbab itu.

Senada dengan Khalda, Bripda Debi pun menyatakan hal yang sama.

Debi yang nasrani itu mengaku mengetahui banyak hal baru yang diperolehnya setelah menjadi bagian dari Tim Pemulasaraan.

"Awalnya saya enggak tahu mengafankan, jadi tahu. Bagaimana tayamum (pengganti air wudhu, red) yang umat muslim saya tahu, doa-doa Buddha, Hindu, dan agama lain saya jadi tahu," ujar Debi.

Dengan semangat, keduanya menceritakan suka dukanya menjadi tim pemakaman jenazah.

"Kalau sukanya kami punya keluarga baru, ya, dalam tim, dalam polisi kami punya tim. Timnya itu enggak dari polisi, Satpol PP, dan Damkar dan biro umum," kata keduanya sembari tersenyum.

Sebagai manusia biasa, keduanya mengaku awal mula dipercayakan menjadi tim pemulasaraan memiliki rasa takut.

Namun, karena keduanya diberi bekal oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta bagaimana cara memulasarakan jenazah. Walakin, keduanya bisa menjalankan dengan ikhlas dan perasaan bangga.

"Perasaan awalnya takut, karena enggak tahu, tetapi ada pelajaran dari Dinkes juga. Awal takut namanya melihat mayat gak pernah ngurusin," kata Khalda dan Debi.

Paling mengharukan melihat pihak keluarga yang terlibat mengurusi jenazah Covid-19.

"Kami sedih dengan maksud melihat mereka enggak bisa ikut," ujar Debi.

Situasi seperti itu secara tidak langsung memberikan amanat kepada masyarakat akan bahaya Covid-19.

"Saya harus bilang ke masyarakat, ini jenazah Covid-19. Jangan sampai kalian seperti ini," tutur Debi.

Dia mengatakan, meskipun bekerja diselimuti rasa takut, tetapi karena menggunakan alat pelindung diri dengan lengkap perasaan itu memudar seiring berjalannya waktu.

"Kami percaya diri, ikhlas. Kami itu bisa senang membantu walaupun sedih juga. Senang bisa membantu. Ada disinfektan, masker, pokoknya APD lengkap sekali," ujar Debi.

Buah keberanian keduanya mendapatkan apresiasi dari Kapolri saat itu Jenderal Idham Azis.

Meskipun tidak dijelaskan secara terperinci, apresiasi itu membuat keduanya makin bersemangat dalam pengabdian di kepolisian.

Tak hanya itu, karena keterlibatan mereka dalam pemulasaran jenazah, keduanya dikenal banyak orang, bahkan mereka dijukuki Tri Angel bersama Ipda Rina.

"Cuma lebih dikenal banyak orang sebagai tiga malaikat. Karena cuma tiga Polwan," kata Debi.

Tim pemulasaraan yang disebut Tim Monas itu gabungan dari Damkar, Satpol PP, dan Polri. Total ada 18 orang dari Polri yang dibawah komando Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran.

"Kami punya tim, tim Monas namanya, dipimpin langsung oleh Pak Kapolda. Yang terjun langsung Pak Iptu Nuryasin," pungkas Bripda Debi. (cr3/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur : Adek
Reporter : Fransiskus Adryanto Pratama

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler