Kisah Anak-Anak Panti Korban Sodomi Jadi Pelaku Sodomi Berjamaah (4)

Jumat, 08 Januari 2016 – 14:17 WIB
Ilustrasi. Foto : dok jpnn

jpnn.com - BATAM -  Balita itu menggerak-gerakkan kedua kakinya dengan cepat. Ia terbaring telungkup di dalam boks bayi. Kepalanya tersandar tanpa daya. Matanya terbuka tapi seperti tak memandang. 

Bunyi-bunyian keluar dari mulutnya. Seperti tengah berbicara. Tapi ia terus mengeluarkan bunyi-bunyian meski orang di sampingnya memberikan respon jawaban. 

BACA JUGA: Oalah! Dua Motor Terparkir Di Teras Tiba-Tiba Dibakar Orang Tak Dikenal

Dari kamar, Ana berlari kecil. Sembari mengajak berbincang, ia mengangkat bocah perempuan itu dari boks. Dibawanya melintas ruang bermain, ke arah kamar mandi. 

Terdengar suara gemericik air. Tak berapa lama, Ana keluar sambil membopong si bocah. Handuk melingkar di perutnya. "Masih diare," kata Ana sambil mengelap air di badan Za - nama balita itu seperti dikutip dari batampos.co.id (group JPNN), Kamis. 

BACA JUGA: Kisah Anak-Anak Panti Korban Sodomi Jadi Pelaku Sodomi Berjamaah (3)

Bergegas ia memakaikan popok lagi. Hari itu, sudah dua kali ia mengganti popok Za. Semuanya karena bocah itu buang air besar. Tapi dalam bentuk cair. "Ini sudah mending. Kemarin lebih sering lagi," katanya sambil mengelus-elus rambut Za. 

Za -bersama tiga balita lain: Kh, Sy, dan Il- adalah juga 'alumni Panti Rizki Khairunnisa. Mereka sekarang dititipkan ke Panti Anak Yayasan Pembinaan Asuhan Bunda (YPAB) sejak Selasa (20/10). Ana adalah perawat bayi di Panti YPAB. 

BACA JUGA: Sembunyikan Sabu Di Anus, Dua TKI Dituntut 20 Tahun

Za belum bisa berbicara. Juga belum bisa berjalan. Komunikasinya hanya lewat pandangan mata. Tapi itu pun seringkali dalam keadaan kosong. 

Ana tidak lagi meletakkan Za di dalam boks. Sebab, Panti YPAB tengah kebanjiran tamu. Ada sekitar lima hingga tujuh orang. Mereka adalah dokter dan staf medis RS Budi Kemuliaan yang berada satu kawasan dan dalam naungan yayasan yang sama dengan Panti YPAB. 

Mereka mengetahui Panti YPAB kedatangan tamu-tamu kecil. Mereka ingin menengoknya kembali setelah sehari sebelumnya mereka menangani pemeriksaan medis perdana bagi para balita itu. "Oh, sudah dingin ini," kata dr Siska, dokter umum RSBK saat menyentuh kening Za. 

Pada pemeriksaan pertama, dokter mendapati anak itu tengah demam. Ia juga mengalami diare. Perutnya buncit membusung. Namun, badan, tangan, dan kakinya kurus. 

Ana meletakkan Za di atas kasur kecil. Di kasur itu juga tengah berbaring seorang bayi perempuan. Bayi perempuan ini sudah menjadi penghuni Panti YPAB sebelum para balita asal Panti Asuhan Rizki Khariunnisa itu tiba. Ia ditinggal ibunya selepas proses kelahiran selesai. 

Za bergerak-gerak di atas kasur. Ia lalu berguling-guling sampai ke lantai. Di atas lantai itulah, ia baru diam tak bergerak-gerak. Dua ekor matanya memandang para tamu. 

"Tuh kan sudah di bawah lagi. Dia ini berapa kalipun diletakkan di atas kasur tetap bergeser lagi ke lantai," kata Ana.

Bukan hanya Za yang berlaku demikian. Il yang berbadan lebih besar ketimbang Za juga kerap kali bergeser ke lantai. Ana dan suaminya bergegas meletakkan mereka kembali ke kasur. Sebab, lantai terlalu dingin bagi mereka. Panti Anak YPAB memang dilengkapi dengan mesin pendingin ruangan.

"Sepertinya, dia memang sudah biasa tidur di lantai. Pantas masuk angin," tutur Ana. 

Kalau soal tidur di lantai, tim evakuasi Panti Asuhan Rizki Khairunnisa sudah terlebih dahulu mengetahuinya. Dua relawan sosial sempat melakukan survei beberapa hari sebelum evakuasi dilakukan. Ketika itulah, mereka menemukan sejumlah anak tergeletak di lantai rumah. 

Anak-anak itu bergelimpangan tak tentu arah. Mereka tak bergerak. Ketika diperhatikan lebih lama, anak-anak itu nyatanya tengah tidur. 

"Tanpa alas. Langsung tidur begitu saja," kata Syamsul Rumangkang, Ketua DPD Gerakan Anti Trafficking (GAT) Kepulauan Riau - satu Lembaga Sosial Masyarakat yang bergabung dalam tim evakuasi.

Syamsul mengetahui kebenaran hasil survei itu ketika hari evakuasi tiba. Gambaran anak-anak tertidur di lantai itu masih ada. Ia menengok ada ruangan dengan pintu yang terbuka di sana. Di ruangan itu ada kasur. Tapi tipis saja dan berada di bawah. 

"Di atas kasur itu ada anak perempuan yang sedang tidur. Yang lainnya tidur di bawah," ujarnya.

Kebiasaan tidur itu terbawa juga sampai ke Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (Permate). Siti Nurhasanah, pengasuh di LKSA Permate dibuat heran. Sh dan Ra yang masih di bawah lima tahun selalu saja berguling ke lantai setiap kali tidur malam. Bahkan, sudah dihalangi pun, mereka tetap berusaha tidur di lantai. 

Anak-anak yang berusia lebih dari Sh dan Ra pun kerap melakukannya. Para pengasuh menegur dan meminta mereka naik ke kasur. Tapi keesokan paginya, mereka menemukan anak-anak itu tertidur lelap di lantai.

Ketika ditanya kenapa, anak-anak itu menjawab, "Kan kalau kami di sana tidur di bawah. Enak di bawah," kata mereka.

Pengasuh di LKSA Permate sebenarnya tak membolehkan anak-anak tidur di bawah. Bahkan hanya dengan alas kasur tilam. Namun, mereka memberi kelonggaran. 

Kalau anak-anak itu masih mau tidur di lantai, kasur itu boleh diturunkan. Keesokan paginya, ketika bangun tidur, kasur itu dinaikkan lagi ke ranjang. Dan dirapikan kembali. Sayang, tidak ada yang mengambil pilihan itu. 

Tanpa sadar, mereka melakukannya lagi dan lagi, setiap kali tidur. Da, salah satunya, malu-malu mengakui kalau ia suka pindah ke lantai ketika tidur. 

Ini karena ketika tinggal di Panti Asuhan Rizki Khairunnisa, ia juga tidur di lantai. Ia biasa tidur di lantai dekat kamar bersama Ma dan Ok. 

Bocah berusia delapan tahun itu sebenarnya tidak suka tidur di lantai. Alasannya, dingin. Tapi kenapa masih mau?

"Nggak tahu. Kasurnya cuma ada dua," katanya sambil memainkan jemarinya. 

Kasur hanya digunakan para anak perempuan. As dan Sh biasa tidur di kasur. Anak lelaki tidur di lantai. 

Siti dan pengasuh-pengasuh lain di LKSA Permate membutuhkan waktu hampir satu bulan mengubah kebiasaan anak-anak asal panti asuhan yang berlokasi di daerah Batuampar tersebut. Kini setelah dua bulan berlalu, kebiasaan tidur di lantai itu sudah menghilang.(ceu/ray)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rampas Dompet Waria Berisi Alat Kontrasepsi, Tiga Remaja Berakhir Di Kantor Polisi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler