jpnn.com - BANJARMASIN – Nasib Yolanda berubah drastis sejak hijrah dari Jawa ke Kalimantan pada 2003 lalu.
Mobil hingga rumah berhasil dimiliki wanita 31 tahun itu.
BACA JUGA: Ketika Buruh tak Tahan Melihat Balita Sedang Bermain, Duhh....
Namun, Yolanda harus merangkak untuk mendapatkan semuanya.
Dia sempat memutuskan menjadi pekerja seks komersial di kompleks Pembatuan selama tiga tahun.
BACA JUGA: Remaja yang Mencabuli Balita Ini Lolos Dari Hukuman Kebiri
“Teman yang ngajak jadi saya mau ikut. Dari awal saya sudah tahu kalau jadi PSK. Keputusan saya pun sudah bulat. Saya yakin dengan begini bisa mengubah kehidupan saya,” ujarnya.
Pertama kali datang ke Pembatuan, dia mampu mengantongi Rp 2 juta per hari.
BACA JUGA: Berkeliling Bawa Senjata Laras Panjang, Polisi Siap Tembak Begal
Sebanyak Rp 1,5 juta ditabung. Sedangkan Rp 500 ribu untuk kebutuhan pribadinya.
“Ya Rp 500 ribu buat beli pulsa, buat beli kosmetik,” katanya.
Jika beruntung, dia akan mendapat bayaran sebesar Rp 500 ribu untuk short time.
Namun, tak semua pelanggannya akan membayar mahal. Semuanya berdasarkan kesepakatan.
Bahkan, pernah suatu ketika, dia melayani seorang pelanggan hingga dua jam. “Saya capek, saya pun sempat merengek-rengek agar dia berhenti. Untungnya, dia mau. Tapi karena tidak sesuai dengan kesepakatan awal jadi saya dibayar Rp 50 ribu,” ujar Yolanda.
Dia pun harus pasrah dengan bayaran Rp 50 ribu.
Padahal, kesepakatan awal, pelanggannya harus membayar Rp 200 ribu.
“Saya takut juga, dia bawa senjata, ya pisau, ya pistol rakitan. Habis main dua jam itu, saya tidak bisa kerja lagi. Tiga hari saya harus libur. Rasanya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata,” imbuhnya.
Hal menyakitkan lainnya adalah ketika dirinya dipanggil dengan kata lon** oleh pelanggannya.
Dia hanya bisa memendam sakit hati demi pundi-pundi rupiah.
“Namanya juga jualan. Ya terserah pembeli,”katanya.
Yang mengejutkan, dalam kurun sepuluh bulan, Yolanda sudah mampu membeli mobil.
“Gak baru sih, yang bekas saja. Tapi itu saya peroleh dari hasil saya menjadi PSK,” kata Yolanda.
Pengalaman menjadi PSK ternyata tidak memberi kenyamanan bagi Yolanda.
Dia memutuskan diri untuk hanya menyewakan kamar.
Saat itu, dia mampu meraup penghasilan Rp 150 ribu per PSK.
“Saya cuma menyewakan kamar. Satu kamar sekali main Rp 25 ribu. Belum lagi kalau ada yang beli minum, terus sewa karaoke Rp 50 ribu per jam. Sudah dapat berapa saya,” jelasnya.
Dari kehidupan menjadi muncikari, dia mampu membeli rumah di Jawa, Balikpapan, Banjarbaru.
Dia juga sudah membuka usaha warung makan. Bahkan, rencananya, Yolanda bakal membuka warung makan cabang yang kedua.
Dia juga sudah berencana membuka kos-kosan dan rumah kecantikan (salon).
Maret 2017 nanti, dia juga berencana umrah ke tanah suci Makkah.
“Setelah Pembatuan ditutup saya mau kerja yang halal saja biar berkah. Lagipula, usaha saya juga sudah ada,” beber Yolanda.
“Jadi PSK banyak risikonya selain penyakit, juga sering dikata-katain kasar sama pelanggan. Saya mau berhenti saja,” imbuhnya.
Meski banyak liku-liku perjalanan menjadi PSK, Yolanda tak malu atau berkecil hati.
“Saya mensyukuri perjalanan hidup saya,” kata Yolanda. (eka pertiwi/by/ran/jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kepri Dongkrak Wisman dan Tingkat Hunian Hotel dengan Events
Redaktur : Tim Redaksi