jpnn.com - RIAN Fadhil lolos dari maut akibat kecelakaan yang dialaminya pada 2013 silam. Kisah ajaib anak kelahiran Banyumas 12 April 2000 tersebut dituangkan dalam bentuk buku. Uang hasil penjualan buku tersebut disumbangkan untuk program pembibitan penghafal Al Quran.
HIDAYAH, Purwokerto
BACA JUGA: Begitu Ada Keputusan Panglima TNI, Para Pemain Sujud Syukur
Keajaiban, kata pertama yang keluar dari mulut ayah kandung Rian, Cahyo Wiranto Wibowo. Bagaimana tidak, sebenarnya harapan hidup putranya itu sangat tipis akibat kecelakaan.
Bahkan, dokter pun memvonis hanya keajaiban yang bisa menyelamatkan Rian. Karena saat itu, otak yang terbungkus batok kepala Rian tertusuk kayu.
BACA JUGA: Dulu yang Masukin Umar Patek ke Moro itu Saya
"Saat ini kami sudah putus harapan, namun ternyata ada keajaiban untuk Rian sehingga dia bisa merasakan hidup bahkan bisa membantu orang lain sampai saat ini. Bahkan saat itu, kerabat sudah memesan ambulance mengantarkan mayat Rian," ujarnya.
Terkait kecelakaan yang menimpa Rian, Cahyo menceritakan saat itu Rian yang baru bangun tidur duduk-duduk di bawah tangga bersama teman-temannya melihat pertandingan antarkelas, kebetulan saat itu asrama sedang melakukan class meeting.
BACA JUGA: Ya Tuhan! Si Anak Menangis Kelaparan, Ibu Pura-pura Memasak
Tak berselang lama, benda jatuh dari atas. Benda tersebut jatuh tepat di kepala Rian. Benturan keras tersebut mengakibatkan Rian mengalami kecelakaan parah. "Dibawa ke klinik asrama namun tidak sanggup, dan akhirnya dibawa ke Rumah Sakit," katanya.
Saat itu, lanjut dia, Rian tak sadarkan diri dalam perjalanan menuju Rumah Sakit. Namun, menurut penuturan teman-teman Rian yang mengantar ke Rumah Sakit, Rian terus beristighfar. "Itu satu keajaiban yang dialami anak saya," jelasnya.
Sesampai di Rumah Sakit, Rian tidak langsung bisa ditangani. Keadaan tak sadar, tidak menunjukkan reaksi apapun, menjadikan pihak Rumah Sakit belum memberikan pertolongan.
Dalam keadaan tersebut, ustadz Yusuf Mansur datang untuk menengok. Saat itu, Yusuf Mansur mengusap-usapkan tangan di kening Rian. Sejenak setelah itu, Rian menunjukkan reaksi sehingga petugas Rumah Sakit bisa melakukan tugasnya melakukan penanganan.
Penanganan yang dilakukan juga tidak terlalu lama. Diceritakan, operasi yang dicanangkan dengan durasi delapan jam, tim dokter bisa menyelesaikan hanya enam jam saja. "Pas itu Rian juga sedang berpuasa, sehingga hal tersebut mempermudah dokter untuk melakukan operasi," tambahnya.
Kecemasan orang tua Rian tidak berhenti sampai saat itu saja. Pasca dilakukan operasi, dokter memberikan warning yang memilukan. Dikatakan Cahyo, waktu itu dokter mengatakan jika dalam waktu 14 hari Rian tidak menunjukkan reaksi apapun, berarti Rian akan mengalami cacat, entah itu bisu maupun tuli dan sebagainya. Namun, tidak sampai 14 hari, Rian menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan.
Bahkan tiga hari setelah operasi, Rian sudah bisa menyebutkan dengan lancar nama-nama temannya yang menjenguk tanpa salah. "Hari ketiga sudah bisa menunjuk teman-temannya. Rian juga sebentar berada di ruang ICU. Kamis sore di ruang operasi, Jum'atnya sudah ada di ruang perawatan," katanya.
Bahkan, lanjut dia di hari keempat pascaoperasi Rian bisa menghafal surat Al Qalam sebanyak 52 ayat tanpa salah. "Untuk orang normal mungkin hal itu sedikit susah, namun dia bisa melakukan dengan baik. Dan yang membuat kami bersyukur karena Rian tidak koma," katanya bangga.
Setelah 14 hari, Rian diperbolehkan untuk pulang dari Rumah Sakit, namun tetap dirawat di rumah. Dalam masa perawatan tersebut, timbullah ide untuk menulis buku. Memang, diakui Cahyo, Rian tidak percaya diri dalam menulis buku karena memang sebelumnya tidak mempunyai pengalaman dalam hal penulisan buku.
Berkat dorongan dari keluarga dan orang-orang terdekat Rian, akhirnya Rian menuliskan kisahnya tersebut. "Kami dorong untuk menulis kisah tersebut, karena kisah tersebut tidak semua orang bisa mengalami dan bisa dijadikan contoh yang baik untuk masyarakat. Akhirnya Rian menulis," ujarnya.
Pembuatan buku tersebut melalui beberapa tahapan. Rian sebelumnya menuangkan dalam bentuk tulisan tangan. Menyelesaikan tulisan tangan sendiri, kata dia membutuhkan waktu sekitar tiga hingga empat bulan. Sedangkan untuk pengeditan memakan waktu sekitar tiga bulan. Hingga pada 26 Desember 2014 buku tersebut bisa dirilis, tepat satu tahun kejadian kecelakaan tersebut. "Masa penyembuhan digunakan oleh Rian untuk penyembuhan," katanya.
Berhasil menulis buku, ternyata membuat Rian kecanduan. Saat ini, Rian menulis beberapa buku. Buku yang ditulis memang berbeda dengan buku-buku pada umumnya. Rian menulis buku yang mengisahkan kisah nyata dengan nama yang disamarkan. (*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Drama Papa Minta Saham dan Jebakan Batman, Setya Novanto Akhirnya...
Redaktur : Tim Redaksi