jpnn.com, SURABAYA - Menjadi dosen dan bakal memiliki gelar guru besar membuat Donjuan, 59, berharap ketiga anaknya juga sukses meraih pendidikan setara dengannya.
Sebaliknya, ketiga anaknya tidak mau mengikuti jejaknya. Sang bakal professor pun geram sampai main ancam cerai istrinya, Karin, 50.
BACA JUGA: Gedung Kesyahbandaran, Zaman Belanda hingga Kini
Umi Hany Akasah - Radar Surabaya
Pria yang tinggal di kawasan Gayungsari itu menganggap kegagalan anaknya dalam menempuh pendidikan tinggi karena kesalahan istrinya.
BACA JUGA: Wakil Dekan Rayu Cowok di Tempat Sauna, Sempat Mengelak setelah Korban Berteriak
Donjuan menganggap istrinya tidak serius mendidik anaknya supaya berhasil seperti dirinya.
”Malu bener ini. Masak bapaknya calon profesor, lha ketiga anaknya enggak ada yang mau lulus S1,” kata Donjuan di selasela sidang talak cerainya di Pengadilan Agama (PA), klas 1A Surabaya, Selasa (4/4).
BACA JUGA: Akhir dari 20 Kali Perselingkuhan dengan Majikan
Bersama pengacaranya Donjuan menyatakan mengajukan talak cerai karena tidak mau beban kepada rekan-rekannya.
Terlebih, ketiga anaknya tidak ada yang memilih jalur akademisi seperti dirinya.
Donjuan mengakui segala upaya sudah ia lakukan untuk menduku pendidikan anakanaknya sejak kecil.
Ia mengikutkan ketiga anaknya asuransi pendidikan dan berkalikali mendorong mereka untuk menyelesaikan pendidikan, minimal mendapatkan gelar sarjana.
Akan tetapi, dari semua usahanya selalu gagal. Ketiga anaknya tidak ada yang sekolah.
Mereka lebih memilih bekerja dan membuka usaha sendiri. Seperti putra pertama yang membuka restoran di Bali.
Sedangkan anak keduanya yang lulus SMK memilih bekerja sebagai teknisi di perkapalan.
Untuk putri yang bungsu ia harus menikah setelah lulus SMA dan hingga kini belum mau melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
Menurut Donjuan, dirinya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyekolahkan anaknya.
”Saya daftarkan ke kampus swasta dari yang akreditasi A sampai C. Kira –kira 10 kali daftarkan, tapi satu semester masuk setelah itu putus. Aduh aku sampai pusing,” kata Donjuan.
Karena itu, Donjuan sering bertengkar dengan istrinya. ”Istri itu alasannya demokratis biar anak menentukan pilihan hidupnya. Kalau sekolah mah bukan pilihan hidup. Menuntut ilmu itu wajib,” kata Donjuan.
Sementara Karin menyatakan sebenarnya ia selalu meminta anakanaknya menuruti permintaan ayahnya untuk menyelesaikan pendidikan tinggi.
Akan tetapi, anaknya tidak mau karena mereka lebih suka berbisnis dan belajar sendiri di lapangan tanpa teori.
”Anak-anak saya itu cerdas kok. Mereka bisa menentukan kesuksannya sendiri tanpa harus sekolah seperti bapaknya,” kata Karin.
Seperti anak pertamanya yang hanya berbekal lulusan manajemen SMK, kini menjadi manager hotel bintang empat di Bali.
Bahkan, memiliki berbagai bisnis perhotelan di Kuta Bali. Anak keduanya juga demikian.
Bermodal lulusan teknik di SMK, anaknya berhasil menjadi kepala regu teknik di perusahaan perkapalan swasta.
”Palingan yang lulusan S1 kalah pengalaman sama anak saya. Bapak itu waktunya bangga lha anak sudah enggak merepotkan sama orang tua lagi kok,” jelasnya.
(*/no)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kasihan, Bocah dengan Autisme Dianiaya Pedagang Sayur
Redaktur : Tim Redaksi